Bab 2 - Kecelakaan

15.9K 1.2K 51
                                    

Bab 2 – Kecelakaan


-Author POV-

Pohon besar itu tepat mengenai kap depan mobil, namun karena pada saat itu Lucita panik maka tanpa sadar ia menginjak rem mobilnya, sehingga kepalanya membentur stir mobir sangat kencang. Dalam keadaan setengah sadar, Lucita berusaha membuka matanya ... pandangannya tiba-tiba berbayang dan semuanya menjadi putih lalu gelap.

Beberapa orang yang melihat kejadian itu segera melakukan pertolongan, sayangnya pohon yang mengenai mobil Lucita sangat besar hingga mereka membutuhkan alat berat untuk mengangkat pohon itu. Disaat semua orang sibuk fokus pada pohon besar, lain hal dengan Bapak tua yang terengah-engah membawa batu besar ditangannya dan tanpa berpikir panjang, ia segera memecahkan kaca jendela mobil Lucita.

"Cepat! Tolong dulu gadis ini!" teriak Bapak tua itu membuat semua orang-orang yang tengah berada di tempat kejadian berbondong-bondong membantu mengeluarkan Lucita yang tak sadarkan diri dari dalam mobil.

"Kakinya, itu kakinya masih terjepit!" teriak salah satu pemuda saat tubuh Lucita berusaha diangkat.

Beberapa orang kini mencoba menarik kaki Lucita secara perlahan, berbeda dengan sang Bapak tua itu ... ia malah seperti sedang berkomunikasi, namun tak terlihat sosok yang sedang diajak bicaranya itu.

"Jangan, dia sepertinya anak baik" ucap Bapak tua itu menggeleng di samping mobil Lucita. "Oke ... jika memang yakin dia bisa membantu" jawab Bapak tua itu lagi, seolah sedang melakukan sebuah persetujuan.

Usaha mereka untuk mengeluarkan Lucita akhirnya berhasil, tanpa luka yang parah Lucita di bawa ke rumah sakit terdekat dari tempat kecelakaan itu.

Lucitapun sampai di instalasi gawat darurat Rs. Kenanga, para dokter dan suster dengan sigap segera memberikan pertolongan pada Lucita, terutama pada luka di keningnya yang terbentur keras pada stir mobil.

Disaat Lucita tengah menerima pengobatan dari tim medis, salah seorang perawat menghubungi orang tua Lucita dan memberitahukan kondisi Lucita saat ini.

"Iya saya mamanya ... oke saya ke sana segera, saya mohon lakukan penanganan yang maksimal untuk anak saya" pesan Mama Lucita dari sambungan telpon, lalu bergegas berangkat menuju Rs. Kenanga tempat Lucita di rawat.

***

Setelah dua jam tak sadarkan diri, tangan Lucita bergerak perlahan bersamaan dengan kelopak matanya yang mulai terbuka.

"Kamu sudah sadar sayang?" suara Vanya, Mamanya sendiri yang pertama kali ia dengar. Lucita mengerjap-ngerjapkan matanya berkali-kali, berusaha memfokuskan kembali pandangannya yang masih kabur.

"Mama ..." panggil Lucita pelan, sang Mama segera mengenggam jemari Lucita yang masih lemas, "Luci dimana?" tanyanya.

Mama tersenyum, membelai lembut kepala Luci "Di rumah sakit sayang, ada yang sakit?" tanya Mama memastikan bahwa anak semata wayangnya ini baik-baik saja.

Lucita mengangguk pelan, matanya mulai mengintari sekeliling kamar yang di tempatinya kini. "Ma, kenapa orang di luar sana gak di suruh masuk? Apa itu teman mama?" tanya Lucita saat matanya berhenti di pintu kamar yang di biarkan terbuka.

Mama Lucita mengerutkan kening, lalu balik badan melihat sosok yang ditanyakan Lucita. "Siapa nak? Gak ada siapa-siapa kok?" Mama balik bertanya. "Kamu masih belum sadar betul, istirahat lagi yang cukup ya sayang ..." jawab Mama tanpa ambil pusing.

Lucita mengangguk, ia masih merasakan sakit dikeningnya. "Aww ..." desahnya sambil memegang kening yang ditutupi perban putih. "Mobil aku gimana mah?" akhirnya ia kembali ingat akan kejadian kemarin yang menimpanya.

IMPOSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang