Prolog

27.7K 1.4K 51
                                    

Di sebuah kamar dengan penerangan minim, tampak sepasang tubuh sedang bergulat menuntaskan hasrat yang telah membakar birahi mereka. Di antara deru napas yang tak tersengal-sengal, wanita yang berada dalam posisi tertelungkup itu tersenyum menerima 'hantaman' dari pria di belakang.

"Lebih cepat lagi Van, ak....aku sudah mau sampai." rintih wanita itu keenakan.

Kekehan tawa langsung terdengar dari mulut pria yang masih asyik menggerakkan pinggulnya. Tanpa membuang waktu pria itu mengikuti keinginan wanita cantik yang dianggapnya hanya sebagai penghangat di kala ia butuh. Tak lama kemudian 'badai' itu melanda mereka, membuat tubuh mereka ambruk dan terhempas di atas tempat tidur.

"Angkat tubuhmu, Van. Aku enggak bisa bernapas." ucap wanita itu manja.

"Sorry," sahut sang pria seraya memisahkan dan merebahkan tubuhnya di samping tubuh molek wanita yang matanya masih terpejam, meresapi sisa-sisa kenikmatan.

Mata pria itu memandang penuh hasrat ke arah tubuh berkilat di sampingnya. "Ele...." panggilnya.

"Hmm... "

"Kapan kau akan menceraikan laki-laki nggak berguna itu?." tatapan tak terbaca si pria disertai dengan seringai sinis di bibirnya.

Mata yang sedari tadi terpejam dengan seketika terbuka. Sepasang mata berwarna coklat terang itu menatap penuh puja ke arah pria tampan yang tak pernah gagal memberikan ia kepuasan. "Jangan ngomong itu sekarang, Van. Aku sudah berulang kali bilang sama kamu, kalau aku belum bisa berpisah darinya."

"Apa lagi sih yang kau tunggu? Laki-laki itu nggak lagi bisa memberikan kau kepua...."

"Memang," sahut wanita itu cepat, seakan tahu arah pembicaraan pria di depannya. "Nara memang nggak bisa memberikan aku seks hebat sepertimu. Tapi dia bisa memberikan aku segala kemewahan yang dulu aku impikan, bahkan mobil mewah yang aku hadiahkan kepadamu dibeli menggunakan uangnya." imbuh sang wanita lagi.

Dengusan kasar terdengar dari si pria. "Kalau gitu, kenapa nggak kau habisi saja nyawanya? Begitu dia mati, maka semua hartanya bisa kau kuasai."

Giliran si wanita yang mendengus kesal. Ia membalik posisinya menjadi telentang dan membiarkan tangan sang pria meremas benda bulat kenyal di dadanya yang berukuran besar, hasil permak dokter bedah. "Enggak semudah itu, Van. Aku pernah secara nggak sengaja dengar Nara ngomong sama pengacaranya, dia minta pengacaranya itu menuliskan surat wasiat yang menyatakan jika terjadi sesuatu sama dia, maka semua harta serta segala aset yang dia punya akan dia limpahkan untuk lembaga sosial."

"Masak laki-laki itu nggak memberikan sepeserpun untukmu?" tangan sang pria yang bebas bergerak ke arah paha bagian dalam wanita yang kakinya telah tertekuk, menikmati sentuhan di pusat gairahnya.

"Aku enggak dapat mikir apa-apa." jawabnya tersendat-sendat. "Sudahlah Van, jangan ngomongin itu dulu, sebaiknya kita nikmati saja malam ini dengan seks hebat, mumpung Nara sedang tidur di kamarnya."

"Oke," sang pria kembali mengangkat tubuhnya hingga kembali berada di atas sang wanita dan tanpa aba-aba ia melesatkan dirinya dalam satu kali sentakan.

Sepasang anak manusia itu kembali mengarungi samudra untuk mencapai langit tertinggi. Mereka yang telah dikuasai birahi tidak menyadari ada sepasang mata yang memperhatikan kegiatan mereka dari celah pintu yang tak tertutup rapat dengan tatapan nanar.

Kemarahan, kemurkaan, terpampang jelas di matanya. Namun tidak ada satupun suara yang ia ucapkan. Bahkan tidak ada setitikpun air mata yang menetes di pipinya melihat pemandangan yang bukan hanya menyesakkan hati tapi juga menginjak harga dirinya sebagai seorang suami.

Kumbang Dan Bunga [TTS #1 | TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang