[new] Chapter 11

5.9K 672 24
                                    

Terakhir kita bertemu mungkin sudah lama sekali yaa :") Aku akan tetap selesaikan cerita ini kok, kalian tenang saja (terutama yang sering tulis pesan pribadi/umum ke aku)

.
.
.
.

"Apa yang sakit?" tanya Ali sambil mengelus mata Prilly yang terpejam. Prilly menikmati sentuhan Ali dimatanya.

"Nggak ada, aku cuma nggak suka aroma dikamar ini, bau obat, bikin mau muntah"

"Sabar ya, namanya juga rumah sakit. Pasti bau obat," ucap Ali masih dengan mengelus mata Prilly. "Oh iya, hubungan kamu sama adik kamu baik-baik aja, kan?" lanjut Ali, bertanya.

Prilly membuka matanya, terkejut. "Kenapa abang tiba-tiba tanya itu?"

"Sebenarnya nggak ada apa-apa, cuman aku merasa ada yang aneh aja.." jawab Ali pada Prilly, jujur.

"Aneh kenapa?"

"Aneh aja, kenapa kamu bisa tiba-tiba pingsan, dan aku ketemu kamu udah ada darah dari luka kamu" ucap Ali, membuat Prilly terdiam.

Prilly menatap Ali, "Abang cek cctv kamar aku lewat tablet ya?" tanya Prilly hati-hati.

"Iya, aku minta maaf karena cek rekaman cctv tanpa izin kamu ya," Prilly mengangguk, paham.

Prilly tersenyum kecil pada Ali, sedangkan Ali merespon dengan kerutan didahinya, bingung.

"Kenapa senyum?" tanya Ali sambil menyentuh pipi Prilly dengan jari telunjuknya, menekannya pelan seolah sedang menusuk adonan kue.

"Eh, nggak apa bang, seharusnya abang nggak perlu minta maaf. Aku yang harusnya makasih karena udah ditolongin"

Setelah kalimat itu terucap, Prilly terdiam lagi. Dan Ali pun melakukan hal yang sama, yaitu diam.

Suasana yang tadinya penuh obrolan, seketika hening. Sampai-sampai jam dinding yang ada dikamar itu bunyinya terdengar nyaring. Pikiran Prilly sibuk berkelana mencari niat lain dari Rianti, sedangkan Ali penasaran dengan apa yang sudah dilakukan adik tiri Prilly hingga Prilly terlihat pingsan dan luka.

***

"Rianti, kalau ayah kamu datang langsung kasih tau mama ya... Kamu udah siap, kan?" ucap Cindy, mama tiri Prilly, pada anak kandungnya, Rianti.

"Iya, Ma, nanti aku kasih tau. Jangan lupa ya, nanti siang kita makan terus belanja, Mama udah janji, loh" kata Rianti mengingatkan janji mamanya.

"Iya baby, nanti habis lihat Prilly di rumah sakit, kita langsung makan dan belanja" Cindy mengiyakan, kemudian berlalu ke kamarnya.

Rianti tersenyum tipis. Gadis itu merasa tidak sabar melihat kondisi Prilly yang sangat ia pastikan sesuai dengan dugaannya.

"Setelah rencana baik ini berjalan mulus, udah pasti rencana lainnya akan berjalan lebih baik," gumam Rianti penuh penekanan. "Kemudian i- -"

"Assalamualaikum. Rianti, kamu udah siap? Mama dimana?" suara berat tiba-tiba memenuhi ruang tamu membuat Rianti bangun dari duduknya.

"Waalaikumusalam, ayah ngagetin aja," Rianti berjalan ke arah Hildan untuk menyalimi pria itu.

"Maafin ayah ya, nak. Kayaknya bel rumah kita rusak, nanti mau ke mall kan? Ingetin ayah beli bel baru ya," Rianti mengangguk menatap ayah tirinya.

Langkah kaki khas sepatu  tinggi menggema mengarah ke ruang tamu membuat Hildan dan Rianti menoleh ke arah pemilik suara tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FANS TERSAYANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang