Bab 6. Scoring you.

173 75 15
                                    

Kindly vote after you read this six. I hope enjoyed the story!

[BAB 6]

Scoring a man, always be the best folkways every girls do.

Senyum lega terkembang di bibir Raisa ketika melihat kedua gadis mungil itu melahap makan malamnya dengan semangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senyum lega terkembang di bibir Raisa ketika melihat kedua gadis mungil itu melahap makan malamnya dengan semangat. Setelah berulang kali membujuk si kembar yang berakhir dengan sia-sia akhirnya mereka mau menurut setelah Agil yang membujuknya.

Entah karena mantra apa, lelaki kaku itu nampak lugas dan cekatan jika bersama Tisya dan Tasya. Raisa bahkan tak bisa mengelak jika Agil memiliki sifat penyayang yang sangat kentara terhadap anak-anak. Sebagai seorang perempuan tentu dia bisa membedakan mana yang pencitraan dan mana yang alami.
Kilatan binar di mata si kembar ketika berbicara dengan om favorit mereka jadi satu bukti nyata bahwa lelaki itu memang menyukai anak kecil. Jika Raisa disuruh menilai lelaki itu dari angka 1-10 menurutnya lelaki itu bernilai 9,8. He’s so amazing, isn’t he?

“Tante, Aya udah kenyang!” Tasya menyudahi makannya dan menggebungkan pipi, ekspresi khas gadis itu ketika kekenyangan.

“Sudah baca doa sesudah makan?” Tanya Raisa.

Tasya menggeleng. Tisya, baru selesai beberapa saat kemudian dengan piring makanan yang bersih tak bersisa. Dengan bantuan Raisa keduanya membaca doa sesudah makan bersama-sama.

&&&

Hari mulai larut ketika jam dinding menujukkan pukul 10.56 WIB. Raisa sibuk membantu Mbak Sih salah satu asisten rumah tangga Rangga yang sibuk mencuci piring. Raisa datang ke dapur dengan membawa piring milik si kembar.

Mbak Sih menyapanya singkat dan sempat melarangnya untuk mencuci piring, namun bukan Raisa jika ia mudah menyerah. Dengan tanpa sungkan Raisa menggulung lengan outfitnya hingga siku dan memulai aksi mencuci piring.

“Raisa?”

Raisa menoleh begitu mendapati Jenna, kekasih Deva berdiri menyapanya dengan membawa segelas minuman dari dalam kulkas yang ada di dapur ini. Jenna terlihat cantik seperti sebelumnya, walaupun kini rambut panjang perempuan itu sudah berubah warna.

“Hai mbak! Ngapain ke dapur?” Sapa Raisa sambil membilas piring dengan air yang mengalir dari kran.

Jenna menunjukkan gelas minumannya, “Aku haus tapi di luar sirupnya sudah habis,”

“Kok gak minta tolong mbak Sih aja daripada repot begitu kan,” Ujar Raisa disela kegiatannya.
Jenna tertawa ringan. Sangat anggun khas wanita metropolitan sepertinya.

IrisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang