Prolog

194 12 0
                                    

Sebenarnya saya gak maksud gantungin cerita lainnya, dan bikin cerita baru lagi. Tapi ini sumpah saya kesel banget! Karena kemaren ngetik LATW sekitaran 6 halaman, trus laptop mati. Trus gue lupain. Trus pas inget, cepat ngecek dokumennya. Dan tau apa? Gak tersave! T_T

Lagipula yang sekarang ada di kepala saya adalah cerita ini. Dan cerita ini berdampingan dengan cerita CACA-ATHA-ANGGA.

Dan btw lagi, ini cerbung lama saya. Yg baru nemu ide lagi setelah 4 tahun berlalu._. Dan btw, alurnya dirombak habis-habisan. Karena file yang dulu itu entah dimana-_-

Hope you enjoy!

LONELY ANGEL

"Airaku..."

Mendengar suara yang paling dihindarinya selama 2 hari terakhir itu, membuat Aira memasang kembali headset yang tadi sempat ia lepas ke telinganya. Tidak lupa pula ia menekan tombol volume hingga maksimal. Membuat suara Justin Bieber dengan lagu Company-nya terasa mendentum-dentum memekakkan.

"Buset dah! Gak takut budek lo, Ra? Gue aja denger ini."

"..."

Tentu saja tidak ada balasan. Suara cowok di samping Aira itu sama tenggelam di antara lirik-lirik lagu yang Aira dengar. Selain itu, gadis itu sejak tadi khusyuk dengan buku kimia di pangkuannya.

"AIRA..." Cowok ini berteriak sambil mengedip-ngedipkan kedua matanya dengan kepala yang sudah nyaris ia sandarkan pada pangkuan Aira, di atas buku yang Aira baca.

Cukup sudah.

"APAAN SIH LO!" Sentak Aira dengan suara yang jauh lebih keras dari yang ia maksudkan-karena music yang beitu keras di telinganya. Ia jadi tidak sadar bahwa kini pandangan orang-orang di sekitar kini tertuju pada mereka berdua.

"Gue kaget loh, Ra. Sumpah. Kalau Cakra yang ganteng ini jantungan, lo bakal sedih kehilangan loh." Pemuda dengan seragam yang sama dengan Aira-hanya saja lebih berantakan dengan ujung lengan yang digulung dan kemeja yang tidak dimasukkan itu bergaya lebay sambil mengelus dadanya.

Aira menatapnya sumpah mati kesal dengan napas yang diembuskan keras-keras. Ini sudah hari kedua semenjak pemuda ini masuk ke sekolahnya dan terus merecokinya terhitung sejak ia menemukan Aira berjalan dari gerbang saat datang kemarin.

Dari ribuan sekolah di Jakarta, kenapa cowok pengganggu ini harus masuk ke sekolahnya?

"Kenapa nih?"

Baik Aira maupun Cakra mendongak, seorang cowok tinggi dengan kedua tangan di saku mendekati mereka.

"Dia gangguin lo, Ai?"

Walau bingung, Aira mengangguk dua kali dan berdiri dari duduknya. Ia butuh alas an untuk pergi dari sini. Dari Cakra sarap yang mengganggu konsentrasi Aira dari kimia. Mungkn ia bisa mengajak cowok ini-Adit-untuk pergi kemana kek gitu. Yang penting Cakra gak perlu ikut.

"Ngapain lo, gangguin pacar gue?"

E?

Aira menoleh untuk memastikan bahwa suara itu milik Adit, bukan milik Cakra. Lalu Aira menoleh lagi kea rah Cakra yang kelihatan begitu terkejut bagai mendengar petir di siang bolong. Eh, Aira juga sama sih, kagetnya. Apa tadi Adit bilang?

"Hahahahaha." Cakra tertawa kencang saat seolah kesadarannya pulih. "Pacar? Jangan ngaku-ngaku deh lo. Dari kemaren gue gak liat lo tuh."

"Kemaren gue ada lomba. Dan gue juga gak pernah liat elo. Anak baru?"

"Ra, serius ini cowok lo?" Menghiraukan Adit, Cakra bertanya pada Aira.

"Iya. Kenapa?"

"Kok lo udah punya pacar aja sih? Ayolah Aira. It's not funny"

Aira berjengit. Menatap Cakra seolah cowok itu mengeluarkan gagasan paling tak masuk akal yang pernah ia dengar. Trus siapa dong yang lucu? Si Cakra cowok sialan yang waktu kelas 3 smp dulu bikin Aira patah hati sampe punya nilai UN yang hancur, gitu?

Dan sekarang cowok itu kembali ke sini dan berkata sedemikian tadi. HAHAHA. Cakra benar-benar lucu sekali.

"Dit, pulang yuk. Udah hampir setengah lima juga. Gue belajarnya di rumah aja, di sini ada pengganggu." Aira menekan kata terakhirnya dan langsung menggandeng tangan Adit untuk menariknya dari situ. Biarlah ia ikut saja sandiwara Adit. Walau ia tidak tahu apa motivasi Adit melakukan ini.

Mereka terus berjalan bergandengan melewati pinggir lapangan yang sudah sepi menuju parkiran. Sesekali Aira menoleh untuk memastikan bahwa Cakra tidak mengikuti mereka. Sampai saat ia melihat bahwa mobil yang menjemputnya sudah ada di depan gerbang, Aira melepas gandengannya.

"Eeengg... emm-"

"Thanks." Aira memotong dengungan Adit yang tidak tahu harus berkata apa. Aira hapal betul tingkah pemuda pemalu ini, yang kini wajahnya memerah sampai ke telinga.

Bahkan Aira masih tidak percaya, yang mengaku sebagai pacarnya tadi adalah seorang Aidtya Perwira.

"Gue duluan." Aira melambaikan tangan formal, sekadar untuk berpamitan. Dan Adit hanya mengangguk, melambai kaku dengan wajah yang kini pucat.

Baru saat mobil gadis itu telah menghilang dari pandangan, Adit merosot hingga berjongkok sambil memukul-mukul kepalanya sendiri. Untung parkiran sudah sepi. Kalau ada yang melihat, mungkin mereka akan mengira Adit sedang kesurupan.

"Bego. Bego. Bego!!" Adit tak henti-hentinya merutuki diri sendiri. Apa yang ada dalam fikirannya sih? Pacar? Hoh!

Tadi ia hanya bermaksud menghampiri Aira yang terlihat sangat terganggu dengan si anak baru yang terus mengikutinya-Adit memperhatikan mereka sejak istirahat pertama tadi pagi. Tidak tahu ia harus apa selain hanya sekadar menghampiri, Adit malah ngomong sembarangan. Dan dari semua macam omongan sembarangan, kenapa ia harus mengaku sebagai pacar Aira?

Ah, ia tidak akan punya muka lagi di depan Aira sampai hari kelulusan tiba.

Dan itu artinya, masih hampir 2 tahun lagi.










Ini kisah tentang si populer, yang menggunakan orang lain sebagai tameng, agar hidupnya bebas dari gangguan.

Ini kisah tentang si pengagum rahaasia, yang memilih jadi silent hero. Bersedia melakukan apapun untuk orang yang ada di hatinya.

Ini juga kisah tentang si mantan, yang dulu pergi, lalu kembali dan menawarkan untuk mencicipi lagi rasa yang dulu pernah ada. Bahkan saat rasa yang lama belum pudar sempurna.

Tiga remaja ini bermain-main dengan lingkaran yang melingkupi mereka. Tanpa sadar bahwa mereka mungkin sudah saling menyakiti.

Lantas, siapa yang akan keluar sebagai pemenang dari lingkaran bersudut tiga ini?

Lonely AngelWhere stories live. Discover now