29

3.2K 192 9
                                    

"Syasha...." ujar Darryl pelan.

"Syasha kenapa? Perasaan gue ga enak." ujar Valen sembari memasuki cafe di sekitar sekolah. Darryl menahan tangan Valen sebelum cowok itu duduk.

"Dia meninggal." jawab Darryl lirih. Valen menegang mendengar perkataan Darryl barusan. Perasaannya memang tidak enak, apa ini yang membuat perasaannya tidak enak sejak pagi tadi?

Syasha meninggal. Tanpa sadarkan diri terlebih dahulu. Tanpa ada kata perpisahan di antara mereka. Tanpa maaf dan masih banyak yang belum mereka lakukan. Dan sekarang, Valen tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Syasha sudah dipanggil Tuhan. Ini sudah jalannya, tidak ada yang bisa menghalangi kuasa Tuhan yang satu ini. Hidup dan mati ada di tangan Tuhan.

"Gue mau ke Rumahnya." ujar Valen lalu berjalan cepat keluar dari cafe diikuti Darryl dibelakangnya. "Kapan?"

Mereka sama-sama menaiki motor mereka, "Pagi tadi jam 8." jawab Darryl.

Valen melihat jam tangannya, "Kenapa lo baru ngasih tau sekarang?! Brengsek!" bentak Valen saat melihat jarum jam menunjukan pukul 9.30 pagi.

Sebelum Darryl menjawab, Valen sudah menjalankan motornya dengan kecepatan penuh. Meninggalkan Darryl sendirian.

Untuk sampai di rumah Syasha membutuhkan waktu 30 menit dari cafe ke rumah, tapi mereka hanya membutuhkan waktu 15 menit. Mereka membawa motor mereka kelewat kencang dan tanpa mereka sadari, mereka sudah melanggar lalu lintas. Tapi yang ada dipikiran mereka hanya satu, yaitu Syasha.

Sesampainya, mereka langsung memparkirkan motornya dan masuk. Rumahnya sudah dipenuhi oleh orang-orang yang melayat menggunakan pakaian serba hitam. Mereka berdua masuk dan melihat tubuh Syasha yang terbaring tak berdaya di peti jenazah.

"Nak Valen, Nak Darryl, sudah jangan menangis. Ikhlas kan saja. Tante disini juga sedih kehilangan Syasha." ujar tante Jasmine, ibunda Syasha sembari menyalami mereka berdua.

"Tante, Valen belum sempat meminta maaf tan. Valen banyak salah sama Syasha." ujar Valen sembari memeluk tante Jasmine dengan terisak. "Bagaimana bisa Syasha meninggalkan kami semua? Kami sayang Syasha tante. Hiks."

Diantara Valen, Darryl, dan Syasha, yang paling dekat adalah Valen dengan Syasha. Tapi mereka hanya sebatas sahabat walaupun diantara mereka berdua ada yang menyembunyikan perasaannya. Valen tahu Syasha memendam rasa padanya hanya saja Valen hanya menganggap Syasha sebagai sahabat.

Setelah mengetahui Syasha menyukainya, Valen sedikit menjaga jarak dan membiarkan Syasha dengan Darryl. Dia menjaga jarak karena dia ingin Syasha melupakan perasaan untuknya. Dia tidak bisa memberi harapan terlalu banyak lagi untuk Syasha. Darryl tidak mengetahui apa yang direncanakan Valen. Setelah Darryl tahu perasaan Syasha terhadap Valen, Darryl tidak suka ditambah lagi dengan Valen yang selalu menjaga jarak dengan mereka.

"Sudah. Ini memang jalannya nak. Apa kamu mau kalau Syasha sadar tapi dia selalu kepikiran dengan penyakitnya? Biarpun sembuh itu hanya sementara." Jasmine menenangkan Valen dengan mengelus punggung Valen beberapa kali.

"Sudah, jangan menangis. Lihat, tante saja tidak menangis." Jasmine mengulum senyum. Semua orang yang melihat senyum itu pun tau kalau senyum itu tidak dapat menutupi rasa sedih kehilangan putrinya. "Lebih baik, kamu berdoa dulu untuk Syasha."

Valen mengangguk lalu menyeka air matanya sebelum menuju peti. Dia menatap wajah pucat Syasha dan juga tubuh gadis itu yang semakin kurus.

"Gue sayang lo, Syasha."

* * * * *

Valen dan Darryl adalah dua orang yang terakhir meninggalkan makam Syasha. Keduanya menyayangi gadis ini. Sebelum pulang, mereka mendatangi makam Daniel yang hanya berbeda blok.

"Lo tau, gue dah lama ga jenguk kembaran lo." ujar Valen sedikit tertawa agar suara serak sehabis menangis miliknya berubah.

"Iya, gue tau. Terakhir kali waktu lo gamau pulang ke rumah, gue masih inget. Gajelas banget waktu itu lo nya." ujar Darryl lalu menaburkan bunga di atas makam.

"Ayo kita doa." ujar Valen.

Selesai mereka berdoa, mereka langsung pulang ke rumah masing-masing. Mereka sama-sama membutuhkan ketenangan. Kehilangan orang yang kita sayangi sangatlah berat.

Valen membuka hapenya. Ada 20 panggilan tak terjawab dan juga beberapa pesan. Hampir semua panggilan didominasi oleh Noura. Dan saat dia membuka Line, nama yang tertera di paling atas adalah 'Calonistri' Alis Noura.

9.50

Calonistri: Valen

Calonistri: Valen

10.15

Calonistri: Valen

Calonistri: Gue turut berduka cita ya :'(

Calonistri: Jangan nangis, gue sayang lo :)

Valen langsung membalas pesan Noura.

13.26

Valencia: Gue ga nangis, kan ada lo.

Valencia: Btw, makasih.

Valencia: Gue juga sayang lo.

* * * * *

Noura's pov

Aku membaca pesan yang baru saja aku terima dari Valen. Pesan ini merupakan pesan terakhir untuk Valen. Aku tidak akan menghubunginya lagi. Dan semua yang berhubungan dengan Valen, aku tinggalkan di rumah lama ku.

"Ra, udah siap?" aku menghela napas berat lalu bangkit berdiri. Aku siap. Aku akan pindah ke Sydney dan tinggal dengan mamaku. Bang Zillo hanya mengantarku, katanya dia banyak urusan di Jakarta. Tapi dia berjanji akan menjengukku di Sydney saat liburan.

"Aku siap." ujarku. Aku menarik koperku ke dalam bagasi mobil. Memperhatikan bagian depan rumah yang akan aku tinggalkan untuk beberapa tahun ke depan. Dan rumah itu akan ditempati oleh bang Zillo sendirian.

"Ayo berangkat."

o0O0o

Haiii!! Gue update yezz! Maap lama updatenya 😅
Makasih yang udah vote yashh, yang comment juga yehh sama yang udah masukin cerita ini ke reading list kalian.

🍀🍀

Jan lupa gaez vote yess, thanks banyak buat kalian. Maap lah ya kalau makin jelek hiks 😂

Gue sayang kalian 😘

My Trouble is BadboysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang