Bagian_14

16.7K 1K 18
                                    

_Jalani hari ini denganku. Tidak, jangan hanya hari tapi juga esok dan esoknya lagi. Hingga hari terus berlalu, tanpa kita sadari sudah banyak hari yang kita lewati bersama. Saling bergandengan tangan, melewati jalan di depan sana_

************************************
                                                         
21+

Nggak banyak, nggak juga secara gamblang di gambarkan.

Hanya saja ada adegan dewasanya, maklumin aja, mereka kan baru belah duren.

Jadi, pesan terakhir aku hanya satu, pintar-pintar lah memilih bacaan. Bukan karena sok menggurui atau apa, aku cuma takut kalian muntah dan eneg sehabis baca karya ini.

Resikonya ditanggung masing-masing!!!

                                                         

Jantung Kevan terpompa dengan irama detakkan yang bisa ia dengar dengan jelas. Bahkan tanpa dapat Kevan cegah, wajahnya telah memucat layaknya pencuri yang dipergoki sedang melakukan aksinya.

Melihat sosok Alva yang kini berjalan menghampirinya, membuat Kevan sesak napas sekaligus merasa terintimidasi oleh sosok Alva yang sedikitnya memiliki aura yang hampir sama dengan Binara Aaraju, sosok yang paling dewasa sekaligus yang paling tenang juga berkepala dingin di antara mereka ber~enam.

"Hayoo..., lagi ngapain kau? Sampai pucet gitu, kayak maling yang tertangkap basah aja."

Mata Kevan memutar sembari mencari alasan agar ia bisa segera terbebas dari tatapan menyelidik temannya itu. Begitu alasan itu berputar di otaknya, Kevan malah melihat Alva yang merunduk di depannya, memungut kertas-kertas yang berserakkan. Jelas saja Kevan di sergap kepanikkan, takut jika sampai Alva semakin menaruh curiga padanya karena secara sengaja ingin membaca berkas kasus yang sedang ditangani Danu.

"Al, itu..., aduh." Kevan bingung sendiri jadinya.

Alva yang sempat terdiam karena tidak sengaja membaca sekilas beberapa huruf di atas kertas yang berada di tangannya dengan segera mengumpulkan semua kertas itu menjadi satu, kemudian mengembalikan semua kertas itu ke dalam map, menutup lalu meletakkan kembali map itu ke tempat semula, sebelum Kevan mengambilnya tadi.

"Jangan bilang Danu ya, Al! Aku penasaran aja tadi, soalnya Danu main rahasia-rahasiaan segala. Padahal kan selama ini nggak ada rahasia jika sudah menyangkut kita semua."

Alva menghela napas untuk menenangkan diri. Posisinya yang membelakangi Kevan membuat Alva bisa mengatur ekspresi wajahnya begitu ia membalikkan badan menghadap temannya itu.
"Benaran cuma penasaran?" nada suara Alva terdengar menggoda, iseng untuk menjahili Kevan yang wajahnya masih terlihat pucat.

"Sungguh. Cuma penasaran, nggak ada maksud lain. Sumpah!" Kevan mengangguk sembari mengacungkan jari tengah dan telunjuknya.

"Kalau gitu masalah beres," Alva mengibaskan tangannya sekilas, kemudian menggiring Kevan untuk duduk bersama dengannya di sofa.

Terdengar helaan napas yang cukup keras hingga Alva yang tadi menyandarkan kepalanya di sandaran sofa langsung menoleh kearah sumber suara, terlihat Kevan yang wajahnya sudah tidak lagi pucat.
"Tumben kau ada waktu siang-siang begini? Memangnya stok wanita yang kau gilir sudah nggak ada ya?" tanya Alva untuk mengurai ketegangan.

Kevan terkekeh sembari menggelengkan kepala. Wajar saja jika semua temannya menanyakan hal yang sama, yaitu para wanita yang selalu menemaninya berolahraga di atas ranjang. Toh, Kevan mengakui jika ia memanglah pria yang sangat menyukai kegiatan yang satu 'itu'.

Kumbang Dan Bunga [TTS #1 | TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang