2. Rasa yang Tertinggal

119K 13.5K 2.1K
                                    


"Entah nyata atau halusinasi semata, 'dia' tampak lebih menawan ketika berlabel 'mantan'".

÷÷÷

Niel menyambut uluran tangan Lukas sambil menyebutkan namanya, “Nielsen.”

“Lukas,” jawab Lukas dengan sebuah senyuman.

“Lukas ini sempat sekolah di Singapore waktu dapat kesempatan program pertukaran pelajar dari SMA-nya dulu. Dan sekarang rencananya mau lanjut kuliah di Aussie. Iya kan, Sayang?” tanya Violyn setelah membeberkan keunggulan pacar fiktifnya itu.

Lukas sempat terkejut mendengar Violyn memanggilnya ‘sayang', namun dengan cepat ia dapat kembali menguasai keadaan. “Iya,” katanya sambil mengangguk meyakinkan.

“Lukas ini populer banget waktu sekolah. Udah ganteng, jago olahraga, bisa main gitar, romantis pula!” lanjut Violyn dengan nada berapi-api dan penuh tekanan di setiap katanya.

Violyn semakin mengapit erat lengan Lukas untuk memanasi sang mantan. Namun, bukannya cemburu, Niel malah tersenyum semakin lebar mendengarkan perkataan Violyn barusan. Cowok itu menatapnya dan Lukas bergantian dengan ekspresi yang jauh dari kesan cemburu.

Apa upayanya gagal? Apa ia masih kurang mesra dengan Lukas? Atau mungkin Niel sudah tidak peduli lagi dengannya? Banyak pertanyaan yang kini bersarang di kepala Violyn.

“Kenalin, ini Mona.”

Perkataan Niel barusan membuat Violyn tersadar. Matanya yang sejak tadi tak pernah lepas dari sosok sang mantan, kini ia alihkan pada sosok gadis yang berdiri di samping Niel.

Gadis manis berlesung pipit itu tersenyum ke arah Violyn sambil mengulurkan tangannya. “Mona.”

“Violyn,” sambut Violyn kaku. Ia memperhatikan gadis itu dengan tatapan meneliti. Diingat-ingatnya lagi ciri-ciri yang disebutkan Niel tentang pacar barunya ketika putus tahun lalu.

Gadis itu memang tidak tinggi, tapi kulitnya tidak gelap seperti yang disebutkan Niel waktu itu.

“Mona ini sepupu gue,” lanjut Niel.

“Oh, cuma sepupu? Gue kira pacar lo!” sahut Mitha yang sejak tadi hanya memperhatikan.

“Kok nggak dateng sama pacar lo?” tanya Erin yang seketika membuat Violyn spontan mempertajam pendengarannya.

“Lagi nggak bisa hadir.”

Jawaban singkat Niel membuat Violyn memanas di tempat. Ada apa dengannya? Memangnya kenapa kalau Niel sudah punya pacar? Seharusnya Violyn sudah tidak merasakan perasaan apa pun ketika mendengar kabar ini. Hubungannya dengan cowok itu sudah lama berakhir. Dan seharusnya ia yang membuat sang mantan panas karena melihatnya tengah menggandeng pacarnya yang memiliki banyak kelebihan seperti yang tadi disebutkannya, walaupun hanya pacar fiktif.

“Sayang banget. Padahal gue pengen banget ketemu sama cewek baru lo. Mau gue bandingin sama Violyn. Hehe.” Erin terkekeh di ujung perkataannya.

Sial! Violyn memaki dalam hati. Tentu saja ia lebih unggul dalam hal apa pun dibandingkan pacar baru Niel, walaupun ia sendiri juga tidak tahu siapa dan seperti apa cewek baru sang mantan.

Setelah melewati percakapan basa basi dengan sang mantan, Violyn mengajak Lukas untuk memisahkan diri dari sosok itu. Sepanjang acara reuni, Violyn mendadak jadi pendiam.

Diam-diam Violyn lebih sering mengawasi Niel dari kejauhan. Ia kesal karena tidak menemukan ekspresi yang diharapkannya pada sosok itu. Niel tampak tenang melihatnya bergandengan dengan Lukas. Apa Lukas masih kurang tampan? Tentu saja tidak. Violyn harus mengakui cowok yang digandengnya ini sangat tampan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya lirikan mata gadis-gadis yang mencuri pandang atau pun mencari perhatian Lukas.

Hello to My Ex [Completed]Where stories live. Discover now