Chapter 4

8K 670 216
                                    

Passé

Will.

Pria itu, dia membawaku. Membawa raga dan janin ini yang semakin berkembang dari hari ke hari. Aku tidak menyangka bisa menginjak Washington, singgah di sana, di sebuah kota yang tidak kucintai seperti Paris. Berbulan-bulan, aku dirawat. Aku dijaga, diberi tempat tinggal, diberi makan selayaknya manusia beradab oleh dirinya, pria itu. Pria yang tiba-tiba muncul dalam masa sulit yang kualami dan mendedikasikan dirinya sebagai penolong dari Tuhan.

Tuhan tidak sebaik itu padaku.

Sudah lelah bagiku untuk curiga atas tujuan yang ingin ia lakukan padaku dengan semua hutang budi ini. Yang kutahu, Will hanya merawatku selayak-layaknya. Seperti seorang penolong tanpa pamrih. Pandangan teduh di balik keriput di kelopak matanya tidak pernah hilang. Ia selalu menatapku dengan kedua bola matanya yang menyimpan ketenangan layaknya air. Dan itu cukup meredam keresahanku.

Hingga tiba pada saatnya bayiku lahir, Will mendampingiku. Pria paruh baya itu menyaksikan perjuanganku, melihat bagaimana aku mengaduh kesakitan, bagaimana aku mengerang, bagaimana aku memperjuangkan sebuah nyawa dengan sekuat tenaga. Selayaknya ayah yang baik, tangan besarnya menggenggam jemari tanganku yang menegang. Hingga di balik kesakitan itu, aku bisa merasakan belaian lembutnya, bisikan halusnya, dan jemari tangannya yang menyeka peluhku.

Dan anak ini lahir.

Anakku, keluargaku satu-satunya. Sebuah anugrah terindah dari Tuhan yang akan kusyukuri sepanjang hidup. Air mataku mengalir penuh haru selepas perjuangan itu selesai. Kelegaan menghampiriku, menenangkanku dengan perasaan bahagia yang tak terbendung. Anakku lahir dengan selamat atas perjuanganku sendiri. Kudengar bagaimana ia berteriak, menangis, diikuti tubuh mungil berbau anyir yang menggeliat. Untuk pertama kalinya, aku berhasil melahirkan, menjadi seorang ibu.

Anakku tumbuh dengan baik. Matanya bulat besar, bibirnya kecil nan ranum, wajah dan tangisannya benar-benar menggemaskan. Dia seorang laki-laki, dengan kulit halus dan wajahnya yang tampan. Fisik yang terbentuk dalam bayiku membuatku percaya kalau anak ini hasil dari sebuah hubungan cinta yang murni tanpa hawa nafsu belaka. Dia mirip dengan ayahnya. Ayahnya, seseorang yang sangat kucintai. Seseorang yang tidak bisa kuraih kembali meski aku ingin.

Anakku bernama Jericho. Jericho Axelle McConnell, anakku yang tampan. Kupakai marga keluarga ibuku agar ia tetap terdata dengan baik, tidak ada marga ayahnya. Sengaja kuselipkan nama Perancis di tengah namanya karena anakku keturunan Perancis. Meski ia lahir di Washington, Paris akan kujadikan tempat berpulang kami suatu saat nanti. Makam ibuku ada di sana, kehidupanku dimulai di sana. Dan aku mendapatkan cinta di sana. Di Kota Cinta yang akan kusinggahi kembali jika sudah saatnya.

Jericho terus berkembang, anak itu cerdas, pendiam sepertiku, namun sangat kritis seperti ayahnya. Ia mendapat kasih sayang dalam figur seorang ayah hanya dari Will. Jericho mengenal Will sebagai pamannya. Dan Will tidak memaksakan diri untuk mengaku sebagai ayahnya. Pria paruh baya itu cukup mengerti atas keinginanku. Karena aku tidak mau Jericho melupakan ayahnya, bagaimana pun, anakku harus mengenalnya suatu saat nanti.

Jericho semakin tumbuh dan berkembang. Will sudah mendaftarkan anakku di sekolah elementary. Dan di umurnya yang sudah menginjak tujuh tahun, Jericho cukup berprestasi di sekolahnya. Anakku menyukai sastra dan sejarah, ia suka bercerita banyak padaku mengenai Perang Dunia di zaman dulu. Dan sejauh ini, aku cukup terkejut. Karena Jericho tidak pernah bertanya apapun tentang 'ayah'. Bahkan saat perayaan Hari Ayah berlangsung setiap tahun, ia tidak pernah begitu peduli.

Dan Will, pria itu. Ia tetap membayangi kehidupanku, menyayangi Jericho seperti anaknya sendiri, datang berkunjung selayaknya seorang paman yang sering mengunjungi keponakannya. Rambut Will sudah memutih, ia menua. Dan sejauh ini, setelah bertahun-tahun aku menjalani hidup ini dengan bantuan Will, aku tidak pernah mengenal dengan pasti siapa dirinya. Yang kutahu dari jas yang sering ia kenakan serta telepon yang sering ia terima di tengah kegiatannya, Will seorang pengusaha. Dan tentu, dia beristri.

SLUT 2 [COMPLETED]Where stories live. Discover now