***
"Gue sayang lo" Genza memeluk tubuh mungil itu. Ia meletakkan dagunya tepat di puncak kepala Dinda.
'Kretak'*suarahatiyangretak*
"Nggak, lo nggak boleh sayang guee!"Dinda berusaha melepas pelukan itu sekuat tenaga. Namun apa daya? Tenaga Genza jauh lebih kuat.
Seorang pria yang bau tubuhnya tidak asing lagi berlalu di samping Dinda dan Genza yang masih nyaman dalan posisi itu.
Seketika setetes air mata turun melewati jajaran pipi manis itu. Genza yang merasa gadisnya menangis langsung melepas pelukannya.
"Lo kenapa? Gue sa... "
"Minggir, Kak Azzamm!!" Dinda menepis tangan Genza yang berada di bahunya.
Ya, lelaki itu adalah Azzam, dengan hati yang sakit ia menatap tubuh mungil itu sekarang terlindung oleh sebuah tubuh kekar.
Tangan manis itu berhasil mencekal pergelangan Azzam. Azzam hanya berjalan cepat sedangkan Dinda harus dengan susah payah berlari.
Azzam terdiam, tidak mau ia membalikan badan. Dinda melepaskan pegangannya.
"Kak, semua nggak sama seperti yang lo liatt " Dinda menundukkan wajahnya yang nampaknya menangis.
"Apa lagi? Udah jelas juga, lo itu bohongin gue " Azzam berusaha melangkah. Ia beehenti saat gadis itu sudah nampak di hadapannya.
"Kak! Dengerrin gue"
"Gaada yang perlu di dengerin!! Lo pantes buat di jauhin!! , minggir ! " Azzam benar emosi, ia menyentak Dinda.
Bahunya sampai tersentak menahan tangis. Azzam sungguh tak peduli, sikap dinginnya kembali lagi. Ia pergi meninggalkan si gadis duduk meringkuk sambil menangis.
"That's my plan"
"Thanks, lo udah support rencana kita"
"Yoi, gue juga ngerasa dikhianatin banget sama tu bocah "
"Biar karma dateng"
"Haha, ga bakalan semudah itu Din! Lo bisa buat kita iri"
"Kita bisa lakuin semua yang kita mau. Dan lo cuma ninggal tunggu tanggal mainnya haha"
Seorang gadis berambut pirang sepunggung berusaha membantu Dinda berdiri. Dinda berani menatap orang yang masih mau bertemab dengannya.
"Ma..maura? " matanya sembab hidungnya merah.
"Kenapa? Lo kira gue ikutan benci sama lo? Nggak lah Din. Gue nggak sebocah itu " Maura tersenyum. Dinda merasa aman, sekarang masih ada yang mau membelanya.
'Prook prook prok'
Dinda dan Maura reflek menoleh ke arah sumber suara yang menampakkan beberapa orang berdiri sambil tertawa.
"Ahaha, masih ada aja orang bodoh yang mau lindungin dia"
"Bacot lu! Lo aja yang bodoh masih ada orang manas manasin orang lain buat benci orang. Dan masih jaman ya? Main kroyokan kek begini? Haha cupu lo! " Maura membalas dengan ucapan yang tidak kalah pedas.
Mereka sempat terdiam hingga seorang berani membuka mulutnya.
"Sorry sekarang jamannya taktik, mikirnya pake otak. "
"Apa? Taktik lu bilang? Lu pikir ini perang gerilya pake taktik segala hah?!" Maura terus menjawab! Dinda hanya terdiam melenguh.
"Tinggal tunggu aja tanggal mainnya"
YOU ARE READING
Did I wrong?
Teen Fiction"Gioo gue mau cerita sama lo!!" Genza kecil berlarian menuju ke arah sepupu tersayangnya. Mereka sangat dekat bahkan seperti kembar. "Apaann Genzaa? Katanya mau main perang - perangan tapi kenapa lo malah mau cerita sama guee?" Gio kecil meletakkan...
