Part 6 Irresistible

433 40 6
                                    

Eva's POV

(Flash Back On)
London, 6 tahun yang lalu.

Aku melihat sebuah bangunan megah dan kokoh, menantang jaman. Pandanganku sekilas teralihkan pada seseorang yang sedang duduk di barisan kursi di tengah taman.

Di atas kursi itu, seorang laki-laki sedang menundukkan pandangan pada sebuah buku tebal di pangkuannya. Menggerakkan bola matanya ke kiri dan ke kanan.

“Apa aku boleh duduk di sini?” Kataku.

“Terserah kau saja.” Dia tak memerhatikanku.

“Kau pasti mahasiswa kampus ini kan? Waahh! Aku benar-benar takjub dengan indahnya kampusmu. Apa yang kau baca? Sepertinya sangat menarik.”

Aku mengintip cover bukunya.

“Wah, kau mahasiswa sains?” Kataku lagi.

Dia melepaskan earphone yang terpasang di telinganya.

“Apa baru kali ini kau melihat Oxford? Kau sangat berisik.” Dia memandangku.

Dia manatapku tanpa bergeming. Matanya biru, sangat indah. Aku merasa akan tenggelam dibuatnya. Atau paling tidak, aku berharap bisa berenang di dalamnya. Warna irisnya mengingatkanku pada samudera.

“Aku akan diam saja kalau begitu.” Kataku menyerah.

Untuk beberapa saat, dia tak berkata apa-apa dan hanya menatapku. Aku mengalihkan pandanganku darinya. Menolak terjebak lebih jauh ke dalam surganya.

 Menolak terjebak lebih jauh ke dalam surganya

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

“Kau...”

Dia berbicara padaku?

Aku kembali menatap mata birunya yang saat itu sudah mengunciku. Sangat penasaran dengan apa yang akan diucapkannya.

“Apa mungkin kau mahasiswa baru?”

Nada suaranya lebih rendah, tanpa emosi seperti sebelumnya.

“Ah, Tidak. Aku baru saja pindah ke tempat pamanku di dekat sini.”

“Kau ingin berkeliling?”

Dia berubah menjadi hangat.

“Apa kau tidak ingin menyelesaikan belajarmu? Maafkan aku karena mengganggumu. Aku akan diam saja kalau begitu. Lanjutkan saja!”

“Aku bisa membacanya nanti.”

Dia memasukkan buku itu ke dalam tas ranselnya, dan berdiri mengulurkan tangan untukku.

“Kau hanya melihat luarnya saja, di dalam lebih indah lagi. Ayo!”

Dan aku pun menerima uluran tangan itu. Saat itu, detik itu, lingkaranku dengan Arthur baru saja dimulai.

Kami membicarakan banyak hal, mulai dari pengalaman menjamah bangunan-bangunan tua, hingga mitos-mitos yang ada di dalamnya. Dia lebih unggul soal pengalaman berekspedisi ke tempat-tempat bersejarah. Tapi aku lebih handal mengenai cerita yang mengiringi keberadaan tempat itu.

THE TRAVELER - 7th Generations [COMPLETED - EDITED]Where stories live. Discover now