Bab 11. Curiosity

27.4K 2.2K 48
                                    

Dua pria yang saling tatap satu sama lain dengan isi pikiran yang sepertinya saling tolak menolak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dua pria yang saling tatap satu sama lain dengan isi pikiran yang sepertinya saling tolak menolak.

Renan menatap Bara jengah. Lalu terlihat menghela napas panjang dan menyugar rambutnya.

"Kamu mencintai dia atau tidak?"

Renan menegaskan pertanyaannya.

"Aku jatuh cinta."

"Pure jatuh cinta pada pandangan pertama atau alam bawah sadar mu menyuruhmu mendekati dia karena kau menaruh kecurigaan bahwa Aluna adalah bagian dari keluarga Sandjaya?"

"Itu juga. Aku melakukan itu sejak pertama kali melihat dia. Maksudku, terbersit pemikiran seperti itu."

"Wah...gimana kalau Aluna tahu?"

"Dia tidak percaya cinta pada pandangan pertama."

"Manusia punya pemikiran masing-masing. Abaikan dulu bagian itu, Bro. Kamu sadar ga Tuan Borgoiba? Kamu akan berada dalam kebingungan atas perasaanmu sendiri. Apalagi kalau kecurigaan mu benar."

"Aku jatuh cinta."

Bara mengulangi kata-katanya dan menangkupkan tangannya.

"Ada dua kemungkinan yang kamu pikirkan."

Bara mendongak menatap Renan. Alisnya terangkat. Renan memasukkan kedua tangannya ke saku celana dan menatap Bara dengan mata penuh kecurigaan.

"Satu. Kamu jatuh cinta dan lalu benar-benar mencintainya. Aku bisa memaklumi itu sekalipun semua rasanya terlalu cepat."

Bara mengangguk-angguk. Dia tidak terlihat ingin menyela perkataan Renan.

"Dua. Kamu dan alam bawah sadar mu memiliki tujuan khusus. Itu juga ada dua kemungkinan."

"Huum."

"Ingin memakai Aluna untuk menyatukan dua keluarga atau ingin memakai Aluna menghancurkan keluarga Sandjaya."

Bara mengangguk. "Persis."

"Gila! Lalu dimana kamu berada sekarang? Ketulusan atau balas dendam?"

Bara terdiam. Renan paling tahu dirinya. Sahabatnya itu dengan mudah menebak semua yang ada di kepalanya sekarang.

"Aku mencintainya. Aku harap itu cukup."

"Cukup? Kamu yakin tidak akan bingung nanti?"

"Belum tentu Aluna adalah Sandjaya."

"Kamu buta apa gimana?" Renan menyugar rambutnya dari belakang kepala. Dia berjalan ke arah jendela dan menatap gedung-gedung tinggi di kejauhan. "Usia mereka memang berbeda. Tapi Rosita Sandjaya dan Aluna Borgoiba bagai pinang dibelah dua, Tuan Barawala."

Bara tertegun. Renan memang benar. Mereka memang memiliki kemiripan yang tak terbantahkan. Kemiripan yang mencolok.

Bara baru akan membuka mulutnya ketika Renan mengangkat tangan dan memberi kode pada dirinya untuk diam.

ALUNA UNTUK BARAWhere stories live. Discover now