Chapter 14

2.8K 223 20
                                    

"Sehun hanya memanfaatkamu demi uang."

Luhan langsung menoleh kearah Sehun, ia berharap laki-laki itu akan marah dan membentak Jongin. Tapi wajahnya datar, ia tidak terlihat kesal maupun menyesal.

"Apa maksudmu?"

"Bukankah sudah kubilang? Apa itu tidak aneh bila ia tiba-tiba menyukaimu dan bahkan, apa mungkin ia sudah mengajakmu untuk menikah?"

"Bagaimana kau..."

"Jangan tertipu, Xi Luhan. Dia melakukan semua hal itu hanya demi biaya kuliahnya."

Gadis itu mengepalkan kedua tangannya, rasanya ia tidak ingin mempercayai semua perkataan Jongin, namun Sehun pun tidak menyangkal dan itu membuatnya semakin kesal.

"Ayahnya... maksudku, ayah angkatnya menuntut sesuatu darinya. Ia tidak akan membiayai kuliah Sehun jika ia belum menikah."

"Mwo?"

"Kupikir awalnya itu memang sangat tidak wajar, seseorang menikah dibawah umur 20 tahun. Namun ternyata ayah angkatnya mengidap penyakit langka, dan umurnya mungkin sudah tidak lagi lama, jadi sebelum perusahaan itu diserahkan pada Sehun, ia harus memiliki seorang pendamping terlebih dahulu."

Luhan mencoba untuk meredakan amarahnya, namun semua itu sia-sia, "Bagaimana kau tau tentang semua ini?"

"Aku? Dia mengatakan semuanya padaku setiap kali ia berkunjung kesini. Dan awalnya kami membuat kesepakatan. Tapi laki-laki brengsek ini telah melanggar kesepakatan itu."

"Apa maksudmu?"

"Aku menyukaimu sejak dulu, Sehun pun tau itu. Kesepakatan awalnya adalah, Sehun akan menjelaskan semua hal padamu, dan dia akan memintamu untuk berpura-pura menjadi tunangannya lalu menikahinya.

"Setelah ia mendapat warisan itu, kau boleh bercerai dengannya dan dia akan memberimu sejumlah bagian dari uang itu. Ia juga sepakat bahwa ia akan menyerahkamu padaku. Aku menciummu tadi bukan hanya karena sengaja, tapi aku juga ingin mengetes kesepakatan yang telah kami buat ini.

"Bukannya aku tidak percaya pada Sehun, tapi laki-laki ini memang bajingan yang licik," ucap Jongin. Sehun hanya menatap kearah laki-laki itu dengan ekspresi wajah yang sama sejak tadi.

"Apa semua ini benar?" ia menahan dirinya agar tidak menangis.

Kumohon bilang tidak, tidak, jebalyo Oh Sehun. Batinnya.

Sehun menundukkan kepalanya selama beberapa saat kemudian ia mendongak dan menatap lekat kearah Luhan. Jantung gadis itu berdegup dengan kencang seakan hampir meledak, tubuhnya sedikit gemetar saat menatap wajah laki-laki itu.

"Ne, itu semua benar," jawabnya. Kedua kakinya terasa lemas, ia terhuyung ke belakang, tongkatnya terjatuh ke lantai saat punggung gadis itu menabrak tembok berlapis cat baby pink.

Air mata terpaksa jatuh di pipinya, ia tidak mengatakan apa-apa, karena ia pun tak tau apa yang harus ia katakan atau apa yang harus ia lakukan saat ini.

Sial, lagi-lagi aku menangis akibat orang ini. Dasar lemah.

Luhan mencoba mencerna kata demi kata yang diucapkan oleh Jongin, dan setiap kali kalimat itu terulang di otaknya, ia merasa semakin marah dan marah kepada Sehun.

Gadis itu tidak bisa menahan emosinya lagi, walaupun kakinya masih terluka, ia berjalan maju dengan cepat dan menghantam wajah Sehun dengan kepalan tinjunya. Laki-laki itu terhuyung dan menabrak sebuah lemari kecil.

Darah segar mengalir keluar dari hidungnya, ia menatap Luhan dengan sedikit tidak percaya bahwa gadis itu baru saja memukulnya. Jongin pun tidak menyangka kalau Luhan akan melakukan hal itu.

"Jika memang seperti itu, kenapa kau tidak meminta Jihyun saja yang melakukannya?"

"Karena ayahku ingin kau yang menjadi kekasihku, itu salah satu syarat darinya jika aku mau mendapatkan warisan itu."

"Lalu kenapa kau sengaja memutuskan hubunganmu dengan Jihyun seperti itu?"

"Aniyo, itu semua hanya sandiwara. Ternyata walaupun kau lulus ujian, kau tetap saja gadis yang bodoh," ucap Sehun sambil terkekeh.

Amarah gadis itu kembali meluap saat mendengar perkataan laki-laki itu, Luhan mencengkram kerah baju Sehun dan mendorongnya ke tembok. Ia mengerang kesakitan saat kepalanya membentur tembok.

"Jadi hubunganmu dengan Jihyun tidak berakhir?"

"Tentu saja tidak, aku sudah menjelaskan semuanya pada gadis itu, dan setelah aku mendapatkan warisan dari ayahku, aku akan kembali memperlakukannya seperti dulu."

Luhan ingin sekali meninju wajah laki-laki itu, lagi, tapi ia menahan diri karena jika tidak, semua barang di sekitarnya bisa hancur berserakan.

"Wae? Kenapa kau harus melakukan semua ini?"

Sehun tidak menjawab, namun tidak ada juga rasa menyesal dari raut wajahnya. Sedangkan Jongin hanya diam sembari memperhatikan mereka berdua. Tangisan Luhan kembali meledak, ia melepaskan genggamannya pada baju Sehun.

"Apa kau... tidak pernahkah sekalipun kau memikirkan bagaimana perasaanku? Apa aku benar-benar hanyalah sampah di matamu?"

"Kurang lebih seperti itu."

"Mwo? Apa yang sudah kulakukan? Apa aku membunuh orang tuamu? Apa aku menghancurkan kehidupanmu? Eo?"

"Apa kau tidak sadar? Berapa banyak orang yang sudah kau sakiti? Berapa banyak orang yang hidupnya hancur akibat ulahmu? Anggap saja akulah yang mewakili mereka untuk membalas semua perbuatanmu," ucap Sehun.

Gadis itu berusaha untuk menekuk bibirnya dan membentuk senyum, "Jadi, rencanamu gagal?" ucapnya dengan suara gemetar.

"Yah, sepertinya begitu."

"Aku membencimu. Mulai sekarang aku tidak akan pernah mengganggumu lagi, jadi selamat bersenang-senang dengan kehidupanmu dan dengan Jihyun."

"Geurae, gomabda," jawabnya.

"Untuk terakhir kalinya, bolehkah aku bertanya sesuatu?"

"Mwo?"

Luhan mengusap air mata yang mengalir di pipinya, "Apa kau pernah, sekali saja, walau hanya sesaat, apa kau pernah menyukaiku?"

"Ne, beberapa hari lalu aku sempat berpikir untuk benar-benar meninggalkan Jihyun, menikah denganmu, dan hidup bersama. Tapi aku sadar, pemikiran itu sangat bodoh. Bagaimana aku bisa menaruh masa depan perusahaan ayah di tangan seseorang sepertimu."

"Ah, geurae, aku mengerti. Gomabda."

Luhan melangkahkan kakinya menjauh dari kedua laki-laki itu, kakinya terasa sakit saat ia berjalan tanpa tongkat, namun hal itu tidak menjadi masalah baginya saat ini. Gadis itu ingin segera kembali ke rumahnya.

Sesosok gadis berambut panjang tiba-tiba muncul di hadapannya, ia terlihat terkejut saat melihat Luhan. Butuh waktu beberapa saat baginya untuk mengenali orang itu, ternyata itu adalah Hana.

"Luhan? Apa yang terjadi? Apa kau baik-baik saja?"

Air mata kembali meluap saat gadis itu akan berbicara, ia mencoba untuk menjawab pertanyaan itu, namun perasaannya kacau balau. Sebelum sepatah kata pun keluar dari mulutnya, tiba-tiba sebuah sentuhan lembut di pundaknya membuat ia terkejut.

Luhan menoleh dan melihat Jongin berdiri di belakangnya, di tangannya ia menggenggam kedua tongkat milik Luhan.

"Jongin? Apa yang terjadi? Aku mendengar suara berisik tadi, apa semuanya baik-baik saja? Ada apa dengan Luhan?" ucap Hana panik, ia terlihat sangat khawatir saat melihat keadaan Luhan yang kacau seperti itu.

"Kajja, aku akan mengantarmu," ia mengabaikan ucapan Hana dan tersenyum lembut kepada Luhan.

.

.

.

TBC!!!

Betewe ini kenapa ceritanya jadi Kai ama Luhan yha :))) wkwkwk

Next? Vote & comment juseyo!!!^^

love is not for us ; hunhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang