23.2 Berani Memaafkan

23.5K 2.6K 165
                                    


Wajah-wajah terkejut menyambut ucapan Daniel, selama beberapa saat tak ada yang bersuara. Mereka membisu seraya memandangi wajahku dan Daniel bergantian.

"Apa maksudmu?" dengan suara bergetar Opa bertanya.

"Kami akan menikah," mama menutup mulutnya tak percaya. "Beberapa bulan lagi harusnya Kejora menjadi istriku." Lanjut Daniel tenang.

Semua membisu, ucapan Daniel tak bisa dipercaya, baik olehku maupun yang lain. Papa yang biasanya tenang bahkan tak menahan diri. "Kamu tahu dia sudah bersuami." Ucapnya tajam.

"Aku tahu, tapi itu tidak menghentikanku untuk mencintainya," Daniel memandang wajahku, tersenyum penuh sayang hingga membuatku diselebungi ketakutan yang begitu kuat. Tubuhku bergetar, keringat dinginku menetes deras, dengan gelisah menunggu apa yang akan diucapkan Daniel selanjutnya. "Rencanaku berantakan karena kedatangan Rey."

"Dan..." aku tak bisa lagi menahan diri. Namun bukannya berhenti Daniel justru ingin membuat semua orang lebih marah lagi dengan melanjutkan ucapannya.

"Rey membawa Kejora dan anak-anak pergi dariku, padahal selama ini aku yang menjaga mereka."

"Rey suaminya!" mama membentak, tatapan menuduh dia berikan padaku.

"Aku tahu belum lama. Awalnya aku tidak tahu Rey suaminya. Aku membiarkan Rey membawanya pergi karena aku mencintainya."

"Apa yang membuatmu punya keberanian begitu besar? Kamu datang ke rumah ini, mengaku mencintai istri orang lain, terlebih orang itu adalah Rey sahabatmu sendiri. Tak tahu malu. Apa orangtuamu tahu hal ini?" ucapan mama penuh nada sinis yang menusuk.

"Mereka tahu," balas Daniel tenang. " Mereka mencintai Jora dan anak-anak, menganggapnya seperti keluarga sendiri. Bagi keluargaku Kejora seperti malaikat, dia menyelamatkan hidupku, membuatku bahagia."

Semuanya kembali membisu, walau aku terus menunduk, aku tahu tatapan semua orang tertuju padaku. Mereka menunggu penjelasanku.

"Bukan hanya mencintainya aku juga mencintai anak-anak," Daniel menghentikan kata-katanya dan menarik tanganku dalam genggamannya. "Tapi, rasa cintaku tak bisa menahannya agar tidak pergi, menahannya agar memberikanku kesempatan untuk terus mencintainya. Bertahun-tahun aku menunggu, mencintainya dengan tulus. Namun tak pernah cukup, tak pernah cukup. Hatinya milik orang lain, tak ada tempat buatku sedikitpun."

Walau berusaha terlihat tegar aku bisa mendengar suaranya yang bergetar. Hatiku ikut sakit mendengarnya. Daniel selama ini menemaniku, menjagaku dan mencintaiku. Bukannya membalas semua kebaikannya aku justru memberikan semua rasa sakit yang terpatri kuat padanya.

"Dia menjagaku selama ini," ucapku lirih, memberanikan diri untuk bicara dan menghadapi semuanya. "Dia membuatku bertahan."

Dengan menunduk takut dan terbata-bata aku menceritakan semuanya. Tentang pertemuan pertama kami dan apa saja yang telah kami lalui. Aku menceritakan kehidupanku sebelum kembali bersama Rey, sakit hatiku dan juga kekecewaanku. Semua mendengarkanku dengan baik, tidak ada yang memotong ucapanku hingga aku selesai. Tatkala aku selesai menceritakan semuanya baru aku berani mendongakkan kepala, menunggu dengan gelisah reaksi mereka. Selama beberapa saat mereka membisu. Sampai kemudian Opa mulai bicara.

"Walau kamu mencintainya Dan, tapi dia sudah bersuami. Tidak sepantasnya kamu mencintainya. Rey akan terluka, kamu dan Kejora juga akan terluka." Opa bicara dengan lembut. Nada suaranya tenang dan berwibawa. "Kami berterima kasih kamu sudah menjaganya selama ini, menggantikan posisi Rey tapi semua ini tidak benar."

"Aku tahu, Opa."

"Selalu ada masalah dalam kehidupan berumah tangga, itu tidak bisa dihindari. Tapi, kita tidak perlu menempatkan diri menjadi seseorang yang membuat suasana semakin runyam,"

ReconciliationWhere stories live. Discover now