20. Dirinya yang Sulit

131K 11.2K 460
                                    

Bagian Dua Puluh

Kamu jangan mengatakan bahwa kamu benci, karena perasaan cinta dan benci itu hanya setipis kertas-Frans Guntoro.

-Flesh Out-

Reina berlari keluar rumahnya dengan panik, baru saja ia mendapat telepon dari Gabrino jika Frans dikeroyok dan babak belur. Tanpa pikir panjang, Reina nekat membawa mobil milik mamanya tak peduli jika ia harus mendapat omelan mamanya nanti, yang terpenting sekarang adalah Frans dulu.

Demi Tuhan. Reina merasa sangat kesal kepada Gatra yang menjadi biang kerok dari semua yang terjadi. Reina berjanji akan mengadili Gatra jika ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi dengan Frans.

Menyetir dengan kecepatan tinggi yang sebenarnya tidak pernah Reina lakukan membuat jantung Reina berdetak kencang tak karuan. Reina baru dapat bernapas legah saat ia akhirnya sampai di lokasi kejadian dengan selamat.

Tanpa banyak bicara, Reina menghampiri Frans bersama teman-temannya. Kedatangan Reina membuat beberapa teman Frans yang tadi mengerubunginya menjadi agak menyingkir.

"Gue udah bilangkan kalau lo hati-hati, kenapa sih lo nggak dengerin gue?" Reina mengambil alih posisi Gabrino yang memegangi bahu Frans. "Kita ke rumah sakit ya sekarang," tambah Reina ketika melihat wajah Frans yang lumayan lebam di beberapa bagian.

Frans masih sempat tertawa dengan kondisinya yang seperti itu. "Nggak mau," rengeknya sambil menggeleng. Secara terang-terangan hal itu membuat teman-temannya ikut menggeleng kepala, jijik dengan tingkah Frans.

"Jangan membantah," seru Reina. Nada bicaranya naik.

"Mau pulang aja," kata Frans. "Ini mah cuma luka kecil."

Reina bersiap ingin mengumpat namun Gabrino segera menahannya. "Rein. Tahan emosi. Frans daritadi juga sudah kami bujuk tapi dia nggak mau dan kayaknya dia nggak bakalan pernah merubah keputusannya. Bawa dia pulang aja," kata Gabrino.

"Tapi-"

"Benar kata Ateng, Frans kita antar pulang aja. Masalah motornya biar gue sama anak-anak yang ngurus." Suara itu adalah suara Rendi, ketua futsal sekolah yang lumayan dekat dengan Frans.

Reina menarik napas dalam lalu mengembuskannya perlahan, matanya melirik ke arah Frans dengan tatapan kesal. "Ya sudah. Biar dia sama gue aja," putus Reina segera. "Tolong ya bawa laki-laki keras kepala ini ke dalam mobil."

-Flesh Out-

"Aww sakit Rein," desus Frans. Tangannya mencengkram erat sofa ruang keluarga Reina saat Reina membersihkan luka pada wajahnya.

Reina mendongkak, menatap mata Frans yang memicing-micing karena luka yang ia bersihkan. Tanpa basa-basi, Reina menekan lap yang ia pakai lebih kuat. Sontak Frans menjerit kencang.

"ADAWWW."

"Siapa suruh jadi cowok keras kepala yang nggak mau ke rumah sakit?" tanya Reina sarkas kepada Frans lantas ia membersihkan lagi luka di wajah Frans dengan pelan-pelan. "Gue sudah bilangkan ke rumah sakit aja tapi lo malah nggak mau. Dasar," tambah Reina.

Frans membuka matanya perlahan. Menangkap wajah Reina yang terlihat datar. "Sebenarnya percuma juga ke rumah sakit, obat gue kan cuma lihat lo senyum aja."

"Nggak usah mulai deh," sergah Reina.

Frans mengulum senyumnya, matanya terus memperhatikan wajah Reina yang kali ini hanya berkisar beberapa senti saja darinya. "Senyum dong," kekeh Frans. "Katanya mau gue sembuh, ya lihat senyum lo. Gue jadi sembuh."

Flesh OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang