Ngopi Bareng

20 1 0
                                    

Author Pov

Raidan berjalan di koridor kampus dengan sesekali menatap handphonenya. Ia tersenyum mendapati pesan baru dari nomor yang sebenarnya tidak ia kenal. Sejak bangun tidur ia masih tetap asyik berbalas pesan meskipun orang itu masih belum bersedia menyebutkan namanya. Ia hanya menyebut dirinya sebagai 'aku yang BBM nya tidak di acc'. Raidan sama sekali tidak mengerti.

Ia bahkan menghabiskan waktu sarapannya tadi sambil tetap berbalas pesan. Entah kenapa ia merasa orang disebrang sana terkesan sangat mengenalnya. Ia bahkan tau tentang hobinya, musik dan fotografi. Untunglah dia perempuan. Jika laki-laki mana mau dia tetap berbalas pesan. Bisa saja dia gay. Memikirkannya saja Raidan sudah bergidik ngeri.

"Sibuk mulu lo,"

Sebuah suara menyadarkan aktivitas Raidan. Ia menoleh ke kanan, disana ada Ranti, Asni dan juga Lalis. Melihat Asni, Raidan jadi teringat kejadian kemarin. Asni begitu lancang mengambil handphonenya tanpa izin, bahkan memakainya. Bagi Raidan itu sama saja dengan mengusik privasinya. Ia tidak suka itu dan tidak akan pernah suka.

"Chatting ama siapa sih lo? Dari mulai ujung sana sampe ujung sini lo sibuk maen hp. Kepentok tau rasa lo." Ucap Ranti sambil tangannya menunjuk ujung koridor yang ia maksud. Raidan dengan bodohnya ikut menatap ke ujung koridor yang jelas-jelas tadi ia lewati.

"Aneh lo, Dan..." Ucap Ranti lagi.

"Aneh kenapa sih? Chat doang masa aneh." Sanggah Raidan. Ia malah kembali menatap handphonenya lalu kemudian tersenyum membaca pesan yang tertera disana.

"Chat siapa sih lo? Sini gue liat!" Ucap Lalis sambil berusaha merebut handphone yang dipegang Raidan. Raidan refleks menghindar dan menyembunyikan handphonenya ke belakang.

"Apaan sih!" Ucap Raidan dengan suara agak tinggi.

"Sini gue liat! Lagian tumben-tumbenan lo maen hp mulu! Asni sini bantuin gue!" Lalis masih berusaha merebut handphone Raidan. Asni yang dimintai pertolongan diam saja. Dia masih merasa tidak enak dengan kejadian kemarin. Terlebih Raidan terlihat mengacuhkannya. Ia hanya berani melirik Raidan sekilas-sekilas.

"Udah-udah ah! Ngapain sih lo. Privasi gue, lo diem gak usah kepo urusan orang. Gak usah ngotak ngatik hp orang!" Ucap Raidan dengan penekanan di setiap katanya. Sorot matanya memang memandang Lalis, namun jelas kata-kata itu ia lontarkan untuk Asni. Asni makin merasa tidak enak hati dibuatnya.

"Pelit lo, Dan!" Ucap Lalis.

"Iya! Pelit lo!" Ranti ikut menimpali.

Raidan hanya mendelik.

"As, lo kok diem mulu dari tadi?" Tanya Ranti pada Asni. Rupanya ia menyadari perubahan sikap Asni semenjak Raidan datang.

"Gue gak kenapa-kenapa kok." Jawab Asni pelan.

Ranti dan Lalis diam. Raidan juga diam.

"Wey, Bro!"

Suara bariton terdengar di belakang Raidan. Sontak membuat Raidan dan ketiga teman perempuannya itu menoleh. Ada Nino dan Karel yang sedang menyengir ke arahnya, dan satu orang laki-laki lagi yang Raidan tidak ketahui siapa namanya. Mereka mendekat ke arah Raidan.

"Widih... hebat juga lo ngapelin tiga cewek sekaligus!" Ucap Karel.

"Kenalin... boleh kali Dan..." Ucap Nino menimpali.

Raidan tersenyum sambil geleng-geleng kepala.

"Ck,, kenalin... Ini temen-temen gue. Ini Ranti, Lalis, sama Asni. Dulu kita sekampus sebelum pindah ke sini." Ucap Raidan mengenalkan ketiganya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 16, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Your Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang