Part 14 : Aku 'bukan' pembunuh

4 0 0
                                    

 Tanpa kepala dan bercucur darah, Tubuh Suganta tergelepar di tanah menggoreskan ketakutan mendalam di kepalaku. Mereka melihatku dengan benci dan menuduhku membunuh Suganta sembari menodongkan laras ke kepalaku. Aku sudah membela diriku dan melontarkan beribu alasan logis, namun pikran mereka kalut dan takut. Anto yang kukenal rendah hati, dia menyudutkanku, merampas senjataku, dan menodongku dengan sebilah pisau yang kapan saja siap menebas leherku.

 Grabbbbbbbbbbbbbbb....

 Grabbbbbbbbbbbbbbbb....

 Grabbbbbbbbbbbbbbbbbb...

 "To... Anto... lihat kebelakang."

 "Pembunuh, diam kamu, jangan pikir aku bisa dibodohi."

 "To beneran itu ." Satu persatu mereka tertarik secara vertikal dengan cepat.

 Barulah ketika desing peluru bersahutan, dia baru sadar ada yang salah dan melepaskan ancamanya. Panik dan refleks, beribu peluru terbuang sia-sia, walaupun tidak mengetahui apa yang mereka buru. Tak pasti dan kosong, itulah yang mereka incar. Setiap tempo desingan peluru berbanding sama dengan hilangnya satu persatu personel yang ada di tempat ini, hanya tinggal menyisakan beberapa orang saja,termasuk denganku.

 Bukannya memberiku senjata, mereka malah mengikatku dan tidak memberikan kepadaku ruang gerak sesenti pun. Berusaha sekuat mungkin kulepas tali ini samapai tanganku basah dan berdarah, tapi ikatannya terlalu kuat dan sukar untuk dilepaskan.

 Masih saja menembak sembarang, aku bertaruh pasti peluru mereka sebentar lagi akan menipis juga. Sudah kuperingatkan untuk berhenti dan menghemat peluru, tapi mereka mengacuhkan dan terjerembab pada ketakutan.

 Grabbbbbbbbbbbbb....

 Grabbbbbbbbbbbbbbbbb....

 Grabbbbbbbbbbbbbbbbbbb....

 Dengan bola mataku sendiri kulihat mereka diambil ke atas, sekilas kulihat itu sebuah cakar dan sisik, ukurannya pun pasti membuat semua orang terkencing-kencing. Satu per satu jumlah personil grup kami mulai terkikis dan senjata sudah tidak berguna lagi.

 Anto Ketakutan, tapi dia penasaran, matanya menenggak ke atas dengan maksud ambigu. 

"Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh..." Salah satu personel tidak sengaja terpeleset dan kepalanya masuk ke dalam 'kepompong ' tadi, seketika juga jawaban atas kematian Suganta terjawab.

Layaknya blender, kepompong itu menjulurkan sesuatu yang mirip seperti ekor, mengunci leher dan mulutnya, lalu mengaduk dan memutar Kepalanya dengan kecepatan ekstra dan tak bersuara, Setelah hancur, tubuhnya seakan terkunci sesuatu, mungkin bagian dari kamuflasenya, dan darah yang menyebar di bagian dalamnya berangsur-angsur ke atas layaknya tersedot oleh selang, mejadikannya sebuah mesin pembunuh yang super efektif.

 Aku meronta-ronta untuk dilepaskan tapi mereka yang tersisa malah lari terbirit-birit meninggalkan senjatanya .

 Tak ada yang bisa menolongku kali ini. Hanya tekad dan keyakinan yang bisa mendorongku untuk tetap semgangat dan bangun, tapi itu dipatahkan oleh ketakutan, yang membuatku semenjak tadi memikirkan segala hal yang paling buruk yang bisa terjadi.

 Craaaaaaakkkkk... Crakkkkkkkkkkkkk... Crakkkkkkkkkkkkk

 Ssssssssssssssssss..... Sssssssssssssssssss... Ssssssssssssssssssssssssss

Suaranya seperti ular, tapi gerakannya seperti mencengkram, aku bisa merasakan getaran tangkai yang merontokkan daun, secuil aku melihat kaki yang mirip elang, menjuntai dan meloncat-loncat , memutariku. Terus dia memutariku, sampai setengah daun di pohon tempatku bersandar rontok dan mulai menunjukan perangainya yang sangat busuk.

 Wajah mereka tersenyum, mulut mereka tidak memiliki tulang dan rahang. Tidak terfikir olehku makhluk jelek seperti ini mendiami hutan. Dengan posisi memutar,mereka menatapku, sepertinya membaca pribadiku atau apalah masa bodo aku juga tidak tau. Aku harap mereka tidak memakanku hidup-hidup. Sosoknya sumpah membuatku sangat tidak nyaman diam, selain buruk rupa, mereka pun mempunyai ekor seperti buaya yang menjuntai keatas, sewaktu-waktu bisa saja itu menusuk atau menebasku secara telak.

 "Kami tidak akan membunuh, dia yang akan membunuh kamu." Siapa itu yang berbicara di otakku, mana mungkin aku mengidap skizofernia?

 Crakkkkkkkkkkkkk.....

 Hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh......

 Kepompong tadi? Itu... Itu.... Pantat, omong kosong macam apa itu. Pantat itu menutup dan membuka dengan cepat, setelah itu naik turun dengan tempo yang pelan, kemudian hilang ke atas tanpa jejak dan suara.

 Hhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...................

 Sssssssssssssssssssssssssssssssssss.......Sssssssssssssssssssssssssss.........

 Brukkkkkkkkkkkkkkk...... Ssssssssssssssssssssss......Ssssssssssssssss

 Ular... ular aku benci ular.... Dia mendekat... tak henti dia julurkan lidah trisula dan menekanku dangan.... Ini pantat tadi, berarti ular dengan pantat menganga. Hutan apa ini... tadi si buruk rupa sekarang ular berpantat menganga... Ahhhhh... Lepaskan, cekikan ototnya sangat keras dan kencang, membuat tanganku mati rasa. Desisannya sangat menggangu dan memekakan telinga, tubuhnya sangat panjang, namun tipis dibagian badan dan besar di bagian pantat, ini ular paing tidak proporsional dan aneh yang pernah kutemui. Tubuhku sudah dicengkram olehnya, tapi mulutnya belum berniat melahapku, apa dia sedang diet atau tidak memakan daging.

 Sssssssssssssssssss..... ssssssssssssssss

 Jangan.... Jangan.... Jangan.... Brekkkkk.... Ahhhhhhhh..... Tanganku, terdengarlah suara yang amat kubenci. Aku bagaikan tidak mempunyai tangan kiri, rasanya mati rasa dan hilang. Apa memang benar dia herbivora? Tidak mungkin ah dia herbivora dan tidak memakan daging.

 Slerbbbbbbbbbbbbb...

 Huuu... Huuu... Haaaaa... lepas juga cengkramannya, kuat sekali, biadab kau mata kelereng.

 Happpppppppppp.... Srupuuuuuutttttttttt.... Ssssssssssssssss....

 Ahhhhhhhhhhhhhhhhhh.... Bajingan... lepaskan.. dengan pas dia mencabut setengah tangan kiriku dan menyedot darahku dengan nikmat.Sedotannya teramat kuat, suhu badanku berubah drastis dingin, kepalaku pening dan kosong, ragaku diujung tanduk, hanya tinggal beberapa sedotan lagi, aku akan hilang dan terbang selamanya.

 Bukan waktunya untuk berdoa sekarang, hanya diam saja dan berharap jasadku dikubur dengan layak dan ditemukan...

 Duaarrrrr... Duarrrr.... Duarrr... duarrrrr....

 Ssssssssssssssssssssssss...... ular itu kabur menrebos hutan setelah pantat dan kepalanya teertembus timah panas

 "Ko... man... dan." Otaku lemas dan mataku lelah, badanku semakin dinigin, sekejap aku tersungkur dan jatuh ke tanah, setelah itu hitam dan aku tidak ingat lagi selanjutnya ada apa.

Pancarona Senyap- Endorphin PembunuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang