[new] Chapter 9

7.1K 745 48
                                    

"Hildan!! Buka pintunya... Assalamualaikum. Hey, buka pintunya!" teriak Sasa didepan pintu besar yang tertutup rapat sambil mengetuk kasar.

"Bunda, ingat kesehatan bunda yaa.. Jangan terlalu begini," kata Zetta, memeluk Sasa.

Tak lama pintu terbuka menampilkan seorang gadis manis mengenakan pakaian santainya. "Cari siapa ya, bu?"

"Mana ayah kamu, saya mau bertemu Prilly," ungkap Sasa dingin.

Gadis itu menatap heran, "Masuk dulu, kak Prilly lagi di dalem kamarnya. Sebentar aku panggilin mereka ya..." ucapnya kemudian pergi kelantai atas.

Sasa, Zetta, dan Ira duduk diruang tamu. Mama Ali sengaja ikut kesini untuk menenangkan Sasa, karena Zetta yang menyetir mobil.

"Bu, kak Prillynya ternyata nggak ada dikamar. Mungkin dia lagi keluar," gadis itu tersenyum hangat. "Ternyata, ayah lagi keluar sama mama, mungkin kak Prilly ikut mereka" lanjutnya membuat Zetta memincingkan mata menatap gadis itu.

"Lo siapa? Adek tiri Prilly, kan?" tanya Zetta masih dengan tatapannya.

Gadis itu terkekeh, "Iya, aku Rianti, anaknya mama Cindy"

Jdarr!!

***

"Arrshh..." pekikan Ali terdengar memekakkan seiring peluru pistol merobek kulitnya.

"Kan, udah dibilangin, nakal banget sih,"

"Gu-gue cuma mau lo buka pintu ini, setelah itu gue akan lepasin tarikkan gue dibaju lo." kata Ali memohon pada seseorang yang menutupi wajahnya dengan masker.

"Mau pintu ini terbuka, heh? Silahkan ambil," kata seseorang itu sambil melempar sebuah kunci ketengah kolam renang.

Ali meringis menatap kolam renang. Kaki kanannya, tepat di ibu jarinya, baru saja tertembak peluru. Darah pun juga mulai mengalir di telapak kaki, kini Ali sedang terduduk menselonjorkan kakinya.

Lelaki itu sejenak menatap daun pintu yang terkunci, dan sekarang kuncinya berada di tengah kolam itu. Ali harus berusaha mengambil. Ia harus segera menolong gadis ceria yang sudah lama melengkapi hari-harinya sebagai penggemar, yaitu Prilly.

Tak mau berlama-lama, susah payah Ali berdiri kemudian menyelam ke dalam kolam renang mencari kunci yang dilempar seseorang tadi. Sebenarnya rasa perih dikaki masih terus menjalar hingga ke ubun-ubun, bahkan Ali tak menghiraukan darahnya yang sedikit merubah warna air kolam.

Dengan pengheliatan seadanya didalam air, Ali menemukan kunci yang dicarinya. Cepat-cepat Ali berenang ke tepi kolam renang, ia sudah tidak sabar membuka pintu itu dan mengetahui keadaan Prilly.

Cklekk..

"Pril? Astaghfirullah. Pril, bangun, hey!" Ali terpekik seketika melihat keadaan Prilly yang terkapar tak berdaya dilantai penuh debu.

Ali segera menggendong Prilly menuju pintu keluar. Ia sudah tidak peduli akan lukanya.

"Bertahan, Pril, bunda kamu nunggu kabar kamu..." lirih Ali dengan suara serak.

Bajunya yang basah kini penuh dengan darah Prilly. Lelaki itu semakin panik sesaat merasa Prilly tidak bernapas. Langkahnya melebar agar lebih cepat sampai dipintu keluar.

Tak sadar ada beberapa mata yang menangkap bayangannya, "ALI!"

Ali terhenti dan menoleh ke belakang, "Bunda... mana ambulannya?"

FANS TERSAYANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang