"Eh buset, bau bener lo. Abis makan jengkol ya lo?" Sungut Dylan, ia yakin temannya yang satu ini memakan makanan yang berbiji dan mengeluarkan bau tidak sedap itu.

"Kayak lo gak tau bocah ini gimana aja Lan," seketika tawa Andi menggelegar di sepanjang koridor dan merekapun tertawa akan hal itu.

"Besok kita dapet panggilan sparing guys." Cecar Dylan ketika ia sudah melepaskan diri dari tingkah jahil sahabatnya itu.

"Lawan SMA apa Lan?" Reno langsung semangat jika ada sangkut pautnya soal futsal, katanya sih 'nangkep bola aja aku sanggup, apalagi nangkep hati kamu' gombalan receh memang.

"SMA Cendrawasih Ren," Dylan berjalan dengan santai sembari membalas sapaan setiap orang yang menyapanya.

"Akhirnya gue ke sekolah itu juga, cewek-ceweknya bening sob," Andi yang daritadi diam kini ikut menyahuti perbincangan yang menarik ini.

"Lo mah cewek mulu An." Cecar Dylan sambil tersenyum dan menaik turunkan kedua alisnya. Seketika merekapun tertawa.

"Tapi Andi bener, di sana cewek-ceweknya bening. Mana ketua team basket putrinya cantik banget lagi." Bela Reno, ya memang kenyataannya seperti itu.

"Nah bener kan, siapa namanya Ren?" Andi menoleh ke samping kirinya tebih tepatnya yang berada di sebelah Dylan.

"Namanya Ana sob, cuma ya gitu, gak ada yang bisa naklukin dia dari dulu." Senyum Reno, memang faktanya seperti itu, seorang gadis cantik nan manis tetapi hingga kini ia belum memiliki kekasih.

"Udah punya pacar kali." Sahut Dylan yang sedaritadi menyimak pembicaraan Andi dan Reno mengenai 'cewek' itu.

"Enggak sob, dia gak punya pacar," Reno, tukang gosip yang satu ini memang tidak pernah ketinggalan informasi sekecilpun, walaupun gosip itu bukan disekolah mereka. Hanya saja, Reno terlalu penasaran dengan orang yang sering teman-teman sekelasnya bicarakan.

***

"Assalamualaikum, Dylan pulang." Salam Dylan sembari melepas sepatunya dan menggantinya dengan sandal rumahan.

"Bun, bunda di mana?" Dylan melewati ruang tamu dan tidak menemukan sesosok malaikat hatinya itu. Biasanya bunda disini deh batin Dylan sembari melangkahkan kaki kearah kamarnya.

To : Dylan
From : Malaikat hati

Bunda ada dirumah oma, nanti malam bunda pulang. Kalian beli makanan diluar dulu ya
Love you

Dylan merebahkan tubuhnya kekasur sembari memejamkan matanya. Hari yang melelahkan.

Tok tok tok

"Masuk." Ujar Dylan dengan masih memejamkan matanya.

"Dek, kamu mau makan apa?" Kinnan menyembulkan kepalanya dari pintu untuk melihat aktifitas adiknya itu.

"Terserah deh kak." Dylan tetap pada posisinya, ia sungguh lelah hari ini.

Banyak guru-guru yang meminta bantuannya untuk memasukkan nilai ulangan kedalam selembar kertas untuk memudahkan guru tersebut memanggil murid yang nilainya dibawah rata-rata.

"Oh ya dek, Keenan kapan balik?" Kinnan hendak menutup pintu kamar tetapi ia teringat sesuatu dan langsung membuka kembali pintunya.

"Lusa kak, kan dia masih pertukaran pelajar," Dylan duduk ditepi kasur dan menatap kakak perempuannya yang berada diambang pintu.

"Yaudah, kakak beli makan dulu, jaga rumah ya." Kinnan meninggalkan Dylan sendirian di rumahnya untuk membeli makan malam.

***

Matahari telah muncul dari arah timur, yang menandakan dimulainya kegiatan para manusia. Hari ini seperti hari-hari biasanya untuk Dylan, sarapan bersama, berangkat sekolah.

Tidak ada yang menarik, ya walaupun dia sudah bergelimangan kasih sayang seperti halnya keluarga yang menyayanginya, guru-guru yang menyukainya hingga teman-temannya yang selalu ada untuknya.

Tetapi, di pagi hari ini seperti pagi-pagi sebelumnya. Ada yang kurang didiri Dylan ketika menginjakkan kakinya di meja makan.

Ia menolehkan kepalanya kearah kanan, kosong. Ia menghela nafas sejenak, seperti belahan jiwanya yang hilang.

Ia merindukan adik kecilnya itu, walaupun sang adik tidak mau dipanggil kecil, hanya saja menurut Dylan ia masih kecil. Dan si kecil itu yang sedang Dylan rindukan.

Sudah satu minggu, dan dia belum pulang juga.

"Adek mau makan apa?" Bunda yang sedang menuangkan nasi goreng buatannya ke dalam piring sang suami sontak menoleh ketika mendengar deritan kursi.

"Roti aja bun," Dylan masih meng'galau' mengetahui fakta itu.

Dylan mengambil dua lembar roti tawar dan mengambil selai coklat kesukaannya. Iapun melahap roti buatannya itu dengan lahapnya.

"Kakak mana bun?" Hanya beberapa menit roti iu sudah habis di masukkan ke dalam perutnya.

"Masih tidur, dia kuliah siang." Bunda menyuapkan nasi goreng buatannya ke dalam mulutnya kemudian menjawab.

"Adek berangkat bun, yah." Dylan berpamitan kepada kedua orang tuanya dan menuju sekolah menggunakan motor kesayangannya.

Dalam hati ia berdoa agar kekosongan hatinya terisi kembali dan ia berjanji tidak akan melepaskan kebahagiaannya kembali.

***

DylanaWhere stories live. Discover now