6

233 20 2
                                    

Edited version

☀ | Sunny

Flat Lock masih seseram yang kuingat. Letaknya memang dekat dengan jalan utama, tapi tempat itu selalu terlihat sepi dan muram. Aku gemetar hebat saat menaiki lift sialan itu lagi --setelah sekian lama. Berkarat dan berderit-derit. Jujur saja, aku waswas kalau tiba-tiba lift itu terlepas dan aku terjun bebas lalu mati. Demi Tuhan, hidupku memang berantakan, tapi aku masih ingin melihat matahari lebih lama.

Saat tiba disana, persis seperti yang Lock katakan, flatnya memang kosong. Aku menyumpah serapah setelah berhasil mengingat bahwa Lock bilang dia menyimpan kunci flatnya di tempat sampah. Aku mengaduk-aduk sampah busuk itu sambil menahan mual. Terimakasih, Lock, karena kuncimu itu berada tepat di bawah burger yang sudah basi. Yuck!

Aku memutar kunci dan berhasil membuka pintu. Hm, setidaknya flat Lock tidak seberantakan yang dia katakan. Aku meletakkan koperku di ruang tengah kemudian berkeliling untuk memeriksa flat tersebut. Ada setumpuk pakaian kotor di atas mesin cuci dan buku-buku yang berserakan di jendela baca Lock --Karen. Oh, kurasa Sherlock baru saja mengerjakan tugas Mrs. Callaghan. Buku-buku klasik itu peninggalan Karen. Salah satunya, --karya Jane Austin itu-- adalah kado dariku.

Aku merapikan buku-buku tersebut, meletakkannya di atas karpet di samping jendela baca. Aku baru akan menarik koperku ke dalam kamar Karen ketika aku mendadak merasa lapar.

Aku memutuskan untuk memeriksa kulkas terlebih dahulu. Koper itu bisa menunggu. Aku harus mengisi perutku terlebih dahulu. Aku membuka kulkas dan langsung kecewa. Rumah dan kulkas ternyata sama sepinya. Hanya ada yogurt dan apel.

Tapi tidak apa-apa. Lumayan untuk camilan tengah malam. Setidaknya aku tidak harus kelaparan sepanjang malam.

Aku membawa apel dan yogurt itu ke kamar Karen lalu kerepotan sendiri membawa koperku.

Kamar Karen selama ini tetap dibiarkan kosong. Kata Lock, aku boleh menempatinya kalau aku mau. Masih ada beberapa baju Karen di dalam klosetnya. Bahkan kamar ini masih beraroma Karen, seperti aroma musim semi. Menyegarkan dan membangkitkan perasaan rinduku pada sahabatku itu.

Sambil berbaring di tempat tidur, aku memandang langit-langit flat yang sudah menguning dan berbercak-bercak. Aku menggigit apelku dan mulai merasa gelisah. Lebih ke perasaan tidak nyaman karena sudah pergi dari rumah. Aku tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Jujur saja, aku mulai mengkhawatirkan kelangsungan hidupku.

Untungnya, libur musim panas akan tiba sebentar lagi. Aku mungkin akan meminta pekerjaan pada Lucy, seperti biasa. Ayahnya punya toko yang besar di mall. Anak itu selalu merekomendasikanku untuk bekerja paruh waktu setiap libur musim panas disana. Ayah Lucy menyukaiku karena tentu saja, Lucy juga sangat menyukaiku.

Dan aku mungkin juga harus mempertimbangkan tawaran Maxim untuk bekerja di panti jompo milik Bibinya, merawat para orang tua. Bibi Maxim menawarkan gaji yang cukup besar. Kurasa itu bisa membantuku mengatasi kesulitan keuangan yang akan kuhadapi kedepannya.

Aku mendesah puas. Kurasa itu ide yang sangat bagus untuk memulai hidup mandiriku. Aku tidak perlu memikirkan soal uang atau rumah. Aku bisa menjadi penjaga rumah Sherlock. Aku yakin, dia tidak akan keberatan.

Hanya saja... Bagaimana aku harus mengatakannya pada Keenan --bahwa aku sudah keluar dari rumah dan tinggal bersama Sherlock di flatnya?

Aku mendesah lagi. Aku menghabiskan yogurtku lalu membuang wadahnya ke tempat sampah di belakang pintu. Aku kemudian mengganti pakaianku lalu bersiap untuk tidur.

What IfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang