01 - Tamu Dari Jauh

Mulai dari awal
                                    

"Maafkan saya, Pak," sesal Se-Hun, setengah hati. "Mungkin saya hanya belum bisa sepenuhnya menyesuaikan diri dengan peraturan ketat di sini."

"Ciuman itu tidak memiliki arti apa-apa selain menggantikan sapaan rindu dari seseorang yang 10 tahun tidak bertemu sahabat kecilnya."

Mendengar penuturan si lelaki yang terduduk di sebelahnya barusan, mata Ha-Na langsung melirik tajam. Tidak memiliki arti apa-apa, katanya? Dasar berengsek, batin Ha-Na mengumpat. Ia sudah bersusah payah menjaga bibirnya agar tetap suci selama bertahun-tahun hanya untuk Park Chan-Yeol, lalu si berengsek Se-Hun tiba-tiba datang, mencuri kesuciannya, dan mengatakan ciuman itu tidak memiliki arti apa-apa?

"Untuk sekali ini saja, kesalahanmu dapat aku maklumi," ucap Guru Kim. Ha-Na melotot tak percaya. "Tapi jika lain kali kau melakukan kesalahan yang sama atau lebih daripada ini, kau akan mendapat hukuman."

"Kenapa tidak dihukum sekarang saja sih?" protes Ha-Na. Tidak cukup sampai di situ, ia juga menambahkan dengan nada penuh penekanan, "Dia itu pelaku, dan aku korbannya. Aku tidak pernah berciuman dengannya, hanya dia kok yang menciumku! Sudah, bapak hukum saja dia biar jera dan tidak seenaknya lagi mencium anak orang!"

"Ya ampun! Sepuluh tahun tidak bertemu, ternyata kau masih saja mudah mengambek!" tanpa merasa berdosa, Se-Hun mencubit pipi Ha-Na sambil tertawa lepas. Ha-Na merengut, semakin memendam kesal.

"Ya sudah, ya sudah. Aku akan menyuruh Se-Hun untuk menulis surat pernyataan maaf sepanjang 10 lembar kertas ukuran A4 dan Se-Hun wajib mengumpulkannya besok pagi, bagaimana?" tanya si guru muda, meminta persetujuan Ha-Na lebih dulu.

Ha-Na menggeleng. "Dia harus mengumpulkannya setelah jam istirahat siang ini."

"Itu keterlaluan, Ha-Na~ya!"

Guru Kim mengetuk-ngetuk meja dengan telunjuk, sedang berpikir. "Aku setuju."

Siswa berambut pirang itu seketika saja melongo. Apa guru kesiswaan yang bertubuh lebih pendek darinya itu baru saja menyetujui usulan tak manusiawi dari Seol Ha-Na?

"Aku tunggu 10 lembar kertas A4 yang berisi pernyataan maafmu siang ini juga, Oh Se-Hun. Ingat, aku hanya menerima tulisan tangan," ujar Guru Kim, tegas, menutup sesi panggilannya detik itu juga.

Ha-Na bangkit dan angkat kaki dari hadapan gurunya masih dengan raut masam. Di belakang, Se-Hun terus mengoceh tak kalah kesalnya. Saat membuka pintu untuk keluar dari ruangan konseling, Ha-Na mendapati dua sahabat perempuan dan dua senior laki-lakinya kompak berpura-pura sibuk sendiri seperti orang yang ketahuan habis menguping.

"Apa yang sedang kau lakukan di sini, Oppa?" tanya Ha-Na pada Chan-Yeol seraya melirik ke arah dua sahabatnya, curiga. Sementara itu, yang dilirik hanya bisa menunjukkan dua jari membentuk huruf V. Peace!

"Aku?" mata Chan-Yeol tampak berputar-putar, kebingungan mencari alasan. "Ah, aku ada janji membahas soal minatku untuk lanjut ke perguruan tinggi bersama Guru Kim," bohong Chan-Yeol pada akhirnya. Toh, Ha-Na tidak akan tahu kalau pembahasan itu sudah ia lakukan di pertemuan 2 minggu lalu.

"Kalau begitu, masuklah! Aku sudah selesai," balas Ha-Na. Suasana hatinya sedang amat buruk sekarang, ditambah kehadiran Chan-Yeol di hadapannya saat ini hanya membuat dirinya semakin diliputi rasa bersalah.

Ketika Ha-Na bergerak menjauh, ia dapat mendengar ucapan bernada dingin dari seorang Park Chan-Yeol yang ia tebak ditujukan langsung kepada tamu dari jauhnya, Oh Se-Hun. Untuk saat ini, sungguh, Ha-Na tidak mau tahu.

"Kupikir, kita harus bicara empat mata. Temui aku setelah jam pelajaran pertamamu selesai."


STRAWBERRY KISS 'Reborn'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang