***
"Pengen macaroon nyaa"
"Minta ke Dyland aja susah banget Din"
"Abang kekk"
"Lo mau ? Nih, buka mulut lo. Ini vanilla kesukaan lo "
***
Senyuman itu terukir selalu saat Dinda sedang dijalan pulang bersama dengan Gio. Gio sedari tadi hanya geleng - geleng saja melihat senyuman itu terukir pada bibir adik tersayangnya.
Waktu terus berputar, sekarang jam menunjukkan pukul 8 malam dan saatnya bagi keluarga kecil ini untuk makan malam. Tetapi sang mama terlihat sangat formal dengan balutan gaun hijau panjang.
Dinda turun dari lantai dua dengan wajah bingung. Mendapati kakaknya juga berpaiakan formal dengan tuxedo, sangat tampan.
"Maa? Bangg? Mau pada kemana kok formal banget, Dinda mau ditinggalin? " senyuman Dinda tadi berubah menjadi kemurungan.
"Eh sayang, Gio kamu lupa bilang adik kamu ya, cepetan sekarang kamu siap siap. Kita mau makan malam bareng klient mama, " sang mama sedikit memarahi Gio, dan Gio hanya membalas dengan tersenyum manis.
Dinda berlari kembali ke kamarnya untuk bersiap - siap. Jika hanya klient, kenapa harus bersama anak - anaknya? Ah paling ada suatu pesta.
Dinda turun dengan anggun. Balutan mini dress 5cm diatas lutut berwarna tosca dengan polkadot putih. Rambut coklat pirangnya ia biarkan tergerai. Gadis cantik ini menyelipkan sling bag di atas pundah manisnya.
"Ayo ma, Dinda udah siap. "
***
'Luxurius Hotel' hotel berbintang lima yang menjadi pilihan. Bisa dipastikan bahwa yang mengadakan acara ini adalah orang ternama yang tentunya juga kaya.
Dari lobby hotelnya sudah tampak glamour dengan pernak pernik dari kaca yang membuatnya berkilauan. Langit - langitnya yang tinggi juga menambah kesan mewah.
Keluarga kecil ini menaiki lift menuju ke lantai 18 dimana aula dan restaurantnya yang ada. Sungguh ramai banyak keluarga keluarga kaya yang hadir termasuk, Icha.
Dinda menatap Icha dengan pandangan takjub. Dress yang membalut tubuh Icha adalah rancangan dari perancang ternama. Icha tahu bahwa ada yang memandanginya. Dinda membuang muka cepat.
"Ma, Dinda capek. Heels nya ketingiian Dinda mau duduk " Dinda mengeluh karena kakinya mulai terasa sakit.
"Gio, kamu sama Dinda duduk di meja sana yah. Mama mau nemuin klient dulu" punggung yang tak asing itu hilang.
Gio mengangguk memberi kode bahwa Dinda harus mengikutinya. Dinda melihat sekeiling lau tiba - tiba ia tersentak lalu berhenti. 'Kak Ale? Hah?! Maura?? '
Gio yang menyadari bahwa Dinda berhenti. Ia mengernyitkan dahinya karena pandangan Dinda sangat fokus tidak luput dari 2 insan yang dipandangi.
"Bang bang! Kok ada kak Alle sama Mauraa?! Mereka ngapain disini??" Dinda menepuk - nepuk lengan Gio yang sejajar dengan dahinya.
"Lah? Gue nggak kenal ngapain nanya ke gue. Gue mau ambil wine dulu. Lo duduk di bangku sono, okee?" Gio mengusap pucuk kepala Dinda lalu pergi begitu saja.
"Ah! Rese lu bang" Dinda menghentakkan kakinya keras ke lantai. "Aw!" seketika Alle mengalihkan perhatiannya ke arah Dinda yang memegangi kakinya yang luka. Maura? Ia berlalu ntah kemana.
Kebiasaan Maura, ia hanya butuh sepersekian sekon untuk menghilang. It's weird .
"Dinda? Kok lo disini? Eh kaki lo kenapa? Lo gapapa? Lo sama siapa? " deretan kuis Alle berikan pada Dinda yang masih mengernyit kesakitan.
"Kak, gue sakit jangan ngasih kuiss bantuin kekk aw!" Dinda meringis saat punggung kakinya mengeluarkan tetesan cairan merah.
Tanpa babibu, Alle menggendong Dinda ala bridal style tentu Dinda terperanjat kaget dan merengek minta diturunkan.
Alle menghiraukannya, ia meminta seorang pelayan untuk menyiapkan sebuah kamar di hotel itu. Setelah siap, Alle membawa Dinda masuk ke dalam.
'Bughh' Dinda mengelus pantatnya yang terasa sakit meskipun mendarat di kasur yang empuk.
"Sakit begoo "
"Elu yang minta di turunin, udah diturunin lo sewot, dasar cewe. Sekarang lepasin sepatu lo" Alle melepaskan tuxedo nya sehingga memampangkan kemeja putih polos yang ia pakai.
"Eehh mau ngapain gue lu kakk, jangan macem - macem! Ada bang Gio loh! " wajahnya pucat pasi. Takut, tetapi Alle justru terkekeh geli.
"Hahaha, lo mau kaki lo infeksi gara-gara luka di kaki lo ? " Dinda tertunduk malu ia salah dengan pikirannya.
Dinda melepaskan hellsnya. "Ehh!! Lo ngapain disini! Sama cowo lagii!! Ngapain hahh?!! " Gio, pria itu langsung menggenggam kerah kemeja yang digunakan Alle.
"Abang! Stop! Kak Alle yang nolongin gue! Liat kaki gue berdarah begini! Lepasiinn " Dinda tidak bangkit dari kasur, hanya meracau memarahi Gio.
"Oh? Hmm ,sorry. " Gio melepaskan genggaman tangannya, dengan cepat Alle merapikan kembali kemejanya. "Eh yaudah bentar gue ambilin minum sekalian buat lo berdua" lanjutnya.
Gio, pria itu berlalu lagi meninggalkan adikny bersama dengan Alle. Tampak wajah Alle menahan emosi karena perilaku Gio yang tiba - tiba.
"Sorry kak,abang gue emang agak over protective sama gue "
"Dia? Abang lo? Itu Gio kan? Most wanted SMA kita setaun yang lalu baru lulus? " Alle tak asing lagi pada Gio. Dinda hanya mengangguk mengerti, sebegitu terkenalnya kah seorang Gio?
'Alle POV'
Setelah tahu bahwa Dinda adalah anak keturunan almarhum om Luois, gue semakin percaya diri buat deketin diri gue sama dia.
Oma, Opa, mama sama papa tentu bakal setuju punya calon menantu yang berpendidikan dan berasal dari keluarga baik - baik.
Gadis yang lama gue tunggu, pertama lihat dia waktu pendaftaran kebetulan gue jadi panitia. Gue gak nyangka kalo ternyata ujung - ujungnya bisa nyenengin kek begini.
"Kak? Katanya mau ngobatin gue kok ngelamun? "Dinda ngagetin gue kampret.
"Ehh, iya sorry - sorry gue kepikiran abang lo barusan . " gue mencoba santai dan sok cool, gue ambil betadine sama kapas di laci. " bentar "
Gue jalan ke kamar mandi, ambil wadah kecil sama anduk kecil yang udah disediain. Gue nyalain waterhiter gue isi air anget sampe wadahnya agak penuh.
Abis itu gue balik lagi ke Dinda. Dia lagi meringis sakit. Sakit banget kali ye? Luka gara - gara pake hells? Untung gue bukan cewe.
"Ekhmm"
"Eh iya kak, "
"Jangan nangis loh, " gue masukkin handuk ke wadah terus gue peres ampe tinggal basah doang. Gue tempelin pelan - pelan ke punggung kaki dia.
Sesekali gue denger dia meringis sakit. Perih iya gue tahu Din. Abis itu gue tetesin betadine ke luka dia abis itu gue kapasin. Ribet? Gue bukan anak pmr.
And last, gue kasih plester ke punggung kakinya biar ga sakit kalo kesenggol apapun.
"Makasih kak, gue boleh nanya? "
"Ya? " gue duduk di samping Dinda.
"Lo ada hubungan apa kak emangnya sama Maura? kok tadi gue liat lo sama Maura lagi barengan kak? " ehh! angin dari mana dia nanya gitu ke gue! Sumpah gue gabisa bongkar semuanya sekarang.
"Eh? Di dia ..
***
Tbc,....
Hayoloh Maura sapanya Alle, saiya pacarnya! Tapi kalo Maura pacarnya Alle, kenapa Alle suka sama Dinda cobaaa?
Vomentt yaa !! ✴💬
DU LIEST GERADE
Did I wrong?
Jugendliteratur"Gioo gue mau cerita sama lo!!" Genza kecil berlarian menuju ke arah sepupu tersayangnya. Mereka sangat dekat bahkan seperti kembar. "Apaann Genzaa? Katanya mau main perang - perangan tapi kenapa lo malah mau cerita sama guee?" Gio kecil meletakkan...
