22. Semak Membara 2

29.1K 2.8K 229
                                    

Giliran dikasih tahu ada adegan 18++ nya pada semangat nih nagih update an. Hmmm dasar yah kita sama 😂😂😂😂, sama-sama suka yang mesra-mesra.

Pokoknya janji yang belum 18 tahun skip bacanya yah. Yang 18tahunnya kurang sejam tahan dulu, jangan baca. ok!!!

Enjoy

_________________________________

Rey membawaku ke lift menuju apartemen kami dulu. Kami tak bersuara, tenggelam dalam emosi masing-masing.  Sama-sama marah, menahan diri dan berusaha bersikap tenang. Sama sepertiku yang berkali-kali menghela nafas, Rey juga melakukan hal yang sama.

Rey masih tak bersuara begitu kami masuk ke apartemen. Menegakkan tubuh, dia mengamati sekelilingnya sebelum tatapannya beralih kembali padaku. Dia menatapku dengan kemurkaan karena emosi atas hal yang dia tuduhkan padaku. Melihat keberadaan Daniel dan bagaimana kami berjalan bersama, dia pasti berpikir aku tahu kalau Daniel akan berada di sini malam ini.

Aku memilih mengunci mulutku rapat-rapat dan berusaha menghindari tatapannya, merasa kalau ini adalah satu-satunya respons yang tepat untuk situasi ini.

Rey mendekatiku perlahan, mencengkram lenganku kuat seolah-olah takut aku akan kabur darinya. Dalam kekalutan dan kebisuanku, dia menciumku dengan cara yang membuatku terkesima. Lengannya melingkari tubuhku, tangan lainnya memegang tengkukku, memberikan sentuhan lembut menggoda. Aku selalu merasa berada di alam mimpi saat Rey menciumku, seolah sentuhannya tak nyata. Ciumannya selalu bisa menenangkanku, terasa seperti mimpi namun seluruh indraku berkata kalau ini nyata, wangi, kelembutan dan kehangatannya melingkupiku tak berujung. Pelukannya makin erat dan membuatku sesak nafas. Tapi, aku tak peduli. Kenikmatan ciuman itu telah mengambil kesadaranku dan saat Rey menarik kepalanya menjauh yang aku lakukan adalah menarik nafas dengan kuat.

Tangannya mengunci wajahku, memaksa agar aku membalas tatapannya.

"Kamu tahu dia datang?" tepat seperti dugaanku, Rey mengira aku tahu Daniel akan berada di sini. "Kamu tahu dia datang, makanya kamu setuju untuk ikut," cercanya lagi. "Kejora!" Aku mengabaikannya, bicara dengan Rey yang sedang marah tidak akan membawaku kemana-mana. Dia hanya akan terus mencercaku dan menuduhku sesuka hati. "Lihat aku kalau aku bicara," aku menurut dan dengan berani berbalik menghadapnya. "Kamu tahu dia datang?"

"Nggak." Ketenanganku menyulut emosinya, kali ini tangannya kembali mencengkram lenganku kuat . "Aku nggak tahu dia datang sama seperti aku nggak tahu kalau Laura datang."

"Jadi, karena melihatku bersama Laura kamu membalasku dengan bermesraan dengannya. Teman-temanku tahu kamu istriku, tapi lihat, kamu membiarkan lelaki lain menyentuhmu sesuka hati."

Mau tidak mau aku tertawa, bermesraan? Daniel hanya memegang tanganku dan dia sebut itu bermesraan, kalau begitu aku menyebut keintiman dia dan Laura dengan apa.

"Sebelum kamu menuduhku dengan tuduhan tak masuk akal, lebih baik kamu melihat lebih dulu apa yang telah kamu lakukan. Jangan melimpahkan semua kesalahan padaku."

Rey menyipitkan matanya, tidak suka bantahanku. "Hanya karena melihat aku dan Laura berciuman kamu meninggalkanku. Sebelum bertemu denganmu itulah kehidupan yang aku jalani, aku berhubungan dengan siapapun yang aku mau. Aku dan Laura berteman baik dan entah sudah berapa kali kami melakukannya---"

Pengakuannya membuatku terhenyak, tanpa menunggunya selesai bicara, aku memotong ucapannya. Dengan tenang dan penuh penekanan aku berkata, "Seandainya aku nggak tahu perasaanmu ke Laura, mungkin aku akan melupakan ciuman itu begitu saja. Tapi, aku tahu betapa kamu menginginkannya, Rey. Aku tahu, makanya aku pergi. Lebih baik aku hidup sendiri daripada hidup dengan lelaki yang mencintai wanita lain."

ReconciliationWhere stories live. Discover now