[Aku ingin bertemu denganmu hari ini,apa kau bisa?]…
Hanya menunggu 5 menit,ia sudah mendapatkan balasan dari pesan itu yang membuatnya sedikit lega.
*****

"Aku sudah mendengar tentang kabar itu,"
"Itu yang membuatku sangat terganggu."
"sungguh aku pun tak percaya,karna yang ku tau dia pernah menawarkan bisnis kerja sama padamu  bukan?!!"
Kiana menyandarkan tubuhnya di sofa di sebuah caffe klasik,terdengar beberapa kali hembusan nafasnya yang berat.
"Itulah yang aku tak mengerti,semua ini terlalu ganjil menurutku,dimana kejadian itu bertepatan setelah aku bertemu dengannya,"
"Tapi kau baik-baik saja kan??"
"Awalnya seperti itu,dia menawariku kerja sama yang sangat menguntungkan dengan bermacam pertimbangan yang tak ku mengerti,sedikit aneh memang!!, tapi semakin lama aku mulai faham kemana arah pembicaraannya itu.dan benar saja yang ku fikitkan.ada sebuah maksud terselubung di dalamnya dan semua itu dikatakannya secara terang-terangan.."
"Niat tak baik bagaimana maksudmu??"
"ia berusaha melecehkanku sadna,dengan harapan jika aku mau menukar harga diriku dengan semua imbalan yang ia tawarkan,dan mengiming-imingku dengan keuntungan-keuntungan yang begitu menyilaukan,aku marah dan dengan tegas menolak.sempat ada perdebatan antara kami dan tanpa menunggu lama aku memutuskan pergi karna hatiku sakit oleh perkataannya."
"Tak ku sangka pria yang sangat di segani dalam dunia bisnis pun bisa seperti itu."
"Mungkin ini menjadi balasan yang pantas untuknya.walaupun sedikit mengerikan..!!"lirihnya.
Sadna meraih cangkir late di mejanya,dengan tatapan yang masih terlihat heran.
"Kejadian itu terjadi tak lama setelah kau meninggalkan tempat itu,lalu siapa yang mengetaui perdebatan kalian"
Kiana tercengang menoleh seketika,mencoba mengingat kembali kejadian itu."seingatku,tak ada orang lain selain kami disana.."
"Itu sangat aneh.dan tentunya pelakunya ada di tempat itu juga dan bisa jadi ia sudah merencanakan semua ini.."
"Tapi untuk apa ia melakukan itu,??"
"Entahlah?tapi apa kau masih ingat dengan pria bernama hilton?"
"Ya,aku masih mengingatnya...ia pernah mencoba membuatku hampir mati karna ketakutan saat ia memaksa agar aku mau menikah dengannya.."
"Lalu apa kau ingat apa yang terjadi padanya setelah itu??"
Kiana mengangkat tubuhnya untuk duduk dalam posisi tegak..ia perlahan menoleh kemudian mengangguk.
"Dia lumpuh karna sebuah kecelakaan yang tak wajar."lirihnya.
"Dan ku fikir,pelakunya sama..!!"
"Apa?"
"Ku harap kau bisa lebih tenang mengatasi semua ini.karna aku tau ini akan sangat mengganggu fikiranmu,tapi kau harus tenang,ingat itu!!!"
"Aku akan lebih tenang setelah menemui mu sadna,,benar aku tak bisa mengatakan semua bebanku ini bahkan pada adiku sekalipun."
"Lalu bagaimana jika aku tak ada.."ujarnya sedikit gugup.seraya menyeruput kembali minumannya.
Wanita itu tersentak,ia menatap sadna dengan tajam."maksudmu??"
"Maafkan aku kiana,mungkin kau akan sedikit kaget mendengar ini,tapi sungguh aku merasa sangat berat menyampaikannya."
"Sadna aku tak mengerti maksudmu?"
"Viviek mempercepat pernikahan kami sebelum keberangkatannya ke london,dan selama persiapan itu ia memintaku untuk menetap di india,,aku tak dapat menolak permintaan ini karna aku pun tau jika aku harus mempersiapkan segala sesuatunya nanti.aku pun sudah mendapatkan surat ijin untuk itu,beberapa pasien sudah ku hubungi dan mereka juga sangat mengerti dengan keadaan ku.."
"Dan kau baru menyampaikan ini padaku sekarang??"lirihnya.
"Kiana maafkan aku,aku bermaksud untuk menyampaikan ini lebih awal hanya saja aku menunggu  waktu yang tepat untuk mengatakan ini padamu.."
"Itu berati kau akan meninggalkan ku juga?"
"Kiana aku..!!"
Kiana terdiam,mencoba menahan matanya yang mulai terasa panas..begitupun dengan sadna susah payah ia menjelaskan sebaik mungkin agar sahabatnya bisa mengerti dengan keadannya ini walaupun berat tapi ini lah kenyataan yang harus ia terima...
Cukup lama suasana menjadi hening,rasa tak enak sering kali muncul.rasa tak ingin kehilangan begitu di rasakan kiana karna selama ini hanya sadna yang selalu mendengarkan segala keluh kesahnya.wanita itu meraih tangan kiana kemudian menggenggamnya.
"Aku tau ini berat untukmu,bukan hanya kau.aku pun akan merasa kehilanganmu,tapi itu hanya sementara karna setelah semuanya selesai aku akan segera kembali kesini.."
"Maafkan aku sadna,aku hanya merasa sedih karna kau tiba-tiba akan pergi,tapi bagaimana pun perasaan sedihku tak kalah lebih besar bahagiaku mendengar kabar ini..pergi dan berbahagialah,aku akan menunggumu disini.maaf jika aku tak akan bisa menghadiri hari bahagiamu karna....!!!"
"Aku mengerti,,"potongnya cepat.
Kiana kembali menunduk,menyeka air mata yang mulai memenuhi sudut matanya.
"Kau tak perlu khawatir,karna aku sudah mengantisipasi masalah ini.."
Kembali kiana mengangkat wajahnya."maksudmu?"
"Aku tau,jika kau masih membutuhkan seorang psikolog sepertiku saat keadaanmu mulai tak baik,dan aku sudah mendapatkan seseorang untuk menggantikan tugas ku sementara."
"Siapa??"
"Vinod !!".
"Apa??pria itu?"
"Ya,dia sepupuku.dia seorang psikiater juga seorang inspirator untuku,bahkan dia lah alasan utamaku memilih profesi ini.aku tau pertemuan pertama kalian terkesan kurang menyenangkan.tapi percayalah dia pria baik dan aku yakin dia bisa membantumu selama aku pergi."
Kiana membuang pandangannya,,tentu ia masih mengingat nama itu,pria pemilik nama itu menemuinya beberapa waktu lalu di jembatan brooklyn,walaupun kata maaf sudah terlontar darinya tapi tetap saja ia masih merasa kesal bahkan tak pernah berfikir jika sadna justru  mengusulkan pria itu untuk menggantikannya..
"Kiana,kau baik-baik saja??"
"Ya,tapi kau tak perlu melakukan itu.karna aku rasa aku tak membutuhkan psikolog selain mu dan selama kau pergi aku bisa mengontrol keadaanku sendiri."
"Tak semua pria seperti itu,vinod pria yang baik,kau akan tau setelah kau mengenalnya.kau mengerti maksudku,!!"
"Ya aku tau...tapi aku tak bisa berjanji.."
"Terserah kau saja.."
"Cepatlah kembali sadna."
"Aku janji.."

Percakapan itu terdengar seperti sebuah kata perpisahan di setiap nadanya,,kedua wanita itu larut dalam suasana,melepas rindu sebelum perpisahan.dan mungkin diantara mereka,kiana lah yang paling terpukul atas kepergian sadna..wanita itu bukan hanya psikolog baginya,ia seperti seorang keluarga sahabat juga adik lain selain akira..
Namun di sudut lain,tepatnya di bangku barisan ke tiga di sebelah kanan dari arah mereka.nampak seorang pria tengah duduk seraya sibuk dengan ponselnya,,wajahnya menunduk dengan sebuah topi hitam di kepala,,tangan nya sibuk mengetik dan membalas beberapa pesan yang ia kirimkan pada seseorang. Sudah sejak satu jam yang lalu ia duduk disana,melihat,mendengarkan dan memperhatikan dua wanita yang tengah asik berbincang,bahkan tak jarang ia menarik sudut bibirya ke atas saat menangkap suara dari indra pendengarannya..hanya secangkir coffee yang menemaninya sejak tadi,,pria itu menoleh ke arah luar caffe lewat dinding yang terbuat dari kaca itu,terlihat sebuah motor harley berwarna hitam yang sedang di tumpangi oleh pria berperawakan tegap itu terparkir di ujung jalan tepat menghadap padanya,,mereka seperti saling berkomunikasi lewat tatapan mata yang sangat tajam,,berbicara lewat pesan yang saling di kirimkan,terlihat pria di atas motor itu menganggukan kepala kemudian kembali melajukan motornya meninggalkan caffe itu,dan di detik selanjutnya pria itu pun bangkit dan mulai melangkahkan kakinya keluar,ia menurunkan topinya semakin dalam saat melintas di depan kedua wanita yang tengah asik berbincang.ia kini berdiri tepat di depan pintu keluar caffe itu menghadap suasana jalan yang cukup ramai,kemudian kembali menoleh lewat kaca itu.diantara bisingnya suara kendaraan yang melintas ia berujar lirih
."sudah saatnya kita bertemu kiana..",
Kakinya kembali ia kayuhkan menapaki jalanan seraya menyembunyikan kedua tangan di balik sakunya.

To be countinued...

(Sempatkan kasih komentar plus ❤❤ nya..
Slama masih bisa ngetik komen,knpa cma ngintip doank..ya kan !!!.😁😁)

BEHIND A NAMEWhere stories live. Discover now