1

505 31 0
                                    

☀ | Sunny

Sepuluh menit. Aku membutuhkan waktu sepuluh menit untuk bersiap-siap sebelum Keenan meneleponku lagi.

Hari ini Kamis. Kami punya beberapa kegiatan rutin yang kami lakukan di hari yang berbeda-beda, sejak kami memutuskan untuk berpacaran kira-kira enam bulan yang lalu. Hiking di hari Senin, menemani Keenan latihan bersama band-nya di hari Selasa, menonton pertunjukan musik di hari Rabu, ke museum di hari Jumat dan berkumpul di garasi Maxim di hari Sabtu.

Menonton film adalah jatah untuk hari Kamis. Aku bahkan menandai agendaku untuk itu, karena memang hanya kegiatan hari ini yang aku sukai. Maksudku, hey, cuma Keenan cowok aneh—tapi keren—yang suka ke museum atau kencan sambil mendaki bukit di belakang kampus Universitas Montana. Aku pernah melihat orang dewasa melakukannya —kencan sambil hiking. Entah apa yang mereka pikirkan. Tapi, itu menjadi sangat tidak menyenangkan karena kami masih remaja. Seharusnya kami pergi ke tempat-tempat keren, misalnya kafe atau restoran unik yang baru buka itu. Demi Tuhan, ide seperti ini memang benar-benar muncul dari kepala dengan rambut ikal pirang keemasan yang terlihat mengagumkan bahkan saat berantakan milik Keenan; gagasan membosankan itu.

Aku hanya tidak bisa menolaknya. Aku tidak mau berurusan dengannya saat dia ingin mendebat sesuatu. Jadi, aku akan menuruti apa maunya meskipun itu kadang sedikit menyulitkanku.

Seperti saat aku harus menemaninya latihan bersama band-nya. Maksudku, oh ya ampun, band itu sudah tidak tertolong lagi. Cuma band yang berbasis di garasi sempit milik Maxim. Anggotanya sebanyak empat orang. Pacarku, Keenan, sebagai gitaris merangkap vokalis. Maxim bermain bass. Luke bertanggung jawab pada drum dan Sherlock pada organ.

Sebenarnya mereka adalah sekumpulan cowok-cowok populer di sekolah. Tapi percayalah, saat mereka meramu instrumen itu menjadi lagu, mereka seharusnya segera menyadari bahwa mereka... benar-benar payah.

Tapi itu tidak sebanding dengan apa yang harus aku lalui di hari Rabu. Menonton pertunjukan musik langsung. Kami selalu makan malam lebih awal di Caras Park setiap hari itu, yang biasanya juga menyajikan pertunjukan musik lokal, selain jejeran truk makanan dan stan minuman.

Aku pernah hampir merengek, meminta Keenan untuk membawaku ke Big Dipper Ice Cream daripada ke tempat itu. Oh ayolah, disana membosankan dan hanya ada para orang tua atau keluarga dengan anak-anak kecil yang berkeliaran kesana kemari. Aku juga harus makan di tempat terbuka dengan pilihan menu di luar standarku. Tentu saja karena aku harus patuh pada aturan yang kubuat untuk kondisiku. Aku cuma bisa makan salad disana.

Tapi, sekali lagi, ini adalah ide Keenan dan Keenan Syann benci dibantah. Aku harus bersabar karena festival musik itu akan berakhir pada bulan Agustus. Keenan sudah berjanji untuk mendiskusikan ulang agenda apa yang akan kami lakukan setelahnya di hari Rabu. Aku punya beberapa usulan dan aku pastikan, big dipper ice cream ada di dalam gagasan untuk itu.

Kemudian, aku punya hari Kamis yang jarang membosankan. Aku selalu memanfaatkan hari ini dengan sebaik-baiknya karena hari berikutnya, Jumat dan Sabtu, adalah bencana. Museum dan garasi Maxim. Aku bahkan tidak bisa menentukan, manakah dari dua tempat itu yang tidak berpotensi membuatku terkena stroke ringan.

Baiklah, lupakan itu sejenak.

Aku mengenakan lagi crop topku yang kupakai ke sekolah tadi pagi, melapisinya dengan jaket denimku yang sudah agak usang dengan celana berwarna senada. Crop top itu kupermak sendiri dari sebuah blus dengan lengan sabrina bergaya vintage. Aku membelinya bersama beberapa pakaian lain di toko barang bekas di kota. Aku menyukai pekerjaan itu, karena aku mendapat uang dari sana. Membeli baju bekas yang masih bagus, mengubahnya dengan keahlianku menjadi baju model baru yang disukai anak-anak muda. Aku tidak bisa menemukan sneaker-ku sembari merapikan rambutku dengan jemari. Aku akhirnya hanya menarik flat shoes lamaku dari bawah lemari, memakainya dan sudah siap untuk berlari turun, menunggu Keenan di lantai bawah.

What IfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang