Hai

12 2 0
                                    

Author Pov

Rayla melangkahkan kakinya keluar dari ruangan yang cukup luas di lantai dua itu. Ia baru saja mengikuti acara seminar yang diadakan di kampusnya. Dua jam duduk dan hanya menjadi pendengar yang baik membuatnya merasa merdeka saat acara usai. Tadinya ia berdua dengan Kinan, namun gadis itu sudah kabur meninggalkannya begitu saja. Seminar memang bukan bagian dari hidup Kinan.

Beberapa pasang mata meliriknya saat ia melewati segerombol mahasiswa. Wajahnya yang cantik memang selalu menjadi magnet tersendiri bagi laki-laki. Meskipun pakaiannya tidak seksi, tapi tetap saja wajah cantiknya terlalu mempesona untuk diabaikan.

Rayla memutar bola matanya mencari Kinan. Katanya dia hanya pergi sebentar ke toilet pada menit ke lima belas saat seminar berlangsung. Tapi nyatanya dia tidak kembali sampai seminar usai. Rayla mengambil smartphone dari tasnya. Berniat menghubungi Kinan lewat Line.

Dimana lo?

Beberapa menit menunggu tak ada jawaban. Rayla mendengus kesal. Ia memutuskan untuk duduk di bangku panjang di bawah pohon pinggir lapangan. Memandang ke arah para mahasiswa yang sedang bermain futsal. Beberapa gadis meneriaki mereka memberi semangat.

Rayla memperhatikan bola futsal itu bergerak kesana kemari. Dia tersenyum sinis, membuang-buang energi demi memperebutkan satu bola. Setelah didapat, bola itu ditendang jauh lagi. Kurang kerjaan, bathinnya.

Tak lama smartphonenya berbunyi tanda ada balasan dari Kinan.

Gw di kafe Ray, napa?

Sama?????

Pacarlah...
gw kan gak jones kayak lo 😝

Jirr...
sialan lo...
(deleted)

Rayla mengurungkan niatnya membalas pesan Kinan. Dia sedang tidak mood melayani ledekan Kinan.

Buggh..

Tiba-tiba saja sesuatu menghantam kepalanya. Rayla kaget refleks memegang dahinya. Sakit tapi tidak berdarah. Untung dia tidak pingsan.

Rayla mencari-cari benda melayang apa yang menghantamnya. Ternyata sebuah bola. Dikejauhan seorang laki-laki berlari menghampirinya dengan terengah-engah. Rayla memperhatikan sepatu pria itu. Hijau stabilo. Oh Rayla itu tidak penting, fikirnya sambil menggeleng-gelengkan kepala. Mungkin hantaman bola tadi membuat otaknya bergeser.

"Sorry, lo gak apa-apa?" Ucap pria itu.

Rayla mulai mengalihkan pandangannya pada lelaki dihadapannya. Oh shit! Dia! Rayla mematung.

Merasa tidak ada jawaban lelaki itu kemudian menggerak-gerakkan tangannya di hadapan Rayla.

"Hallo... Lo gak kenapa-kenapa kan?"

Rayla tersadar. Jantungnya memacu teramat kencang. Dia gugup, mukanya memerah.

"Eh... I-iya, gue gak pa-pa..."

Raidan sedikit membungkuk memperhatikan kening Rayla. Ya, laki-laki yang menghampirinya adalah Raidan.
Rayla semakin gugup. Oh tidak, apa yang laki-laki ini lakukan? Rayla mengerjap-ngerjapkan mata menutupi kegugupannya. Irama jantungnya benar-benar cepat. Ia meremas ujung bajunya sendiri saking gugupnya.

"Jidat lo merah," ucap Raidan sambil beralih memperhatikan manik mata Rayla. Lucu sekali, bathinnya.

"Hahh..." Ucap Rayla sambil melongo. Oh ini memalukan. Sekilas ia melihat senyum simpul laki-laki itu. Tentu saja dia menertawai ekspresi bodohnya.

Your Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang