Epilog

656 59 19
                                    

Seoul, April 2018.

Kepada sang kasih,
Yang tersayang,
Yang telah merenggut seluruh hati dan cintaku,
Lalu pergi dariku.

Apa kabarmu disana? Baik-baik saja? Aku harap kau baik-baik saja disana. Kabarku baik disini, mungkin aku memang sempat hiatus selama sebulan karena kondisiku, namun sekarang baik-baik saja. Kini aku sedang melanjutkan perekaman lagu untuk comeback ku bersama NCT 127.

"Kau sedang apa, Haechan?"

"Tidak, hanya mengetik hal tidak penting di laptopku."

"Kau mau menulis surat wasiat?"

"Bodoh sekali kau, Mark!"

"Slow down, dude."

Ah, mengenai rasa itu, rasa itu saat ini masih terus tergenang di hatiku. Walau aku mencoba untuk melupakan itu dan kembali kepadaku yang semula, rasa itu membuatku gila. Entah bagaimana jadinya jika aku tidak pergi saat itu, mungkin aku akan bisa merawatmu hingga saat terakhirmu, nafas terakhirmu.
Aku bodoh ya, sayang?
Ada banyak sekali hal yang aku belum penuhi untukmu, membuat rasa itu membesar dan membesar. Menciptakan rasa bersalah selama seumur hidupku.
Akupun belum siap untuk ditinggalkan oleh orang yang aku cintai. Orang yang dapat menenangkan hatiku, membuatku tertawa, yang dapat menghapus airmataku, yang dapat memberikan sentuhan di hari-hariku agar lebih berwarna. Kau lebih dari apapun bagiku, sayang.
Ah,
Entah sudah berapa banyak airmata yang kuhabiskan karena rasa itu.
Entah sudah berapa kali hatiku merasa sakit, sangat sakit.

"Aku hanya takut kau kenapa-napa lagi, betapa sedihnya aku saat kamu masuk rumah sakit karena depresi dan hampir meminum obat tidur secara overdosis."

"Aku sudah tidak apa-apa."

Aku lebih baik mati, itulah yang sering aku pikirkan dikala aku duka dan mengingatmu. Kematian, memutuskan kehidupan didunia, dan bunuh diri, adalah satu-satunya jalan aku bisa bertemu dirimu. Meski itu tidak mungkin. Aku harus bisa setegar mungkin, namun rasa itu dapat membuat ragaku lemas dan tak berdaya. Ya, rasa penyesalan.

Andai, aku bisa kembali ke masa lalu dan memperbaiki semuanya.

Andai, kau terlahir kembali.

Haechan menutup laptopnya, kemudian mendesah kencang. Mark memperhatikannya dari atas ranjangnya.

"Apa?" Tanya Haechan saat ia menangkap tatapan Mark.

Mark menggedikkan bahunya, "Ini sudah malam, kau tak mau tidur?"

"Oke." Jawab Haechan. Dia bangkit dari kursi dan mendekati ranjangnya. Dia segera merebahkan dirinya disana, memeluk bantalnya. Kedua matanya tidak langsung tertutup begitu saja.

"Kau malah melamun. Kau tidak apa-apa, kan?" Tanya Mark lagi, tampak sekali khawatir.

"Astaga, aku baik-baik saja, Mark Lee!" Seru Haechan langsung bangkit hanya untuk mencubit lengan Mark.

"Ya! Sakit tahu."

Mereka berdua segera tertawa.

Koev Halev [HAECHAN] (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang