Bab 6 - Depresi

Mulai dari awal
                                    

Wanita itu berdiri tepat di samping Lucita, "Hujan di mana teh?" tanya Lucita padanya. Dia terdiam dan terus mengelap tubuhnya yang masih basah. Lucita mendelik sebal lantaran dirinya merasa dicueki oleh wanita ini.

"Bus Damri apakah sudah lewat?" tanya wanita itu tiba-tiba. Lucita menggeleng, ia malas untuk mengajaknya bicara. 'Siapa suruh tadi gue tanya gak jawab' gerutu Lucita dalam hati.

Mata Lucita menatap wanita itu dari atas sampai bawah, tubuhnya mengigil kedinginan. Nafas Lucita tiba-tiba terhenti ketika melihat bagian kaki wanita itu yang tidak menapaki tanah. 'Astaga! Kakinya ... kakinya sama sekali gak nempel ke tanah?' wajah Lucita berubah pucat pasi, bibirnya gemetaran, rasanya saat ini juga ia ingin berteriak.

Lucita memejamkan matanya sambil menarik nafas dalam, "Teh kenapa?" suara pria yang menyentuh pundak Lucita semakin membuat Lucita gemetaran dan sontak berteriak.

"Aaaaaaa ... ampun! Gue gak sanggup!" ucap Lucita menutup wajahnya.

"Teh, kenapa?" tanya pria itu lagi jelas. Lucita mengintip dari sela-sela jarinya ke bawah, kini ia harus berhati-hati akan siapapun yang berada di dekatnya. "Teh ..." panggil pria itu khawatir.

"Syukurlah kakinya napak tanah ..." ujar Lucita lega, "Maaf Mas, aku lagi shock berat ... maaf ya ..." ucap Lucita diangguk pria itu santai. Lucita kembali melihat kesekelilingnya yang kini sudah sepi, "Bisa gila gue" gumamnya pelan.

*Flasback off

Suara ringtone ponsel miliknya menyadarkan Lucita dari lamunan, ia segera bangkit dan mengambil ponsel yang tergeletak di bawah kakinya. "Nomor siapa ini?" gumam Lucita menatap layar ponsel lalu menekan tombol berwarna hijau.

"Selamat pagi, dengan Lucita Maheswari?"

"Iya saya sendiri, ini siapa ya?"

"Saya Farah dari bengkel, untuk perbaikan mobilnya sudah selesai dan bisa diambil hari ini"

"Baik, terima kasih ... saya segera kesana" dan sambungan telponpun terputus.

Lucita bangkit dari kasurnya dan mengeliatkan badannya seperti ulat, akhir-akhir ini tenaganya terkuras hebat lantaran kejadian yang tak masuk diakal menimpanya. Lucita membuka pintu kamarnya, aroma coklat panas begitu menusuk hidungnya. Baru mencium aromanya saja mampu membangkitkan semangat Lucita, ia tersenyum lalu melangkahkan kakinya menuju sumber aroma pekat kesukaannya.

"Mama ..." teriak Lucita lalu duduk di meja makan, "Luci minum ya coklat panasnya" ujarnya lagi tanpa menunggu persetujuan sang mama, secangkir coklat panas itu sudah ia teguk. "Emh ... luar biasa!". Tiba-tiba sebuah bayangan mondar-mandir di belakang Lucita, "Please ... jangan mulai lagi" desah Lucita lemas dan benar saja bayangan itu hilang. Lucita melirik kanan kirinya, "wah berhasil? Dia nurut sama gue?" ucap Lucita bangga.

Sambil tersenyum senang Lucita berjalan menuju jemuran yang berada di halaman belakang rumahnya untuk mengambil handuk, ia harus mandi meskipun ini adalah hari minggu.

"Tumben mau mandi?" tanya Mama yang muncul secara tiba-tiba mengagetkan Lucita.

Lucita tak langsung menjawab pertanyaan mamanya melaikan ia melihat ke bawah terlebh dahulu, memastikan jika orang yang berdiri di hadapannya ini benar Mamanya.

"Hey! Malah liatin kaki Mama!" Lucita tersenyum dan memeluk tubuh mamanya ini sangat erat. "Haduh ... lebay-nya mulai lagi" ucap mama mengusap punggung Lucita.

"Luci mau ke bengkel dulu ya, mobilnya udah selesai ..." ujar Lucita melepaskan pelukannya dan mengedipkan sebelah matanya.

Mama memukul pantat Luci pelan, "Sana buruan mandi kalo gitu!" perintah mama segera dipatuhi Lucita.

***

Dengan mengunakan celana ripped jeans dan kaos polos berwarna hijau, Lucita memasuki bengkel tempat mobilnya diperbaiki. Ia disambut baik oleh sang resepsionis,

"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" ucap resepsionis itu berdiri sambil menyatukan kedua telapak tangannya.

Lucita tersenyum, "Saya Lucita ... tadi pagi saya dapet telpon jika mobil saya sudah selesai diperbaiki"

"Oh Lucita ya, silahkan ditunggu sebentar ... mobilnya sedang kami siapkan dulu" resepsionis itu mempersilahkan Lucita duduk sedangkan dirinya kini sibuk mengakat telpon.

Sambil menunggu, Lucita melihat keadaan sekeliling bengkel. Ia begitu tenang karena tak perlu mengeluarkan uang untuk biaya perbaikan mobilnya, semuanya sudah ditanggung oleh assuransi. 'Ada untungnya mobil gue belum lunas' batin Lucita terkekeh geli.

Karena bosan, Lucita bangkit dari kursi dan beralih untuk melihat mobil-mobil yang berjajar rapi di area bengkel. Ia mendekati sebuah mobil jeep yang begitu terlihat sangat gagah.

"Keren" pujinya sambil mengusap bagian mobil jeep tersebut. "Astaga!" teriak Lucita kaget karena melihat sosok yang tengah berada di dalam mobil, "Maaf Pak ... saya gak tau kalo mobil ini sedang diperbaiki" ucap Lucita membungkukkan badannya dan beralih menuju mobil lain.

"Maaf, mba Lucita ya?" tanya seorang pria yang merupakan karyawan bengkel menghampiri Lucita, "Mobilnya sudah selesai ... bisa dicek dulu di belakang mba" ucap pria itu.

Lucitapun mengekori pria itu menuju belakang bengkel tempat mobilnya berada, ia tersenyum ketika melihat kondisi mobilnya yang kembali seperti baru. "Itu mobil saya?" tunjuk Lucita sumringah.

Pegawai itu mengangguk lalu menyalakan mesin mobil Lucita, "Semuanya sudah kembali normal Mba" jelasnya dibarengi dengan senyum Lucita.

Lucita memeriksa kap depan mobilnya yang sempat penyok akibat tertimpa pohon, "Oh iya Mas, mobil jeep yang disimpan di tengah itu dijual atau gimana?" tanya Lucita.

"Mobil itu sudah lama tidak ditebus pemiliknya Mba, lagi pula pintu mobilnya tidak bisa dibuka dan harus di jebol jadi kami memutuskan untuk menaruhnya di tengah ruangan, siapa tau ada keluarganya yang mengenali dan mau menebus mobil itu" terang pegawai itu.

Deg!

Jantung Lucita seperti disengat sesuatu mendengar penjelasan pegawai bengkel, bukankah baru saja ia melihat seorang pria di dalam mobil Jeep itu dan pintunya malah sempat ia buka. 'Jangan-jangan yang tadi itu?' Lucita membuang semua pikiran negatifnya saat ini, ia memilih untuk masuk ke dalam mobilnya dan mencoba menjalankannya. Saat ia baru menginjak pedal gas mobilnya, masuklah sebuah mobil derek yang menarik sedan berwarna putih memasuki bengkel. Kondisi mobil sedan itu hancur, sepertinya telah mengalami kecelakaan yang mengenaskan.

Mobil derek itu melewati Lucita yang tengah berada di dalam mobil, mata Lucita yang terus mengikuti pergerakan mobil sedan yang tengah ditarik. "Aaaaaa ..." teriak Lucita shock, secara jelas dan nyata Lucita melihat seorang pria yang berlumuran darah sedang duduk di bangku supir.

"Kenapa mba?" tanya pegawai bengkel itu kaget, membuka pintu mobil Lucita.

Lucita yang masih menutup wajahnya segera keluar dari dalam mobil, "Mobil yang tadi kenapa Mas?" disela-sela ketakutannya ia masih ingin mencari tahu.

"Ya ampun Mba, saya kira kenapa ... mobil tadi itu kecelakaan di jalan tol, pengemudinya tewas di tempat dan mobilnya di bawa kesini oleh keluarganya untuk diperbaiki ..." terang pegawai itu begitu santai. "Mobilnya mau dibawa sekarang Mba?"

Tanpa berbalik Lucita terus berjalan, "Kirimkan saja ke rumah saya!!" jawab Lucita berteriak.

***


IMPOSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang