Koev Halev

622 62 3
                                    

Kota Seoul, 13 Februari 2016

"Donghyuk, kamu serius?"

Haechan tidak menggubris seruan dari hyungnya itu, ia malah semakin sibuk dalam memasukkan semua baju dan celananya kedalam koper. Air mukanya menunjukkan kepanikan dan terkadang dahinya berkerut.

Taeyong menepuk punggung Haechan, berharap laki-laki itu berhenti. Haechan menolehkan wajahnya dan menjawab Taeyong.

"Aku serius. Dia disana sakit, aku harus menjenguknya."

"Bagaimana dengan sekolahmu?"

Haechan terdiam sebentar. Namun dia mengedikkan bahu.

"Aku akan meminta izin kepada guruku untuk tidak hadir sekolah selama seminggu."

Taeyong membelalakkan matanya.

"Gila."

..

Menelepon Haechan untuk mengabarkan keadaan sekarang yang semakin memburuk membuat Taemi bimbang. Terkadang ia sangat mengharapkan kehadiran Haechan hanya untuk Taemi seorang, bertemu dengannya dan memberikan gadis itu kekuatan untuk melewati waktu hidupnya yang kian menipis. Namun Taemi juga sangat tidak ingin menganggu sekolah dan jadwal manggung Haechan, karena itu akan merugikannya.

Taemi kini memandangi beberapa lukisan-lukisan realistis yang sengaja dipajang di ruang tengah rumahnya. Taemi sangat menyukai lukisan, walaupun ia tidak memiliki keahlian untuk mengambar. Tatapannya kosong lagi, kini ia sedang memikirkan Haechan. Memikirkan momen-momen indahnya bersama anak laki-laki itu. Terkadang senyumnya merekah, namun langsung berganti dengan raut kesedihan.

Aku merindukan Haechan.

Taemi segera menunduk, mengamati kedua kakinya yang kini sudah tidak bisa membawa Taemi untuk berjalan. Kedua kakinya sudah lumpuh, kedua kakinya sudah lelah untuk membawa Taemi kemanapun yang Taemi inginkan. Kedua kakinya, adalah bagian pertama yang dilumpuhkan oleh penyakit itu. Kini Taemi hanya bisa bergantung pada kursi roda yang dibeli ibunya seminggu lalu.

Apa respon yang akan Haechan berikan saat ia melihatku seperti ini?

Apa ia tetap menyukai aku yang sudah cacat ini?

Brakk

Taemi mendengar pintu rumahnya terbuka secara paksa, ia menoleh kemudian matanya membulat. Tak terasa, tetes demi tetes airmatanya membasahi pipinya.
Ia melihat Haechan berdiri didepan pintu, dengan koper disampingnya. Haechan berlari, menghampiri Taemi dan segera bersimpuh untuk memeluk tubuh kekasihnya. Sudah sekian lama, Taemi tak merasakan aroma khas yang dimiliki laki-laki itu. Aroma yang sangat ia rindukan.

"Sudah lama tak bertemu, sayang." Gumaman Haechan mengalun lembut ke dalam daun telinga Taemi. Suara itu, suara yang sangat ia rindukan.

Pelukan Haechan mengerat, membuat Taemi terisak-isak pada bahu laki-laki itu.

"Maafkan aku tidak bisa meluangkan waktuku untukmu. Aku benar-benar keterlaluan." Airmata menetes pada pipi Haechan. Hatinya merasa sesak saat melihat gadis yang sangat ia cintai itu terisak dipelukannya. Haechan mengusap punggung Taemi perlahan, menenangkan gadis itu.

Koev Halev [HAECHAN] (✔)Where stories live. Discover now