20. Eunah dan Perjalanannya

Mulai dari awal
                                    

Dahi Eunah yang mengerut kembali mulus ketika menyadari bahwa Iova menepuk pundaknya dan mulai berbisik, "Itu huruf yang kami pakai di sini, namanya Simbol Koawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dahi Eunah yang mengerut kembali mulus ketika menyadari bahwa Iova menepuk pundaknya dan mulai berbisik, "Itu huruf yang kami pakai di sini, namanya Simbol Koawa." Dia tersenyum simpul. "Pasti beda dengan huruf di permukaan sana, ya?"

Eunah mengangguk. "Sedikit," jawabnya singkat sambil mengelus tengkuk lehernya.

Morgan pun meneruskan. "Aku dan Eunah akan menuju gletser yang letaknya cukup jauh dari sini dan untuk menuju ke sana dengan berjalan kaki bisa memakan waktu sampai lima sampai enam jam. Itu berarti kami akan tiba saat sore hari.

"Akan tetapi, menurut pengalamanku ketika berkunjung ke sana, gletser itu tidak punya waktu-waktu tertentu untuk menyemburkan airnya. Kemungkinan besar kami bisa menunggu semalaman. Di sinilah peran Akai untuk menyamarkan kepergianku dari para suster agar tidak mendapatkan detensi." Cowok berkacamata itu memperbaiki posisi kacamatanya. "Aku tidak mau pamorku sebagai anak alim turun karena tidak pulang."

Eunah mendengar Akai menggumamkan sesuatu tentang betapa menyebalkannya Morgan.

"Lalu, apa misiku?" Iova bertanya dengan mata yang bersinar. Kedua tangannya saling menyatu dan mengepal erat. Jelas-jelas ia menantikan perannya sebagai seorang pahlawan untuk membantu misi mengantar Eunah kembali ke permukaan.

"Ya, karena kau keponakan Profesor Surahan, mungkin kau bisa memanfaatkan pamanmu ketika ada yang mencurigai tentang kedatangan Eunah."

Mata Iova membulat. "Mencurigai kedatangan Eunah? Kenapa? Aku tidak yakin bisa melakukannya."

Anak berambut merah di sebelah Iova berkacak pinggang, lalu menghela napas. "Coba saja, pengecut. Kaukira kenapa Morgan memintaku untuk menunjukkan jalan tikus untuk kemari? Ini untuk menghindari CCTV, dasar kau bodoh."

Gadis bermata violet itu terlihat ingin membalas, tetapi tidak dilakukannya. Eunah tahu kalau Iova paham bahwa perkataan Akai benar adanya, sekalipun dia sendiri belum melihat CCTV ini secara langsung. Kota Yuza di permukaan juga mempunyai kamera-kamera pengintai pada jalan-jalannya dan--seperti di sini pula--benda-benda itu tidak mencapai gang-gang sempit nan bau. Mungkin untuk menghemat anggaran kota atau sejenisnya.

"Kalau begitu, rencananya sudah jelas!" Eunah berujar keras-keras penuh semangat. Dia telah mendapatkan energinya kembali dan semoga saja telah kembali menjadi gadis yang senantiasa mengatakan hal-hal positif ketika berada di hadapan Dae. "Terima kasih untuk hari ini. Eunah tidak akan melupakan kebaikan semuanya."

Hanya Iova yang mengiakan. Mengibaskan rambutnya, gadis itu melepas tas ransel yang sedari pagi bersarang di punggungnya. Dia mengeluarkan kotak bekal berwarna merah dari sana dan memberikannya pada Eunah. "Aku sudah memeriksanya," ucapnya sewaktu menarik tangan Eunah untuk menerima kotak itu. "Bentuknya mungkin sedikit hancur karena petualangan kita, tetapi masih layak dimakan, kok."

"Terima kasih," jawab Eunah canggung.

"Kita mungkin tidak dapat bertemu lagi, tetapi aku pastikan kau adalah teman terbaikku!"

Another Way to Destroy The WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang