• PROLOG •

132 39 59
                                        

Ia menggoyang goyang kan gelas plastik berisi es batu beserta air berasa jeruk yang sepertinya kini sudah kering tak bersisa. Bangkit dari bangku kesayangannya, ia pun berjalan keluar kelas, tepatnya menuju pojok balkon tepat depan kelasnya, berniat membuang gelas yang isinya sudah habis.

Setelah selesai proses membuang sampahnya. Berniat balik kedalam kelasnya. Namun, samar-samar ia mendengar pekikan tertahan dari dua orang teman sekelasnya yang sedang memanjat sela sela pembatas balkon, karena dinding ini kelewat tinggi bagi mereka yang terhitung pendek bagi Dhebora.

Ia pun menghampiri keduanya, ikut memanjat sela-sela itu-Dhebora termasuk orang pendek itu juga- dan mendengarkan secara seksama segala macam kata yang terucap dari mereka.

"Ah, lin lin!! Liat itu lin, Kak Aldi keluar kelas nya, astagaaaaaaa." kata Manda sambil mengguncangkan lengan Linda karena gemas.

"Eh iya jir, ganteng banget god!" Manda mengangguk setuju.

Aku melihat ke arah bawah, karena dibawah terdapar deretan ruang kelas sembilan, kakak kelas kita tentunya.

Namun, belum sempat aku menemukan siapa Aldi itu, tiba tiba Linda memekik. "MANDA, man man... Liat! Kak Reyhan sama Kak Bimo, tuh!" katanya sambil menunjuk nunjuk namun tak terlihat sampai bawah kok,

"Mana? Manaaa?"

"Yah, udah masuk man."

Hm. Sayang sekali. Dhebora belum sempat melihatnya.

Merasa mereka hendak turun, aku pun ikut turun. Dan mencegat mereka di depan pintu kelas.

"Mereka siapa Man, Lin?"

Mereka berdua saling tatap, lalu menatap ku lagi dengan raut wajah bingung.

"Ituloh. Yang tadi lu bedua teriak teriakin."

Mereka ber'o' ria, cukup lama.

Lalu, serempak menjawab dan tersenyum, "Cogan."

ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang