Bagian 3 (End)

1.5K 215 15
                                    


“Kau lihat sendiri kan?”

Seungchol tertawa hambar, melipat tangannya ke depan dada sambil memandang kosong pada layar ponselnya. Disitu, wajah namja mungil yang dicintainya terlihat begitu jelas. Jelas sekali sampai ia bahkan bisa mendengar suara Jihoon dan Soonyoung yang bertengkar kekanakan. Daripada disebut bertengkar, lebih seperti memberikan kasih sayang dengan cara yang berbeda. Cara brutal sih sebenarnya.

    Ia menyesal sempat menyadap ponsel Jihoon dengan applikasi khusus untuk memata-matai namja manis itu.  Kalau tau begitu,  lebih baik ia pura-pura tidak tahu saja dan terus gencar mendekati Jihoon serta menyingkirkan si pemuda Kwon.

Tapi hati nurani namja Choi itu menolak.  Jeonghan benar, ia seharusnya tidak mengusik pasangan Soonhoon itu seberapa inginpun ia memiliki Jihoon. Tapi melepaskan cinta pertama itu tidak pernah mudah bukan? Seungchol dilema. Maunya melepaskan tapi sulit juga mengikhlaskan. Ia ingin Jihoon, Jihoonnya.

“Aku tau tidak semudah itu bagimu untuk melupakan Jihoon. Tapi jika kau ingin, a-aku bisa membantumu.”

Seungchol menatap namja cantik itu dengan bingung, “Maksudmu?”

Yang ditatap terlihat salah tingkah, mengusap tengkuknya yang tidak gatal. Pandangannya ia alihkan ke sembarang arah asalkan bukan Seungchol.

“Aku ... maafkan aku untuk mengatakan ini. T-tapi aku benar-benar menyukaimu,”

“ ... k-karena itu, jika kau ingin melupakan Jihoon, aku akan membantumu. Aku akan membuatmu, jatuh cinta padaku juga,” jelasnya dengan wajah yang memerah malu. Jeonghan menunduk, menggigit bibirnya dengan jantung yang berdegup kencang. Menunggu dengan berdebar-debar sekiranya seperti apa reaksi yang akan Seungchol berikan.

Namja cantik itu sudah nyaris menangis saat Seungchol tidak juga bersuara. Ia mengutuk dirinya sendiri karena menyatakan pernyataan cinta terbodoh yang pernah ada. Mungkin saja namja tampan itu marah padanya kan? Lagian, siapa pula yang mau meneri-

“Aku terima,” ucap Seungchol tegas.

“Aku terima pernyataan cintamu,” ia berdiri. Berjalan mendekati Jeonghan yang berada di dekat pintu. Hanya tersisa satu langkah lagi diantara tubuh keduanya. Entah mengapa hal itu membuat tubuh Jeonghan terasa panas.

Jeonghan bahkan menahan napasnya untuk beberapa detik saat tangan Seungchol meraih dagunya dan mengangkat wajah namja cantik itu.

“Karena itu, bantulah aku untuk melupakan Jihoon ...”

“... dan jatuh cinta padamu,” bisiknya.

Tidak ada yang  bisa Jeonghan lakukan selain mengangguk. Manik mata Seungchol yang kelam dan begitu dekat membuatnya seperti tersesat dalam malam tanpa bintang. Gelap tapi menenangkan.

Grep...

“Untuk saat ini biarkan aku hanya memelukmu. Nanti setelah kita saling mencintai, aku berjanji kau akan menjadi satu-satunya orang yang pernah aku cium.”

Jeonghan mengangguk lagi. Balas memeluk Seungchol yang tangannya berada di pinggang ramping Jeonghan. 

‘Maafkan aku karena secara tidak langsung telah merebutmu dari Jihoon. Tapi aku berjanji, aku akan menebusnya dengan memberikanmu cinta yang lebih besar.” – Yoon Jeonghan.

                 OoO___000___OoO

“Jadi, kalian sudah baikan?”

Soonyoung cengengesan, “Yah, begitulah,” jawabnya. Kemudian memandang Jihoon yang asyik menikmati seporsi ttokboki andalan kantin sekolah.

“Lihat lebih lama lagi bola matamu kujadikan ttokboki,” desis namja mungil itu.

Seokmin dan Dino meringis mendengarnya. Berbeda dengan si bintang yang matanya hilang karena tersenyum begitu lebar.

Mereka berempat duduk semeja di pojokan kantin. Sebelumnya Vernon dan Seungkwan ikut bergabung tapi dua namja itu pergi lebih dulu karena ada urusan kelas. Jadilah tersisa dua kursi kosong di meja mereka.

Mata Soonyoung yang memang sipit itu ia sipitkan lagi hingga hanya tinggal segaris saat sosok Seungchol yang tampan-coret-sial terlihat berjalan kearahnya. Namja yang merupakan kakak tingkat mereka itu sepertinya sedang mencari tempat duduk. Menyadari itu, Soonyoung buru-buru menumpuk kursi yang kosong menjadi satu lalu ia duduki.

“Kau sebegitu tidak inginnya aku bergabung ya?” itu suara Seungchol. Namja tampan itu kini menyeringai licik pada Soonyoung yang memandangnya sinis.

“Hi Jihoonie,” Seungchol mengusap rambut gulali Jihoon dengan tangannya yang bebas.

“Hi juga, hyung,” balas Jihoon.

Soonyoung kesal, Seokmin dan Dino senang karena mendapat tontonan. Dua namja jomblo itu malah memanas manasi Soonyoung dengan isyarat.

“Jihoon, kenapa kau diam saja? Harusnya kau tusuk matanya pakai sumpit ttokboki!” ucap Soonyoung.

“Heh, Kwon Soonyoung kau gila ya?” balas Jihoon malas.

“Demi Tuhan, Jihoonie! Dia memegang rambutmu! Memegangmu! Harusnya kau tusuk dia seperti yang sering kau lakukan padaku!”

“Kapan aku menusukmu?!”

“Tidak tahu! Pokoknya kau harus tusuk dia!”

Seluruh kantin hening seketika, ucapan Soonyoung itu, entah mengapa terdengar lebih creepy dibanding Jihoon.

Jihoon mendesis tidak suka, “Mati.Kau.Kwon!”

“Hi!” sumpit berlumur saus ttokboki yang dipegang Jihoon tinggal satu senti lagi dari mata Soonyoung saat suara lembut itu menyapa mereka.

“Huft!” Soonyoung mendesah lega. Ia selamat lagi.

“Kau sudah selesai mengantri? Ayo kita makan di pojok sana,” ajak Seungchol pada namja cantik itu. Namja tampan itu bahkan menarik tangan Jeonghan dengan lembut untuk mengikutinya.

“Jihoonie, kami duluan ya,” ujar Seungchol.

“Ya, hyung,” Jihoon mengangguk lucu.

Diam-diam Seungchol tersenyum lega. Lega karena ia bisa menahan egonya untuk memiliki Jihoon. Sakit sih saat melihat Jihoon dan Soonyoung tapi mau bagaimana lagi? Cinta itu bukan untuk menyakiti. Lagipula, ada cinta baru yang berada di sisinya.

“Harusnya kau tidak mengizinkannya menyentuhmu seperti itu, Jihoonie.”

Merasa pasangan Soonhoon itu perlu waktu berdua, Seokmin dan Dino memilih pergi dengan dalih mengembalikan piring kotor pada penjaga kantin.

“Aku saja yang kekasihmu tidak kau izinkan menyentuhmu,” lanjut Soonyoung.

Pipi bulat Jihoon memerah tiba-tiba, “Karena kau itu mesum. Sentuhanmu itu berbeda!”

Jihoon heran melihat ekspresi Soonyoung berubah jadi riang. “Jadi bagimu sentuhanku itu berbeda ya?”

Jihoon tidak menjawab, pura-pura tidak dengar padahal wajahnya sudah memanas.

“Ah, aku jadi ingin menyentuhmu lagi,” gumam Soonyoung.

“Arrgh!! ”

Hari itu, rambut biru kesayangan Soonyoung berubah jadi sewarna saus ttokboki.

                              -FIN-

Waktu nulis ending ff ini entah mengapa aku susah banget ngerangkai katanya.  Jadi ya beginilah.  Hehe..  Semoga gak mengecewakan kalian ya 😂
Btw,  aku ada rencana publish ff Yunjae. Untuk yg berminat,  silahkan dinantikan 😊
Terimakasih untuk yg sudah membaca. 😁

Soonhoon's QuarrelWhere stories live. Discover now