Chapter 2

45.7K 3.9K 229
                                    


Adelle berlari secepat yang ia bisa menuju ruang kelas yang ada di ujung kampus. Tadi ia pulang terlambat dan ketiduran gara-gara Karl membawanya ke kafe tempat barunya bekerja untuk mengenalkan pada pegawai di sana. Seolah belum cukup, setelah itu Karl malah mengajaknya makan siang.

Oh, jika bukan bos, Adelle pasti sudah mengutuknya menjadi bubble gum. Memangnya pria itu buta hingga tidak bisa melihat wajahnya yang begitu mengantuk?

Adelle mendorong pintu dengan keras dan bernapas dengan terengah-engah, ia membungkuk menumpukan telapak tanganku di lutut. Ia bahkan bisa merasakan keringat yang menetes membasahi bagian belakang kemejanya.

Hari ini ada kuliah umum yang dibawakan seorang dosen tamu yang katanya dulu adalah lulusan terbaik fakultas kedokteran di kampus ini.

Oh, jika kalian berpikir Adelle kuliah kedokteran, kalian salah BESAR. Ia kuliah di jurusan Psikologi, sedikit lebih 'ringan' daripada kedokteran sehingga masih bisa diikuti dengan otaknya yang lumayan pas-pasan ini. Oke, jangan protes hanya karena ia berkata 'ringan'. Baginya ilmu ini masih jauh lebih 'manusiawi' daripada ilmu kedokteran meskipun sebenarnya saling berhubungan.

Adelle mendongak dan semua pasang mata yang ada di ruangan itu menatapnya. Ia berdiri tegak dan menyeringai menatap semua orang. Dilihatnya Darla, sahabatnya, melotot melihat Adelle seraya menggerak-gerakkan mata dan kepalanya ke kiri. Apa maksudnya itu?

Ia baru menoleh saat seseorang berdehem keras. Seorang pria tampan berjas biru berdiri di belakang mimbar.

Ya Tuhan, dia seksi sekali!

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Ya Tuhan, dia seksi sekali!

Ia pikir mahasiswa lulusan terbaik itu tidak jauh-jauh dari lelaki kutu buku berkacamata tebal dan berbusana old fashioned. Tapi lihatlah adonis tampan satu ini. Dia bisa menjadi model pakaian dalam pria paling seksi yang pernah terlihat!

"Mau masuk?"

Sial! Suaranya bahkan lebih seksi lagi! Dan senyumnya itu... Tuhaaaaannn, aku rasa aku akan pingsan!

"Miss?"

"Eh, oh, terima kasih," jawab Adelle gugup seraya menuju bangku kosong di sebelah Darla.

"Taruhan pasti celana dalammu basah sekarang," dia berbisik sambil cekikikan.

Adelle melotot padanya. Sahabatnya ini memang selalu vulgar dalam berbicara.

"Aku pikir dia akan marah-marah dan menyuruhku menunggu di kantornya," Adelle balas berbisik sambil mengeluarkan bukunya.

Darla terkikik lagi. "Kau pikir ini novel picisan yang selalu kau baca itu?"

Adelle terkekeh dan berhenti bernapas saat sepasang mata abu-abu itu menatapnya dengan intens. Mata itu terus menatap Adelle selama beberapa menit sebelum akhirnya dia kembali bicara di kelas. Adelle menunduk, menentramkan detak jantungnya yang tiba-tiba menggila.
Apa-apaan ini??

My Doctor, My Guardian AngelOù les histoires vivent. Découvrez maintenant