1 - Tentang Iqbal dan Sabilla

5.3K 194 6
                                    

Selamat Membaca ♥️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat Membaca ♥️

°°°

Iqbal Rayden, lelaki pemilik senyum manis itu sedang berkutat di dapurnya untuk membuat dua gelas teh hangat untuk dia dan kekasih, Cahya Sabilla.

Minggu ini, hujan turun cukup lebat membuat Sabilla tak jadi pulang dan memilih menunggu hujan reda. Sudah menjadi rutinitas untuk Sabilla berkunjung ke Panti hanya sekedar bermain dengan anak-anak yang lain atau bertemu dengan sang pemilik, Bu Santi.

Tempat ini menjadi Panti Asuhan ketika Bu Santi mengangkat Iqbal sebagai anaknya. Bisa di bilang Iqbal itu anak Panti pertama disini. Namun, posisinya sebagai anak angkat. Di panti yang paling dekat dengannya adalah Ari, keduanya paling tua diantara anak panti yang lain.

Walau Iqbal terlahir sebagai anak yang tidak tau siapa dan dimana kedua orang tua kandungnya. Dia tetap bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan yang sudah memberi malaikat penolongnya, sosok yang sudah membesarkan dia hingga sekarang.

Kala itu, Bu Santi hendak berjualan ke pasar di pagi buta dan mendapati bayi baru berumur tiga hari di depan rumah. Orang tua bayi itu hanya meninggalkan sebuah pesan dan surat keterangan lahir tanpa nama orang tua.

Kebetulan Bu Santi hidup hanya bersama suaminya karena sang anak sudah berpulang lebih dulu. Hingga tepat Iqbal berusia 12 tahun, suaminya pergi menyusul keberadaan sang putra kandung.

Jadi, Bu Santi dan Iqbal tinggal bersama dua puluh anak Panti. Lelaki itu tumbuh dengan kepribadian yang baik, membawa aura positif untuk orang di sekitarnya lewat senyum serta sikap sopannya.

Dengan senyum yang tercetak, Iqbal datang seraya memberikan gelas teh hangat itu kepada kekasih. Keduanya duduk berdampingan di teras panti. Iqbal memandang Sabilla yang sedang menyeruput tehnya dengan pelan. Mata lentik itu tampak fokus melihat air yang turun dari langit membasahi setiap tanaman.

"Semoga hujannya reda, ya, Bal."

Iqbal bergumam pelan saat suara lembut itu menyadarkan lamunannya. "Kenapa? Mau cepat pulang?"

"Enggak. Aku pengen cepet lihat pelangi kalau udah hujan." Sabilla tersenyum seraya memandang Iqbal disampingnya.

"Kayaknya bentar lagi, deh." Iqbal mengusap lembut rambut Sabilla. "Tunggu aja."

Benar saja, hujan yang mengguyur permukaan bumi di siang hari ini berhenti membuat Sabilla menyimpan gelasnya dengan senyum lebar. Tak sabar untuk menatap langit yang perlahan mengeluarkan lukisan warna indah itu.

"Bal, itu pelanginya!" pekik Sabilla tertahan.

Iqbal menggeleng melihat kekasihnya yang sangat antusias seperti biasa ketika melihat pelangi. "Gemes banget, sih!" gumamnya seraya mengusak rambut Sabilla.

Gadis cantik si fotogenic ini adalah kekasihnya. Gadis bungsu yang di manja oleh siapapun, termasuk dia. Iqbal mengambil ponselnya untuk mengambil beberapa gambar sebagai kenangan.

"Sabilla!"

Teriakan itu mengalihkan fokus sepasang kekasih tersebut. Kedatangan Rizky, Bastian, Sandra dan Steffie membawa kerusuhan di Panti ini.

"Barangnya udah dateng, nih. Dekor sekarang, yuk?!" Sandra mengajak semuanya dengan semangat.

Dekorasi ini di buat bersama untuk merayakan Panti Asuhan Kasih yang sudah berdiri selama 19 tahun. Kebetulan keluarga Sabilla adalah donasi tetap di Panti Ini.

"Iqbal, coba kesini." Sabilla memanggil kekasihnya.

"Kenapa?" tanya Iqbal.

Tanpa menjawab, Sabilla mendorong roda berisi kotak besar walau susah payah. Iqbal yang paham langsung membantu kekasihnya, lalu meninggalkan Ari yang sedang membopong dus besar sendirian.

"Iqbal, kok gue sendiri yang bawa!" keluh Ari mengundang tawa Rizky.

"Biar gue bantu."

"Bucin banget dia," ucap Ari yang sebenarnya sudah biasa melihat teman sekamarnya seperti itu.

Selesai didorong, beberapa kotak di buka oleh Sabilla. Isinya minuman soda kaleng dan cemilan yang akan di bagikan kepada yang lain.

Bastian, si perusuh nomor satu langsung berlari mengambil soda kaleng itu karena sudah haus. Bodohnya, dia tidak bisa diam dengan tangan membawa kaleng itu. Alhasil, saat di buka soda tersebut menyiprat ke mana-mana.

Tiba-tiba, Sandra berteriak kencang karena bajunya yang terciprat oleh soda merah. "Bastian, sodanya kena baju gue!"

Bastian tersedak di sela minumnya. "Mampus," gumamnya.

Sandra yang kesal pun berlari menghampiri dengan cepat, membuat Bastian tak sempat menghindar. Tangan gadis itu mendarat di kepala, menjambaknya dengan kencang. Bagaimana tidak kesal, bajunya berwarna putih lalu terkena soda berwarna merah pekat.

Rizky meringis melihat kepala sahabatnya yang bergerak ke kanan dan ke kiri. "Pasti sakit."

"Lo mau coba?" tanya Steffie membuat lelaki itu berjengit kaget.

"Ogah!" tolak Rizky dengan cepat.

Steffie mengangguk paham. "Kirain." Gadis itu memberikan empat ikat balon dengan masing-masing berisi tiga macam balon untuk di simpan di tiap sudut. "Tempelin, gih."

"Kenapa enggak lo aja."

Steffie berdecak seraya berkacak pinggang. "Lo pikir hal kayak gini juga harus cewek yang pasang? Terus gunanya lo sebagai laki apaan?"

"Ya udah, iya. 'Tuh mulut ngoceh mulu," gerutu Rizky seraya menaiki tangga. "Pegangin."

"Bacot! Gue jatohin ini tangga, mampus lu."

Ari membantu anak-anak yang lain untuk membuat hiasan lainnya di bantu Iqbal dan Sabilla. Tak jarang anak panti yang lain menjahili Rizky dari bawah.

Rizky berpegangan pada tangga dan tembok. "Aduh, pegangin-pegangin! Gue jatoh, gue jatoh."

Benar saja, lelaki itu terjatuh menimpa Bastian yang sedang sembunyi di pinggir meja. Ya, begitulah kerusuhan yang terjadi di tempat ini hampir setiap minggu.

°°°

Bersambung...

Hola!

Gimana menurut kalian?
Jangan lupa untuk vote dan komentar yaaaa

Ku mohon bantu share story ini, please....

Temui aku di dunia maya👉🏻👈🏻

Temui aku di dunia maya👉🏻👈🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thanks 🌾

© Publish 2022 by Yolaagst

Remember, Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang