Sifat Dibalik Wajah

4.2K 191 6
                                    

Sejak kepulanganku dari minimarket tadi,aku mengurung diri dikamar. Tidak sebenarnya bukan mengurung karena pintu kamar ini tidak kukunci. Aku masih berpikir sebenarnya apa yang terjadi padaku? Mengapa hatiku terasa sesak sekali. Ya Allah mengapa rasa kagum ini lama-lama berubah?

"Kamu sakit,Dib?" ucap bunda seraya mengelus lembut kepalaku.

"Tidak bun,aku hanya sedikit capek,"

"Ya sudah kalo begitu,mau bunda bikinkan susu hangat?" Aku hanya mengangguk dan tersenyum pada bunda. Ya Allah terimakasih engkau telah berikan padaku seorang bunda yang sangat menyayangiku.

...

Aku menyiapkan segala keperluanku,seperti penggaris,papan dada,kartu tanda ujian dan alat tulis lainnya. Akhirnya ujian tengah semester tak terasa akan kuhadapi.

"Dib,cepetan dong! Mas udah karatan nunggu kamu," teriak seseorang dari lantai bawah. Aku segera menuruni tangga sambil membenarkan jilbab yang kupakai.

"Iya tunggu mas," ucapku sedikit berteriak.

"Sudah dicek semua Dib? Tidak ada yang tertinggal?" Tanya bunda sambil memasukkan bekal makananku ke dalam tas.

"Tidak Bun,Insyaallah sudah Diba masukkan semua," ucapku dan mencium punggung tangan Bunda sambil pamit. "Ayah dimana Bun?" tanyaku.

"Ayah masih mandi sayang,tadi ayah bangun agak siangan,"ucap bunda. "Yasudah sana berangkat,nanti terlambat lagi!" Perintah bunda.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam,"

...

"Dib,kamu nyatet catatan yang dikasih Pak Gito kemaren ga?" Tanya Lina yang telihat kacau.

"Nyatet kok,pelajaran sejarah kan,emang kenapa?"

"Pinjem sini,aku lupa ga nyatet soalnya. Padahal denger-denger 50% soal yang bakal kita kerjain nanti bersumber dari situ," terangnya.

"Tau dari mana? Alhamdulillah dong kalo gitu. Untung materi dari catatam itu sudah kupelajari,"

"Alhamdulillah dari mana Dib? Aku sama sekali belum mempelajarinya," jawabnya. Mungkin ini yang membuat Elin frustasi.

TETT...TETT...

"Ya Allah bagaimana ini? Diba aku bahkan belum membacanya," ucapnya frustasi.

"Jangan pesimis gitu Lin,percaya deh sama kemampuanmu. Insyaallah bisa kok," ucapku sambil mengelus lengannya. Elin hanya mengangguk dan kami sama-sama masuk ke  ruang ujian.

...

"Gimana,Stel? Susah ga ujiannya?" Tanya seorang cowok tampan yang duduk dibangku taman bersama seorang gadis cantik berambut coklat.

"Susah Dam,aku langsung ngawur jawabnya." Ucap gadis berambut coklat itu sambil memakan coklat yang ia bawa.

"Kasian banget sih,sayangnya Adam." Ucap cowok bernama Adam itu. Sambil ikut memakan coklat yang sedang dimakan oleh pacarnya itu.

"Oh,iya Stel,nanti malem jalan yuk? Nanti aku jemput jam 7," ucap Adam. Stela hanya mengangguk dan tersenyum memandangi wajah pacarnya.

...

Satu minggu kemudian...

"Alhamdulillah ujian tengah semester ini selesai juga," ucap gadis disebelah Diba dan Elin.

"Iya,rasanya capek banget tiap malem begadang buat ngerjain soal-soal nyebelin itu," tambah Elin tak kalah bahagianya dari Sasa. Sedangakan Diba hanya terkekeh geli mendengar keluh kesah teman-temannya itu.

Sasa sebenarnya adalah teman Diba dan Elin sejak smp tapi Sasa tidak terlalu dekat dengan Elin begitupun Diba. Tapi sejak ujian tengah semester itu mereka menjadi dekat karena Sasa sering bergabung dengan Diba dan Elin belajar bersama.

"Udah ah yuk,ke lapangan bentar lagi upacara dimulai," ucapku. Kami bertiga berjalan bersama menuju lapangan untuk melakukan upacara.

Rasanya begitu cepat,sampai-sampai aku sendiri tidak menyadari kalau hari senin sudah tiba. Sebenarnya aku tidak begitu suka dengan hari senin,karena pelajaran di hari ini begitu membosankan. Tapi aku juga bersyukur karena di hari ini aku dapat mendengar suara Kak Adam secara langsung.

"Hormat grak!" Ucap seorang cowok yang suaranya sangat familiar di kupingku. Siapa lagi kalau bukan cowok yang berdiri tegap di tengah lapangan itu.

Aku kadang hanya menatapnya sesekali ke arah cowok itu,ia begitu tegap dan tinggi. Kulitnya yang putih seakan memantulkan cahaya matahari yang mulai menyilaukan. Astagfirullah,ucapku. Aku baru saja  membayangkan rasa kagumku  pada Kak Adam yang jelas-jelas bukan mahramku.

Bisa dibilang setiap hari senin,aku pasti sedikit melirik ke arahnya dan mendengarkan suara tegasnya itu. Hanya mendengar suaranya saja aku merasa senang sekali.

Setelah upacara selesai. Aku,Elin,dan Sasa menuju ke kelas.

"Anterin aku ke koperasi yuk!" Ucap Elin. "Aku mau beli kaos kaki nih,malu kaos kaki yang aku pake sekarang jarinya udah keluar empat-empatnya," tambahnya.

"Yaudah kalo gitu,kamu sama Sasa aja ya? Soalnya aku mau buru-buru ke kelas," ucapku yang hanya dibalas anggukan.

Saat berjalan melewati lorong menuju kelas,aku tak sengaja bersimpangan dengan Kak Adam,ia terlihat terburu-buru.

"Minggir lo,ngapain ngalangin jalan," ucapnya kemudian menabrak bahuku. Dan berjalan setengah berlari begitu saja.

'Astagfirullah,' batinku.

Adiba HumairahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang