Bab 19

164 31 3
                                    

I start to say, "I think I love you." But I make no sound.

(One Direction - Stole My Heart)

Trisa tampak sibuk memilah warna dari beberapa benda yang asing baginya. Asing karena masih bisa dihitung berapa kali ia memakai benda tersebut dalam hidupnya-padahal benda itu seringkali ia temukan.

Untuk melengkapi penampilan, gadis itu berniat memakai polesan bibir. Tentu saja, ia terinspirasi dari Sarah.

"Pasti Kakak bawa warna yang natural ke kos-an deh." Cetus Trisa sok tahu.

Meja rias Raisa kini sudah tidak tertata lagi. Tisu sudah bertebaran dimana-mana. Jika kalian ingin tahu, Trisa mencoba semua warna dari perwarna bibir yang ia temukan, lalu menghapusnya kembali dengan tisu.

"Nah! Ini kayak punya Sarah waktu itu!" Trisa mengangkat liptint yang warnanya mengarah pada nude, namun tidak terlihat pucat. Air muka yang ditampilkan gadis itu kelewat senang, seakan baru saja menemukan mesin pemutar waktu kepunyaan doraemon.

Dengan hati-hati, Trisa mengoleskan liptint tersebut pada bibirnya. Cukup. Polesannya sangat tipis, bahkan tidak terlihat. To be honest, Trisa tidak percaya diri untuk memakai warna bibir. Selain tidak percaya diri, bibirnya juga terasa tidak nyaman kendati belum terbiasa.

Ia berdiri di depan kaca lemari yang tingginya melebihi tinggi tubuhnya untuk memerhatikan penampilannya sekali lagi. Kaus putih garis-garis merah muda, celana putih, dan tidak ada dandanan apapun untuk rambut-diuraikan begitu saja. Penampilan ceria pada Trisa yang polos.

Tadi Rama menelepon, omong-omong. Katanya, ia menunggu di ujung gang rumah Trisa. Walaupun Trisa sudah bersikeras untuk menyuruh berangkat sendiri-sendiri, Rama lebih bersikeras lagi. Memang, pada dasarnya gadis itu lemah kalau sudah berdebat masalah seperti ini.

Arga Ramadhani : Aku lagi nunggu di depan minimarket gang lo

Arga Ramadhani : Gue*

Arga Ramadhani : Jangan lama-lama. Biasanya cewek lama karena dandan. Lo gak usah dandan udah cantik

Kedua sudut bibir Trisa mengangkat secara alami saat membaca pesan itu. Rama selalu saja salah ketik. Yang seharusnya 'gue' jadi 'aku'. Namun Trisa yakin, itu hanya kepura-puraan semata. Senyumnya lebih mengembang saat si lelaki memuji dirinya cantik.

Trisa sudah mengetik rangkaian kata candaan yang mengungkapkan rasa terimakasih karena pujian itu, tapi ia menghapus ketikkannya setelah satu pesan muncul.

Arga Ramadhani : Gue bilang lo cantik tanpa dandan, biar lo gak usah dandan terus langsung cus kesini. Hehe

Trisa Ramadhanty : Rese lo!

Trisa Ramadhanty : Otw.

Tetap saja. Sebanyak apapun bunga yang berkembang di dalam hatinya, sebanyak apapun kupu-kupu yang beterbangan di dalam perutnya, Trisa masih gengsi untuk menampilkannya terang-terangan pada Rama. Ia lebih memilih untuk sembunyi dibalik kepribadiannya yang suka senyum-senyum begajulan, dan menampilkan kepribadiannya yang lain, yaitu ; sok cuek.

***

"Plis, cover film nya aja udah serem. Gue gak suka ah sama horror." Trisa mendumal saat Rama memberi saran untuk menonton film horror dari negara barat yang sedang booming.

"Tapi gue suka." Balas Rama. "Sama kamu." Lanjutnya.

Trisa melotot. Masih bisa-bisanya anak itu modus.

"Eh, mulutnya bandel!" Tukas Rama sambil menutup mulutnya sendiri.

Rama tidak tahu, kupu-kupu di dalam perut Trisa kian sibuk beterbangan.

Beautiful DarknessWhere stories live. Discover now