Bagian_15

16.8K 1.1K 7
                                    

_Penyesalan lebih sering menghampiri orang hanya di bagian akhir saja. Begitu orang terlena, terbujuk rayu akan keindahan juga kenikmatan dunia, maka penyesalan mulai mengikuti. Menunggu saat yang tepat, kemudian menyergap orang yang diincarnya tanpa ampun_

************************************

                                                       

Pagi itu langit terlihat cerah, sinar matahari yang malu-malu mulai menampakkan sinarnya menjadi pelengkap keindahan langit tersebut. Kicauan burung mulai terdengar saling bersahutan, menyambut datangnya sang surya. Bahkan akibat kicauan burung tersebut, kelopak mata yang dihiasi bulu mata lentik itu perlahan mulai terbuka, terusik akibat suara kicauan mereka.

Eleora, meski masih mengantuk karena baru bisa tidur menjelang pukul 3 pagi, tetap memaksakan dirinya untuk segera bangun dari kenyamanan juga empuknya ranjang yang ia tempati. Ya, Eleora jatuh tertidur di kamar Nara, entah karena lelah mencari si pemilik kamar atau Eleora merindukan suaminya itu sehingga melampiaskannya dengan menempati ranjang yang menyisakan aroma tubuh Nara.

Entah hanya perasaannya saja atau memang itu yang ia rasakan, Eleora merasa untuk pertama kalinya ini adalah tidur ternyenyak yang pernah terjadi di dalam hidupnya, walau pun tidurnya tidak lah cukup lama, terbilang hanya sebentar.

Melirik jam yang tergantung di dinding, Eleora melihat bahwa sekarang sudah pukul 06.15, berarti sang surya sudah mulai menampakkan sinarnya. Dengan sedikit tergesa-gesa, Eleora bangkit dari atas tempat tidur yang ia tempati kemarin malam. Melangkah dengan langkah yang lebar, Eleora keluar dari kamar kemudian menuju dapur. Karena sepengetahuannya, di jam segitu, Atun sudah datang untuk memulai tugas hariannya.

Benar saja, wanita paruh baya itu sudah ada di sana, mengelap sekitaran kompor, dan tidak menyadari kehadiran Eleora yang berdiri di belakangnya.

"Tun...,"

Bik Atun terkejut, terlonjak kaget, secara refleks membalikkan badannya menghadap ke arah suara yang memanggil namanya tadi. Keterkejutannya semakin bertambah begitu melihat sang Nyonya yang ternyata memanggilnya. Bagaimana tidak terkejut, selama yang bisa bik Atun ingat, sang Nyonya tidak pernah terlihat ada di rumah. Kalau pun ada, hanya sebentar saja, dan itu pun di siang hari bukan pagi hari seperti saat ini.

"Nara kemana?"

Kening bik Atun berkerut, masih belum bisa merespon hanya untuk sekedar mengeluarkan sedikit suara.

"Atun! Aku bertanya padamu." geram Eleora.

"Eh... apa yang nyonya tanyakan tadi?" tergagap bik Atun berusaha memgembalikan fokusnya.

"Nara, di mana dia sekarang?"

"Saya tidak tau, Nya."

"Bagaimana bisa kau tidak tau? Bukannya kau selalu ada di rumah?" gigi Eleora bergemeletuk, menahan amarah.

"Kemarin sore tuan Nara pergi ke rumah tuan Ritomo, menghadiri perayaan ulang tahun istri beliau. Hanya itu yang saya tau, Nya." jawab bik Atun lancar, meski sedikit merasa takut melihat wajah garang sang yonya.

"Lalu Ira, ke mana dia?"

"Kalau tidak salah, neng Ira juga ikut. Katanya supaya tuan Nara ada temannya di sana."

"Sekarang Ira kemana?" tatapan Eleora menajam, firasatnya mengatakan ada yang tidak beres menyangkut dua orang yang namanya ia sebutkan tadi..

Bik Atun menggeleng, kemudian menjawab dengan pelan karena merasa terintimidasi.
"Saya tidak tau, Nya, Sumpah. Coba tanyakan saja sama pak Maman, mungkin pak Maman tau keberadaan tuan Nara sama neng Ira sekarang ini."

Kumbang Dan Bunga [TTS #1 | TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang