Bab 1 - Siaran Radio

Start from the beginning
                                    

Lucita menggelengkan kepala, ia hanya mengacungkan ibu jarinya kearah Bunga seolah menjawab bahwa ia baik-baik saja dan melanjutkan siaran sore ini dengan sukses seperti biasanya.

"Loe tadi kenapa?" tanya Bunga disaat selesai acara siaran Lucita.

Lucita menaruh jari telunjuknya dibibir, "Shutt ... tadi gue denger suara horror" jawab Lucita berbisik membuat Bunga segera bangkit dan menyusul Lucita keluar dari ruangan siaran. "Ah sial ... Luci tunggu gue!" teriak Bunga ketakutan dan Lucita malah tertawa geli melihat perubahan raut wajah Bunga.

"Sama setan takut!" cibir Lucita pada Bunga yang terus mengekorinya sampai ke ruang kerja para penyiar radio conexion. "Mau sampai kapan loe ngikutin gue kaya gini?" tanya Lucita melirik Bunga.

"Ah loe sih! Ini gue mau pipis, anter gue ayo!" ajak Bunga menarik tangan Lucita, "Sumpah gue gak tahan lagi ..." pinta Bunga memelas.

"Eh, kalo nanti pas loe lagi di kamar mandi ketemu hantu ganteng kaya Song Joo Ki gimana?" goda Lucita menaik turunkan alisnya.

Bunga mengetok kepala Lucita yang semakin error dengan pertanyaan bodohnya, "Loe gila ya, mana ada hantu seganteng Song Joo Ki? Kalo ada udah gue gebet duluan ..." jawab Bunga yang kini menarik paksa tangan Lucita agar segera menemaninya ke kamar mandi.

"Janji ya loe, kalo sampe ada ... loe pacarin tuh hantu!" ucap Lucita menunjuk wajah Bunga.

"Ah ... bacot! Buruan jalannya!" gerutu Bunga kesal.

***

"Hei Luci ratu baper!" teriak Alif salah satu penyiar radio conexion saat Lucita tengah merapikan isi tasnya. "Cie ... yang followers instagramnya udah tujuh kilo" goda Alif mencolek dagu Lucita.

Lucita terkekeh, "Iyalah ... acara gue kan laris manis kaya kacang goreng" jawab Lucita bangga, "Wah berarti gue berhasil beli followers" potong Lucita dengan wajah datar.

"Ah serius loe? Loe beli followers?" tanya Alif serius.

"Kenapa loe nanya-nanya followers gue?" Lucita balik bertanya sambil menatap wajah Alif yang imut seperti kue cubit.

"Loe beli followers dimana? Gue mau dong" ucap Alif membuat tawa meledak dari Lucita. "Eh moyet malah ketawa! Gue serius ini ..."

Lucita menepuk-nepuk pundak Alif, "Gw beli di olx ... tuker tambah sama otak penyiar radio yang polos kaya loe" jawab Lucita berlalu meninggalkan Alif yang terpaku mendengar jawaban Lucita.

"Lucita!! Sialan loe ngibulin gue ya!" teriak Alif kesal sedangkan Lucita terus berjalan menuju pintu keluar dari radio conexion karena jam siarannya sudah selesai.

Lucita menuruni tangga yang langsung terhubung kearah tempat parkir, tiba-tiba terdengar suara nafas yang menderu ditelinganya saat ini, Lucita menghentikan langkahnya sejenak mencoba mendengarkan lebih jelas suara itu. Matanya menatap kesekeliling namun ia tak menemukan siapapun disana, bulu kuduk Lucita kembali berdiri dengan gerak cepat ia menuruni anak tangga agar segera sampai di parkiran.

"Kenapa Neng?" tanya Pak Ogah penjaga warung yang berada disamping gedung radio conexion.

"Ada ..." jawab Lucita terpotong karena masih mengatur nafasnya.

"Ada apa Neng?" tanya Pak Ogah penasaran. "Ada gajah? Ada rampok? Atau ada setan?" tebak Pak Ogah.

"Ada aqua gak Pak? Saya haus ..." jawab Lucita membuat Pak Ogah mendelik kesal.

"Kirain ada apaan, taunya kehausan!" gerutu Pak Ogah segera menuju warungnya dan membawa sebotol air mineral untuk Lucita, "Nih Neng ..." Pak Ogah menyodorkan pada Lucita yang kini tertawa melihat ekspresi Pak Ogah.

"Cie kesel ya, Pak" goda Lucita sembari memberikan selembar uang lima ribu pada Pak Ogah.

"Abisnya muka Neng kaya yang ketakutan gitu, makannya saya panik" jawab Pak Ogah. "Mau pulang Neng? Kayanya mau hujan besar deh ... petirnya dari tadi kenceng banget" ucap Pak Ogah mengingatkan Lucita.

Lucita meneguk air mineralnya, "Iya Pak, nanti keburu malam ... saya takut nyetir malam-malam" jawab Lucita, ia mengeluarkan kunci mobil dari dalam tasnya, "Saya duluan ya, Pak" ucap Lucita masuk ke dalam mobil dan segera menjalankan mobilnya.

Lucita menyalakan radio untuk memecahkan kesunyian dan menemani dirinya yang menyetir sendirian di tengah kemacetan ibu Kota Jawa Barat ini, ia memilih frekuensi radio tempat dirinya bekerja. Saat ini adalah acara tembang sembilan puluhan yang memutarkan lagu-lagu favorite para generasi tahun sembilan puluh, penyiarnya tentu saja Alif ... pria pencari followers.

"Hai geng ninety... kembali lagi dengan gue Alif Maurer yang wajahnya sebelas dua belas sama Mario Maurer dan katanya di bulan november nanti bakalan mampir ke Indonesia ..." suara serak Alif memang sangat mudah dikenali para pendengar setianya. "Oh iya, gue disini mau puterin lagu buat menemani kalian yang sedang dalam perjalanan pulang ataupun yang akan tertidur lelap ... yang mau kirim salam atau request lagu, gue tunggu smsnya ya ... tapi sebelumnya gue minta buat kalian follow instagram gue @AlifMaurer, soalnya saingan gue si ratu baper followers-nya udah kaya daging sapi, kiloan ... oke, untuk lagu pertama mari kita dengarkan lagu dari Rama yang judulnya bertahan ... selamat mendengarkan ..."

Lucita terkekeh mendengar kata-kata Alif tadi yang menyinggung soal followers intagramnya, "Dasar cowok feminim!" umpat Lucita mengelengkan kepalanya, ia mulai menikmati lagu-lagu yang diputar tanpa jeda iklan dari radio conexion dan ikut bernyanyi.

Namun benar saja dengan ucapan Pak Ogah tadi sore, ditengah perjalanan menuju rumah ... hujan deras disertai angin kencang serta suara petir yang mengelegar mengiringi perjalanan Lucita saat ini. Lucita melihat jam tangannya, jarum jam tersebut sudah menunjukan pukul delapan malam, ia menepikan mobil yang dikendarainya ke bahu jalan. Mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan singkat untuk sang Mama.

To : Mama

Mama, Lucita pulang sedikit malam ... hujan besar plus macet disini ...

Send.

Lucita kembali menaruh ponselnya di sampingnya, ia sekarang dapat bernafas lega karena telah memberi kabar pada mamanya yang pasti akan khawatir jika anak semata wayangnya ini terlambat pulang. Lucitapun mulai mengijak pedal gas mobilnya dan tiba-tiba, disaat yang bersamaan sebuah petir menyambar pohon besar yang terletak persis di samping mobil Lucita. Pohon itu tumbang, langsung mengenai mobil Lucita.

"Aaaaaaa ..." teriak Lucita histeris karena posisinya masih di berada di dalam mobil, pandangan Lucita tiba-tiba berbayang dan semuanya menjadi putih.

***

Hai semuanya, ini adalah cerita aku yang ditebitin di web sebelah. Karena banyak yang belum baca, maka aku memutuskan untuk tulis disini juga ... baikkan aku? hahhaa ... selamat membaca semua ... jangan lupa vote dan comment ya ... pstttt ... cerita ini bakal update terus loh. hahhahahaah ....

Love u Full ...

IMPOSSIBLEWhere stories live. Discover now