Bagian_1

25.2K 1.4K 44
                                    

_Ibarat bunga, kau adalah tunas yang baru akan mekar. Menunggu saat yang tepat untuk menampakkan kelopakmu yang cantik. Dan aku berharap, jika akulah yang pertama melihat kelopakmu itu_

🍒🍒🍒

Mobil mewah yang ditumpangi Ira baru saja berhenti tepat di beranda di sebuah rumah mewah berlantai dua dengan halaman luas. Sungguh, Ira tidak pernah melihat rumah semewah ini yang dilihatnya saat ini, karena selama 18 tahun hidupnya ia habiskan di desa dengan jejeran rumah sederhana dan hamparan perkebunan teh.

"Sudah sampai, neng. Neng Ira enggak mau turun ya?" suara yang berasal dari balik kemudi menyadarkan Ira dari keterpanaan.

Gadis itu cengengesan ketika memandang ke arah supir yang tadi menjemputnya di terminal. "Maaf pak Maman. Saya sedang mengagumi taman bunga luas yang ada di sini. Taman bunga saya di kampung sih nggak ada apa-apanya."

Pak Maman hanya bisa memggelengkan kepala dan tersenyum melihat keceriaan yang ada pada gadis remaja di sampingnya. Gadis yang menolak duduk di belakang dan lebih memilih duduk di depan. Gadis sederhana yang ayu dan sangat ceria dengan senyum manis yang selalu tersungging di bibirnya. "Ayo kita turun neng, enggak enak sama nyonya dan tuan yang sudah nungguin di dalam."

"Ayo ah tuh pak Maman." dengan semangat Ira keluar dari mobil dan mengikuti langkah pak Maman memasuki rumah mewah dengan gagang pintu yang dilapisi emas.

"Mari neng Ira, tuan dan nyonya lagi nunggu di ruang tamu." pak Maman membimbing langkah Ira menuju ruang tamu.

"Iya...." mata Ira terus menatap kagum setiap penjuru ruangan yang ia lewati.

Ira selalu tercengang di setiap langkahnya, menatap hiasan rumah yang pasti sangat mahal harganya. Rumah suami tantenya ini, sudah seperti istana, yang begitu luas. Tapi Ira hanya sebatas mengagumi, dan tidak memiliki keinginan untuk memiliki hal yang serupa seperti tantenya. Karena bagi Ira, kesederhanaan sudah sangat bisa membuat ia bahagia.

"Neng Iranya sudah sampai, nyonya." suara pak Maman membuat pandangan Ira langsung mengarah ke depan, tepat ke arah sepasang suami istri yang duduk di atas.

"Hmm, pak Maman boleh pergi." Eleora mengibaskan tangannya menyuruh sang supir pribadi suaminya segera menyingkir dari hadapannya.

Ira yang sedari tadi terpaku akan mata tajam yang menatap dirinya, langsung berubah panik ketika menyadari pak Maman tidak lagi berada di sisinya. Sehingga Ira harus menelan ludah gugup, dan langsung membalas tatapan tajam dan merendahkan yang berasal dari tantenya.

"Mau sampai kapan kau berdiri seperti patung di sana, Ra?," sergah Eleora. "Cepat duduk, karena ada beberapa hal penting yang harus aku beritahukan sebelum kau memulai pekerjaanmu." imbuh Eleora angkuh.

"Iya, tante." dengan patuh Ira mendudukkan dirinya di atas lantai marmer tempat ia berdiri tadi. Dan tindakannya itu langsung membuat sepasang alis tebal pria yang sedari tadi menatap dirinya terangkat tinggi.

Eleora mengaangkat dagunya tinggi. Merasa puas karena melihat keponakannya duduk di bawah yang berarti menandakan jika keponakannya itu menyadari jika status mereka telah berbeda. "Pertama-tama, kenalkan ini suami tante, namanya Binara, kau bisa memanggilnya om Nara," mata Ira mengikuti pergerakan jari telunjuk tantenya yang mengarah kepada pria bermata tajam di sebelah tantenya itu. "Tugasmu hanyalah melayani suami tante. Mulai dari makan, pakaian sampai keperluan kecil lainnya. Di rumah ini, pembantu hanya datang untuk membersihkan rumah, mencuci dan menyetrika pakaian, dan mereka akan pulang sebelum jam 6 sore." keangkuhan Eleora semakin terlihat di saat ia menumpuhkan kakinya menjadi satu hingga memperlihat pahanya yang mulus.

Kumbang Dan Bunga [TTS #1 | TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang