Find It: When It Start? Part 6

243 11 0
                                        

"Nara menghubungiku dengan nada ketakutan yang luar biasa." Kata Luhan dengan nada frustasi.

"Bukankah kau pernah mengatakan padaku kalau pikiran Nara adalah perisai Luhan, dan sekarang kau bisa membaca pikiran Nara begitu juga sebaliknya jadi dengan kata lain bukankah sekarang kau dan Nara terikat jadi kau juga bisa melacak dimana Nara berada bukan ? Kau bisa melacak Nara melalui aroma darah kalian bukan ?" Kata Haera penuh selidik.

Luhan mengangguk membenarkan ucapan dirinya. Dia merutuki dirinya sendiri kenapa hal seperti itu tidak terpikirkan olehnya. Luhan segera bergegas pergi meninggalkan ruangan Kris tanpa menghiraukan panggilan yang lain. Mendengar suara Nara yang penuh ketakutan membuatnya panik dan kalut pikirannya. Luhan segersa berteleport ke rumah Nara. Dengan tergesa-gesa dia mencari disetiap sudut rumah Nara, berharap Nara hanya sedang bercanda dengannya. Tapi nihil Nara benar-benar tidak ada di sana.

"Nara, jawab aku Nara." Luhan terus mencoba menghubungi Nara, tapi tetap saja hening tidak ada sahutan kecil ataupun jawaban yang membuat lega. "Nara pasti tidak sadarkan diri." Pikir Luhan. Luhan tau pasti jika saat ini. Nara tidak terluka karena dia tidak merasakan apa-apa berarti Nara masih  aman. Luhan kembali memfokuskan pikirannya untuk menelusuri jejak Nara. Keadaan Nara yang tidak sadarkan diri menyulitkannya untuk menemukan keberadaanya, dia hanya bisa mengikuti instingnya dengan menelusuri jejak aura Nara.

"Aaaarrgghh.." Luhan mengerang geram. Merasa sangat bodoh dan tak becus melindungi kekasihnya.

"Tenanglah Luhan" ucap Haera yang entah sejak kapan berada dibelakang Luhan bersama Kai. Haera menepuk pundak Luhan kemudian menatap lekat mata kakak semata wayangnya itu, jelas terpancar amarah, gelisah, takut, cemas, menyesal dan entah perasaan apalagi yang bisa Haera tangkap dari mata Luhan.

"Kemarahan dan kecemasanmu justru akan menyulitkanmu menemukan Nara Luhan. Cobalah untuk tenang dan fokuskan pikiranmu" ujar Kai menyilangkan kedua tangannya didepan dada dan menatap sahabatnya itu berusaha menenangkannya.

"Benar kata Kai, tenangkan pikiranmu Luhan. Kami akan membantumu mencari Nara." Kata Haera menatap Luhan dengan cemas. Dia tak pernah melihat Luhan berantakan seperti sekarang.

"Hhh" Luhan menghembuskan napasnya kasar kemudian memejamkan matanya untuk kembali memfokuskan pikirannya pada Nara dan menekan emosinya. Luhan mulai menelusuri setiap sudut ruangan ekspresinya berubah-ubah, dia bisa merasakan setiap emosi Nara di setiap jengkal aura yang ditinggalkan Nara. Seperti mendapatkan titik terang Luhan segera bergegas keluar rumah. Kai dan Haera juga bergegas mengikuti Luhan tanpa bertanya apapun. Luhan berhenti ketika sampai ditengah hutan, pandangannya menelusuri setiap tempat seperti sedang mencari sesuatu kemudian dia memejamkan kembali matanya.

"Aku tau dimana Nara" Kata Luhan tiba-tiba dengan ekspresi yang tidak dapat ditebak. "Kita berteleport kesana". Tanpa diperintah Kai dan Haera segera menggenggam tangan Luhan. Mereka tau ini bukan saatnya untuk bertanya kalau tidak ingin mendapat tatapan dingin dari Luhan.

Beberapa detik kemudian Luhan, Kai dan Haera tiba didepan sebuah bangunan tua ditengah pemukiman mati. Pemukiman itu sudah lama tak dihuni setelah penyerangan besar-besaran beberapa ratus tahun silam. Tanpa pikir panjang Luhan bergegas lari masuk kedalam bangunan itu.

"Luhan!! Tunggu. Jangan gegabah! Shit!!" Geram Kai melihat Luhan yang sudah masuk kedalam bangunan itu tanpa strategi. Ini bukan kebiasaan mereka berperang tanpa strategi, tapi emosi Luhan sudah menutupi rasionalnya. Mau tidak mau Kai dan Haera juga berlari mengikuti Luhan.

Begitu masuk kedalam bangunan itu Luhan bisa merasakan kehadiran Nara dengan sangat jelas. Ini meyakinkannya jika Nara memang benar ada dibangunan ini. Dia terus berjalan seolah sudah berkali-kali datang ketempat ini, dia bisa merasakannya. Dan ternyata benar dia menemukan Nara tak sadarkan diri disudut ruangan dengan tangan dan kaki terikat. Mata Nara juga ditutup dengan kain. Pantas saja Luhan kesulitan menemukan Nara. Hati Luhan langsung mencelos melihat kondisi kekasihnya. Siapa yang tega melakukan hal keji seperti itu pada gadis baik hati seperti Nara. Luhan bersumpah tidak akan pernah memaafkan bajingan itu. Luhan bergegas ingin menghampiri Nara tapi langkahnya terhenti ketika melihat sosok lelaki menghadangnya. Luhan maupun lelaki itu tak dapat menyembunyikan rasa terkejut. Mereka sama-sama tidak menyangka siapa yang ada dihadapan mereka. Terutama Luhan.

Find it : when it start?Where stories live. Discover now