01. Move On, Roger!

81 11 6
                                        


Roger sih sudah lama suka sama Shane. Katanya, Shane itu cinta pertama, makanya dia susah move-on. Tapi yang membuat Roger heran adalah, teman-teman seperjuangannya menyuruh dia untuk segera melupakan gadis itu dan mencari incaran lain. Lelaki itu jelas tersinggung, pikirnya sohibnya tersebut bilang begitu alih-alih menerima kenyataan kalau hubungan Roger dan Shane sama sekali belum ada kemajuan.


Namun ketika ditanya alasannya, Steve, Kelvin, dan Opet malah tidak bersuara—atau memang sengaja tidak memberitahu apa alasannya. Steve pura-pura ijin ke toilet, lalu Kelvin mencoba untuk kelihatan sibuk dengan telepon genggamnya, sedangkan Opet—yang memang dari tadi begitu—sibuk memanen upil di hidung besarnya. Oke, please skip.


Roger pun berakhir di taman. Sejak kejadian tadi, lelaki itu jadi kehilangan moodnya. Terbukti, sepulang sekolah, ia langsung menikung ke Barat menuju taman, bukannya ke arah Selatan untuk menemui teman-temannya. Kalau dikatakan marah sih, Roger tidak merasa. Apa ya, sejenis galau saja.


"Hey, Per. Tumbenan nge-galau di sini?"


Ketika kedua telinganya mendengar suara familiar, Roger reflek mengangkat kepalanya. Di depannya, sudah ada sosok yang sudah lama menjadi incarannya—sayangnya belum dapat-dapat juga—, Shane.


"Emang enggak boleh gitu gue galau? Gue juga manusia, Bi. Gue juga punya hati."


"Gue bukan baby lo ya, please."


"Idih, siapa juga yang manggil lo baby."


Alis Shane nampak berkedut, bingung, alih-alih penasaran, "Terus apa?"


"Babi," ujar Roger tersebut tanpa babibu lagi. Tidak lama kemudian, muncul berita bahwa ada seorang lelaki sekolah menengah ditemukan tewas dengan muka membiru, diduga korban telah dicekik akibat telah mengatai cewek itu babi.


.


.


"Shane."


"Yups."


"Gue pinjem hape lo, boleh?"


"For what?"


"Buat nonton bokep," Shane langsung mendelik, ia langsung menggeser posisi duduknya lebih jauh dari Roger.


"Ya mau liat isi hape lo, ogeb. Gitu pake nanya," setelah kalimat itu diucapkan, Shane membentuk mulutnya menjadi sebuah lingkaran lalu merogoh sakunya untuk mengambil handphonenya.


"Nih."


"Passwordnya apa?"


"'sunlightantinoda'. Huruf kecil semua."


WHAT THE FOOD.


"Emangnya mau liat apaan sih di hapenya cewek? Lo jangan-jangan maho, ya?" pertanyaan yang dilontarkan oleh Shane lantas membuat Roger tertohok. Oh Lord, yang benar saja. Roger masih normal, orientasinya masih lurus—tidak menikung, ia masih menyukai perempuan.


"Man, gue gak separah apa yang lo bayangin. Ya, gue ngaku kalau gue itu tipe-tipe cowok melambai. Tapi Shane, gue masih suka sama cewek. Dan fyi, cewek yang gue suka itu ada di depan—"


Roger spontan mengutuk telepon genggam Shane yang menghalangi proklamasi cintanya tadi. Shane segera merebut benda kesayangannya tersebut dari tangan Roger lalu mengangkatnya, "Halo, oh—hai, dear! Kamu dimana? Aku udah cari kamu kemana-mana, tahu."


Oh, jadi ini yang dimaksud teman-temannya itu? Oke, sekarang Roger sudah paham, kok. Sangat paham bahkan.


Ternyata hati Shane sudah berlabuh, tapi bukan di pelabuhannya.


"Siapa yang telpon?"


"Pacar gue, Billy, hehe."


Waktunya untuk mencari ikan di sungai lagi, Roger.




[ Saturday, December 03, 2016 ]

Coding U.Where stories live. Discover now