1. Run to You (Peniel)

Mulai dari awal
                                    

***

Peniel ingat dengan sangat jelas, hari pertamanya bertemu dengan Elaine. Ia yang sebelumnya selalu acuh tak acuh dengan makhluk bernama perempuan, ketika melihat Elaine, Peniel langsung mengetahui bahwa ada sesuatu yang berbeda. Jantungnya berdetak puluhan kali lebih cepat ketika melihat Elaine tertawa. Terlebih ketika melihat Elaine berbicara dengan sangat ekspresif, tangannya bergerak kesana kemari dan matanya bersinar-sinar. Peniel sangat ingin mengetahui apa yang gadis itu bicarakan.

Gadis seperti itu.. pasti sangat asyik untuk dijadikan teman hidup.

Seketika itu, Peniel menggelengkan kepalanya cepat. Ah, apa yang barusan kupikirkan? Shin Donggeun, fokus!

Tetapi tanpa ia sadari, kakinya melangkah menuju Elaine dan berhenti tepat di depannya.

"Elaine Kim."

Tanpa disadarinya juga, bibirnya melafalkan nama tersebut, pelan tapi tegas. Gadis di hadapannya mendongak. Ketika mata mereka bertemu, Peniel langsung tahu. Ia langsung tahu, bahwa gadis ini yang dicarinya. Entah menemukan keberanian darimana, Peniel mengucapkan beberapa kata yang sampai saat ini tidak pernah ia sesali...

***

"Oppa!"

Peniel tersadar dari lamunannya begitu melihat sesosok gadis berambut panjang keluar dari arrival gate sambil melambaikan tangan bersemangat. Gadis itu tersenyum lebar. Serta-merta Peniel pun tersenyum menatapnya. Elaine berlari ke arahnya, menubruk Peniel dan memeluknya.

"Ouch. Pelan-pelan, chagi." Peniel membalas pelukan Elaine dan mengusap rambutnya lembut.

"Tidak bisa. Aku sudah rindu sekali." Elaine mendongak dan nyengir ke arah Peniel. Gemas, Peniel mencubit hidung Elaine.

"Aku juga. Ayo pulang," Peniel melepaskan pelukannya dan menggenggam tangan Elaine.

"Bagaimana kabar keluargamu?" tanya Peniel sambil memasukkan beberapa barang Elaine ke bagasi taksi. Elaine dengan cepat bercerita tanpa henti. Peniel hanya mendengarkan sambil terus tersenyum, rindu akan ocehan matahari pribadinya ini. Ya, menurut Peniel, Elaine adalah matahari pribadinya. Karena keceriaannya yang menular dan selalu bisa membuat siapa saja ikut bersemangat hanya dengan melihatnya bicara. Seperti saat ini. Peniel yang biasanya diam dan pasif, tiba-tiba saja ingin ikut bicara banyak.

"Chagi, kau tahu tidak? Dalam perjalanan menjemputmu, aku teringat pertemuan pertama kita. Apa kau masih ingat?"

"Tentu saja! Aku tidak akan pernah bisa lupa kata-katamu waktu itu. Aku sempat berpikir bahwa kau sudah gila. Ngomong-ngomong, oppa pasti tidak tahu kan, apa yang menjadi pikiranku saat itu?"

"Memangnya apa?" Peniel terlihat penasaran.

Elaine hanya tersenyum lebar. Mengingat pertemuan pertamanya dengan Peniel, yang terasa baru kemarin.

***

"Elaine Kim."

Elaine mendongak dan mendapati sesosok pemuda bertubuh atletis, dengan kepala botak, wajah tampan dan mata yang tajam tengah menatap nametag di dadanya. Kaus v-neck yang dipakainya memamerkan tulang selangka yang membuat mata Elaine sulit berpaling. Elaine tergagap sedikit ketika menjawab.

"Y-yes, err... sir?"

Pemuda itu tertawa mendengar perkataan Elaine.

"I'm not 'sir', I'm your senior here." Ia mengusap matanya yang berair, geli. "Am I that old?"

Elaine yang terlambat menyadari kesalahannya buru-buru menggeleng.

"Ah, no, no. I mean.. I'm sorry, my bad. I think.."

"Chill." Pemuda itu kembali tersenyum. Manis, batin Elaine tanpa disadarinya. Dia botak, tapi kenapa tampan sekali? Menurut Elaine, jarang ada lelaki botak yang bisa setampan ini.

"Aku ingin bertanya, apakah kau blasteran Korean-American?" tanya pemuda itu dengan bahasa Korea yang fasih. Elaine ternganga.

"Ne, sunbae-nim." Secara otomatis Elaine mengganti bahasanya. Pemuda itu mengangguk puas.

"Panggil aku Peniel. Ah, bukan. Bisakah kau memanggilku oppa saja?" Mendengarnya, Elaine kembali ternganga heran.

"O..ppa?" ulangnya dengan bingung. Peniel mengangguk lagi.

Elaine masih belum pulih dari keheranan dan kebingungannya, ketika tiba-tiba Peniel mengatakan sesuatu yang tidak akan pernah ia lupakan sama sekali sepanjang hidupnya.

"Elaine Kim.. mau jadi pacarku?"

***

"Hei, apa yang waktu itu kau pikirkan? Cepat beritahu aku." Peniel menarik pipi gadis disampingnya tidak sabar. Elaine menggelengkan kepalanya.

"Rahasia!"

Peniel hanya terkekeh geli dan menarik tangan Elaine ke dalam genggamannya.

"Aaaah, it's good to be home!" serunya, suara Elaine terdengar bahagia.

"Me too, chagi."

Elaine mendongak menatap Peniel bingung. "Oppa kan sudah di rumah? Oppa tidak kemana-mana kan selama aku pergi?"

Peniel menggeleng.

"Lantas kenapa.."

"You're my home, Elaine Kim. Aku merasa 'pulang', jika berada bersamamu, dimanapun dan kapanpun."

Elaine tersenyum sangat lebar, matanya menatap Peniel dengan hangat. Peniel meraih Elaine dalam pelukannya, dan mengecup keningnya penuh sayang.

"Welcome back home."

Way Back Home ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang