Part 4 (Reihan)

6.3K 589 3
                                    

Faris dan Kelin masih terus berjalan dengan buru-buru ke rumah Reihan. Seolah mengingat sesuatu, Faris kembali memegang ponselnya dan menghubungi seseorang.

Lama panggilan itu tidak tersambung, hingga Faris berpikir orang yang ia telpon sekarang sedang dalam bahaya. Klik. Faris sedikit bernapas lega saat orang itu–Renata–ternyata mengangkat telponnya.

"Halo, Ris," sapa Renata begitu panggilan tersambung.

"Rena, kau tak apa-apa, 'kan? Syukurlah, aku sudah khawatir padamu. Kalau begitu aku matikan telponnya ya, aku sedang menuju ke rumah Reihan sekarang."

"Tapi—"

Faris mematikan sambungan telponnya, dan tidak mendengarkan apa yang akan Renata katakan selanjutnya.

Paling ia hanya ingin bertanya, kenapa ia ke rumah Reihan pagi-pagi buta? Atau kenapa Putra dan Kelvin datang ke rumahnya saat ini? batin Faris.

Lama mereka di perjalanan hingga rumah Reihan kini sudah tampak di mata mereka. Mereka berdua pun segera berlari menghampiri pintu.

Rumah Reihan terlihat sepi, lampu yang biasanya terang kini tidak dinyalakan. Berbagai macam pikiran buruk segera menyerbu pikiran Faris dan Kelin.

Ya, memang Faris sudah ceritakan semuanya pada Kelin. Kelin percaya pada ucapannya, bukan seperti Reihan.

Brak ... brak....
"Bantu gedor pintunya, Lin ... siapa tahu masih ada orang di dalam sana," tukas Faris sambil terus menggedor pintu rumah Reihan.

"Hey! Apa kau bodoh? Setelah dia sempat membunuh Reihan, untuk apa dia membukakan pintu untuk kita? Untuk minum teh bersama? Huh?" celetuk Kelin dengan geram.

Faris memasang wajah baru mengerti dan menghentikan aksinya menggedor pintu. Ia pun berganti kegiatan dengan meneriakkan nama Reihan.

"Kurasa akan sama saja," desis Kelin dengan pelan dan mencari ide lain karena merasa tidak berguna jika harus membicarakannya dengan Faris terlebih dahulu.

Klak. Gerakan dari gagang pintu yang terbuka membuat mereka terjaga, dan mundur beberapa langkah.

Faris dan Kelin saling bergendengan tangan, takut jika yang berada di balik pintu itu adalah orang yang meneror Faris saat di sekolah.

"Benar-benar kau, Faris! Karena kau, dia mungkin akan membunuh kita juga," tekan Kelin di depan telinga Faris.

Begitu pintu sedikit terbuka, Faris buru-buru menghujami orang itu dengan pukulan-pukulan brutal.

"Hey, apa yang kau lakukan! Lepaskan aku!" teriak orang itu.

Faris tidak berhenti melakukan aksinya, dan kini malah beralih menjambak rambut orang itu.

"Sakit, hey! Lepaskan aku! Kelin, tolong lepaskan Faris dariku!" Orang itu kini menatap Kelin dengan geram karena dia terus diam.

Kelin memasang wajah datar lalu menarik kerah baju Faris ke belakang.

"Dia Reihan," bisik Kelin setelah menarik Faris menjauh dari Reihan. Mendengar itu, Faris fokus menatap Reihan.

Reihan berdehem menyetujui ucapan Kelin.

"Kau ini!" Faris kembali mendekati Reihan dan menghajarnya habis-habisan.

"Kau gila! Rambutku bisa rontok jika kau tarik seperti itu. Kau ini kenapa? Mau membunuhku, ya?!" sembur Reihan, sambil mengusap kepalanya yang terasa sedikit perih.

"Kau yang gila! Kenapa kau tidak mengangkat telponku? Kau tidak tahu? Kau ini membuat kita khawatir! Aku sudah menyuruhmu untuk menjemput anak-anak menginap di rumahku, tapi kenapa kau tidak datang, Bodoh!" maki Faris panjang lebar. Ia merasa kesal dengan Reihan. Mengapa di situasi seperti ini, Reihan masih saja terlihat biasa.

5 A.M (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang