Bab 9. Panic Attack!

131 25 27
                                    

Kindly vote after you read this nine. I hope you enjoyed this story!

[BAB 9]

Raisa tersenyum kala melihat sebuah pesan muncul di aplikasi chattingnya, senyum itu kian mengembang ketika membaca beberapa kalimat dari pesan yang dikirim oleh Agil lewat aplikasi  LINE

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raisa tersenyum kala melihat sebuah pesan muncul di aplikasi chattingnya, senyum itu kian mengembang ketika membaca beberapa kalimat dari pesan yang dikirim oleh Agil lewat aplikasi  LINE. Kala itu rasanya seperti ada kembang api yang pecah berguguran di hati, mendadak begitu hangat. Pantulan wajahnya pada cermin rias pun menggambarkan betapa hatinya turut membuncah saat itu.

From: Agil P. Soeratmiko.
Thanks for your help today. Ibu saya senang bahan kuenya lengkap.

To: Agil P. Soeratmiko.
Sama-sama mas. How glad i’m to hear that.

Raisa tersenyum lama di atas bed setelah mengirim beberpa kata untuk membalas pesan tersebut. Dia merasa harus bersyukur bisa mengenal Agil, lelaki yang baru dikenalnya dekat beberapa waktu itu selalu bisa membuat jantungnya berdetak tak karuan.

“Rai!”

Raisa menoleh ketika dia dipanggil begitu semangat dengan diikuti ketukan pada pintu kamarnya oleh seseorang. Dengan langkah pasti ia membuka pintu itu dan nampak Syifa berdiri disana dengan jilbab yang menutupi rambut panjang yang biasanya terurai.

“Ini beneran kamu Syif?” Seru Raisa. Syifa mendengus dan melangkah cepat memasuki ruang kamar Raisa yang bernuansa peach and white.

“Aku jelek ya pake jilbab gini?” Tanya Syifa saat duduk pada sofa panjang yang terletak disudut ruangan. 

“Kamu beda, lebih cantik tau! Aku jadi pangling,” Puji Raisa yang sekarang ikut duduk tepat di samping sahabatnya tersebut.

“Jadi cocok ya pake jilbab gini?”

Raisa mengangguk mantap, “Kamu mau berjilbab?”

“Aku emang niat mau berjilbab saat menikah. Cuma aku mau coba dari sekarang Rai,” Jawab Syifa.

“Bagus dong, sesuatu yang baik jangan ditunda.”

“Tapi Rai, ak—“ Syifa nampak ragu melanjutkan perkataannya.

“Kamu ragu?” Tanya Raisa.

“Aku cuma takut aku nggak cukup kuat untuk bertahan istiqomah,” Tutur Syifa.

“Kamu tahu nggak Syif, Allah selalu menghargai hambaNya yang mau berubah menjadi lebih baik. Apalagi perubahan itu untuk menjalankan salah satu perintahNya. You just should trying harder,” Syifa menatap Raisa dalam lalu keduanya berpelukan erat.

“Ingetin aku untuk bilang terima kasih sama Allah ya karena udah kirim sahabat sebaik kamu, Rai.” Ucap Syifa dalam pelukannya.

I also do that, Syif. I will.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IrisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang