Fang masih berdiri di situ memperhatikan Boboiboy dari kejauhan. Sembari mengeratkan jaket, cowok berkacamata tersebut tersenyum dan melambaikan tangannya. Boboiboy turut melempar senyuman dan membalas lambaian tersebut dari jendela kamar.

Fang ingin memastikan bahwa Boboiboy dalam kondisi yang lebih baik dari sebelumnya. Ia tak tenang meninggalkan gadis yang masih bersedih itu begitu saja. Maka Fang rela menunggu bidadari bergaun putihnya memperlihatkan wujud di jendela ketika ia akan menutup tirai. Meski hanya beberapa detik, itu sudah membuat Fang cukup tenang dalam perjalanannya menuju rumah.

-------------------------------------

Tak ada lagi cahaya yang menerangi kamar Boboiboy. Hanya cahaya lembut rembulan yang menembus tirai mewarnai gelap ruangan kecil tersebut. Sementara malam itu Boboiboy sama sekali tak bisa tidur.

Di balik selimut sambil meringkuk dalam pembaringan, ia terus teringat ciuman pertamanya.

Jantungnya terus berdegup kencang, wajahnya memanas. Wajah tampan Fang yang begitu dekat di hadapannya tak bisa menghilang dari ingatan. Kacamata Fang sama sekali tak menghalangi Boboiboy merasakan kelembutan dari tatapan mata Fang. Mata yang biasa menatap tajam pada siapapun terasa begitu lembut dan hangat jika pandangan mereka bertemu.

Ciuman yang terasa basah, terasa hangat... namun manis...

Boboiboy berharap suatu saat Fang tak keberatan membiarkan dirinya merasakan hal itu lagi dengannya. Hanya dengan Fang.

Fang...

Apakah kita diijinkan untuk bersama...?

Hati Boboiboy kembali gundah ketika ia mengingat, besok adalah hari di mana ia harus mengambil keputusan. Tubuhnya meringkuk lebih dalam. Tanpa disadari, air mata kembali menetes penuh kebimbangan di pipi Boboiboy.

Aku hanya memiliki satu keinginan...

Aku ingin bersama Fang...

Menghabiskan waktu dengan Fang...

Menjalani segalanya bersama Fang...

Dosakah ini...?

----------------------------------------

Tok Aba dan Ochobot tengah tertidur pulas di kamar Tok Aba. Sementara itu, kedua orang tua Boboiboy tidur berdampingan di kamar tamu yang disediakan Boboiboy setelah gadis itu mendapati kedua orang tuanya berkunjung ke rumah Tok Aba sore tadi.

Ibu Boboiboy terdiam belum menutup kedua matanya. Tubuhnya yang sudah terbaring santai dan lampu yang telah padam sama sekali tak membantunya mengantuk. Sebuah gerakan dari sampingnya membuat wanita itu menoleh melihat sang suami yang juga ternyata tak bisa tidur.

"Macam mana pendapatmu tentang anak bernama Fang tadi…?" tanya sang ayah. Istrinya tersenyum lebar mendengar pertanyaan tersebut "Dia anak yang elok lagi bertanggung jawab… aku lega dia selalu di sisi anak kita…"

Ayah Boboiboy terdiam sejenak mencerna pujian istrinya kepada Fang "… tapi dia… dah mencium anak kita… Mama malah macam lagi seronok tengok mereka macam tu! Masih dua belas tahun mereka tu! Tak pantas lagi dah berciuman!" Ibu Boboiboy terkekeh tak terkendali mendengar gerutuan suaminya. Mereka melihat jelas pemandangan ketika Fang mencium Boboiboy dari kamar Boboiboy tadi. Tok Aba membelalakkan matanya dan tak dapat menahan senyum, sementara ayah Boboiboy terkejut bukan main dan kemudian memandangi istrinya yang tergirang-girang. Tentu saja bagi seorang ayah yang kini memiliki anak gadis, hal itu bukanlah sesuatu yang dapat membuat dirinya tenang. Terlebih hubungan Boboiboy dan Fang bagai layaknya sudah pacaran.

"Kau ni… macam cemburu ke…?" tanya sang istri setelah berhasil mengendalikan tawanya.

"Eikh! Mestilah! Boboiboy tu… Anak perempuan yang sempurna sangat! Kita orang ni tak tahu Fang tu anak macam mana…! Mestilah kita jaga anak kita tersayang dari laki-laki asing!"

BOBOIBOY:LOVE STORY [FANG X BOBOIBOY](COMPLETED)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن