Promised

437 30 1
                                    

Sudah tiga hari Claudia berada di dunia penghakiman. Ia sedang duduk di bawah pohon Cherry.

Ia jadi teringat dengan gadis bernama Cherry. Gadis itu sangat manis, tulus, dan polos. Dan sangat bodoh jika ada lelaki yang menyakitinya.

"Jaga gadis itu..", Claudia menghembuskan nafasnya. Ia menatap sekitar. Banyak makhluk makhluk yang berlalu lalang dihadapannya. Untuk dihakimi.

Mungkin sebentar lagi giliran gadis itu. Atau jika ia bisa kembali ke dunia nyata, ia tak akan dihakimi.

Claudia meringis pelan saat bajunya yang basah karena keringat mengenai luka dipunggung dan perutnya.

Lukaku bahkan belum sembuh tapi aku sudah mau mati.

Claudia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Matanya membulat sempurna saat melihat gadis 'hantu' yang pernah mengikutinya. Dan yang membuat ia masuk ke kamar 333.

Caludia beranjak dan menghampiri gadis itu.

"Hei", panggilnya saat gadis itu melangkah pergi.

"Hei kamu gadis itu kan? Gadis yang menyuruhku masuk ke kamar 333 dan yang sering mengikutiku,  benar kan?", Claudia mencengkram lengan gadis itu.

Gadis itu menoleh. Ia mengernyitkan dahinya. "Ya kenapa?",

"Kamu kok disini?",

"Kamu yang buat aku disini!", gadis itu mendengus pelan. "Kamu yang menghancurkan mutiara itu kan?! Gara gara kamu aku jadi tidak bisa melihat orang tuaku lagi!",

"Ma–maaf.. Aku tidak tau jika itu juga mempengaruhi makhluk di dunia nyata", Claudia menelan ludahnya susah payah. "Memangnya orang tua kamu siapa?",

Claudia merutuki dirinya saat melihat gadis itu hanya diam dan menunduk.

Mampus. Salah nanya gue.

"Ehm.. Nama kamu siapa?",

"Tania", gadis itu mengangkat wajahnya dan tersenyum ke arah Claudia.

"Hai Tania..", Claudia tersenyum lega saat gadis bernama Tania itu kembali tersenyum. "Senang berkenalan denganmu. Masih ingat namaku kan?",

"Claudia kan?", Claudia hanya mengangguk dan tersenyum ke arahnya. "Apa kamu akan kembali ke dunia nyata?", tanya Tania.

"Aku tidak tau. Aku bahkan tidak tau cara keluar dari sini. Mungkin sebentar lagi aku akan mati. Tenagaku sudah habis",

"Oh.. Pantas kamu pucat.. Aku pikir kamu sudah mati..", Claudia membulatkan matanya. Ia mendengus pelan. "Kalo gitu.. Bisa kita bicara? Banyak yang ingin aku katakan padamu dari awal kita bertemu tapi aku tak pernah sempat",

"Tentu",

¥¥¥

Gadis berumur empat tahun itu berlari ke arah ibunya. Ia tersenyum dan memeluk ibunya erat.

"Mama", ucapnya. Wanita itu segera menggendong anaknya dan mencubit pelan hidungnya.

"Anak mama sudah besar..",

"Iya dong", gadis itu menunjukkan kedua jempolnya. "Kenapa mama baru datang sekarang?", ia memanyunkan bibirnya.

"Tania.. Mama sibuk..", wanita itu mengacak gemas rambut anaknya. "Papa gak dateng ya?", Tania hanya menggeleng.

"Ya sudah.. Kita rayakan ulang tahunmu tanpa papamu ya?", Tania mengangguk.

"Memangnya papa kemana mah?",

Teror Masih Berlanjut (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang