Seminggu kemudian...

Pagi kembali menyapa menyisakan beberapa genangan air di jalanan yang sedikit rusak,rumput-rumput masih terlihat basah akibat hujan yang cukup deras mengguyur kota tadi malam..suasana masih terasa dingin karna sang surya sepertinya masih sembunyi dan belum mau menampakan dirinya.hembusan angin tiba-tiba menerobos masuk melewati sela-sela jendela kaca itu,,menerpa sebuah wajah yang masih di tutupi sengan selimut tebal miliknya.tak di hiraukannya suara ketukan di balik pintu kamarnya.ia hanya ingin tidur dan tetap berbaring..
Dan itu tak berlangsung lama ketika ia memutuskan untuk memaksakan membuka matanya saat banyang-banyang itu melintas di hadapannya,bayangan yang tak asing untuknya dan mampu membuat jantungnya berdegup melebihi batas normal,tidak mungkin jika ini sebuah mimpi,ini sudah terlalu pagi.bahkan sejak satu jam yang lalu sebenarnya ia sudah terbangun dari tidur panjangnya.
"Mengapa kau menggangguku,sudah ku katakan bukan aku yang melakukan itu padamu.."teriaknya seraya melemparkan sebuah bantal ke depan jendela..
Dengan gerakan lemas ia berjalan menuju kamar mandi,dan berdiri di depan westefel untuk membasuh wajahnya.di resapinya setiap tetesan air yang kini mengalir di wajahnya.sejenak ia menatap wajahnya yang terpantul lewat cermin..wajah yang terlihat lusuh dan kusut.karna sudah beberapa hari ini kondisi kesehatannya mulai menurun.saat pandangan itu kosong,tiba tiba jantungnya berdegup dengan sekali hentakan saat ia melihat wajah lain dalam cermin itu..
"Tidakkkkkkkk.."jeritnya.ia menoleh dan memutar tubuhnya kilat.dan secepat itu juga bayangan itu menghilang dan tak nampak lagi,

Satu jam berlalu,setelah hatinya benar-benar merasa tenang ia memutuskan keluar dari kamar itu,rasa rindu pada wajah seseorang yang selalu menemani harinya kini tak terasa membuatnya seakan merasa seperti sudah 10 tahun lamanya tak bertemu,,langkah nya pelan saat menuruni setiap anak tangga,beberapa kali ia mengatur nafasnya yang masih terasa begitu berat,pandangannya mulai menyisir ke setiap ruangan di rumahnya,,tak juga ia lihat wajah sang adik yang sejak kemarin tak di temuinya.ia hanya melihat beberapa pelayan yang sedang membereskan ruangan tamu juga seorang chef di rumahnya yang sedang sibuk menyiapkan makanan.
"Dimana akira??"
"Nona sudah pergi sekitar 30 menit yang lalu,"
"Mengapa ia tak menemuiku dulu,,"dengusnya.
"Maaf nyonya.nona akira sudah sejak satu jam yang lalu menunggu anda di meja makan.namun karna sudah terlalu siang ia memutuskan untuk pergi.."
Wanita itu menghela,kemudian menghembuskan nafasnya kasar,saat ia sadar sekarang sudah pukul 10.00,tentu saja sang adik tak mungkin masih berada di rumah.sedikit rasa sesal yang mengganjal.saat mengingat kapan terakhir kali ia menghabiskan waktu bersama sang adik.tertawa,atau bahkan sekedar untuk mengobrol karna ia juga merasa jika akhir-akhir ini jarang bertemu dengan wanita yang sering membuatnya terbahak karna leluconnya.
"Aku merindukanmu nak,,maafkan aku akira.."
------------------------------------
Kiana's bhouley

Hari ini restaurant itu kembali terlihat ramai oleh pengunjung,setiap  meja bahkan sudah terisi,di lihatnya sudah banyak mobil yang terparkir di tempat itu,dari dalam juga nampak para pelayan yang berlalu lalang seraya membawa nampan yang berisi makanan yang sudah di pesan.setelah beberapa hari ia tak mendatangi tempat ini.hari ini ia datang dengan membawa berjuta masalah yang di rasakannya,dan berharap di tempat ini dia bisa sedikit melupakan beban nya itu.langkah demi langkah nya di sambut beberapa pegawai di tempat itu,sebuah senyuman yang terlihat sedikit  pucat itu tak lepas ia lemparkan untuk sekedar membalas setiap sapaan yang di berikan padanya.

(Polisi memutuskan untuk menutup kasus pembunuhan berencana yang  menimpa seorang pembisnis handal. pria yang memiliki bar terbesar di kota New york,tuan Jordan wright..setelah satu bulan terbaring di CREP HOSPITAL dan sebelumnya di temukan dengan keadaan mengenaskan di tempatnya.tak ada perkembangan serta sulitnya menangkap pelaku utama dalam kasus ini.menjadi alasan pihak kepolisian untuk menutup tuntas kasus yang sebenarnya masih terasa misterius..)

Kiana meremas surat kabar yang ia baca lalu melemparkannya keluar jendela ruangannya.rasa marah,takut namun sedikit puas kini bercampur aduk dalam hatinya.menepiskan kemungkinan-kemungkinan yang selama ini memenuhi fikirannya. Rasa marah karna ia sempat di tahan untuk di mintai keterangan karna ia satu-satunya orang yang terakhir bertemu dengan pria itu.takut karna bayang-banyang menakutkan itu sering mendatanginya walaupun ia tak tau apa itu hanya halusinasinya saja.juga rasa puas karna pria itu mendapat hukuman atas sikap dan prilakunya yang sempat merendahkan ia tempo hari.
Di raih nya ponsel di dalam tas kecilnya,kemudian ia mengirimkan sebuah pesan pada seseorang.

BEHIND A NAMEWhere stories live. Discover now