7. Penyelamat?

1.7K 146 2
                                    

Disinilah mereka berakhir, di ruang BK bersama Bu Dian. Zac dan Lysa sedari tadi hanya berdiam diri, sementara Pelangi terus melakukan pembelaan. "Bu, tapi saya cuma duduk disitu! Itu kan tempat umum, masa saya dilarang duduk?" ucap Pelangi dengan nada yang semakin meninggi.

"Kalian itu seperti anak kecil saja. Semuanya bisa kan dibicarakan baik-baik!" ucap Bu Dian tidak sabaran.

"Dia yang duluan gebrak meja! Ya jelas aja saya marah!" Pelangi menunjuk wajah Zac dengan telunjuknya.

"Tapi itu kan meja yang biasa gue dudukin sama temen-temen gue!" Zac membuka suara.

"Trus lo pikir itu meja moyang lo sampe orang-orang gak boleh duduk di situ?" Pertanyaan Pelangi membuat Zac bungkam.

Allysa tersenyum penuh kemenangan. Maklum, dari dulu, Pelangi pasti masuk ke dalam anggota gang populer di sekolahnya. Jadi ia pantang ditindas, tapi justru menindas.

"Yaudah, Bu. Mendingan omelin aja dia sama temen-temennya. Panggil mereka kesini. Saya sama Pelangi kan cuma korban." timpal Lysa yang membuat Zac semakin emosi.

"Lo kalo ngomong dicerna dulu! Jangan asal ngejeplak aja!" Zac menyentil kening Lysa.

"Gak usah pegang-pegang!" pekik Lysa. Bu Dian menggebrak mejanya. "Zac, jangan main fisik! Dan kamu Allysa, kendalikan emosimu. Pelangi, Ibu mohon jangan membuat keributan, ini hari pertama kamu sekolah." ucap Bu Dian lalu menghela nafas.

"Okay, sekarang, kalian bertiga ikut saya."

***

"Mampus gue!" Pelangi lagi-lagi membanting buku tebal di atas tumpukan buku lainnya.

Sementara Allysa hanya terbatuk-batuk sambil mengibaskan telapak tangannya di depan hidung karena Zac sengaja mengambil buku dengan debu tebal di depan wajahnya.

"Lo ikhlas gak sih?! Pelan-pelan bisa kali!" omel Lysa sambil sedikit menjauh karena Zac masih terus menganggunya.

"Nggak." jawabnya singkat.

"Ya udah! Gak usah dikerjain kalo gak ikhlas!" oceh Lysa yang membuat Zac menggeram. Ia menoleh pada Allysa.

Emangnya lo mau ngeberesin buku-buku ini sendirian?" Lysa menggeleng. "Liata aja sendiri temen lo udah kayak orang idiot," Sontak kata-kata Zac membuat Pelangi menoleh dan menghampiri Zac lalu satu tamparan mendarat mulus di pipinya.

"Nyekolahin mulut lo sehari berapa sih bayarannya? Mahal banget ya?" Pelangi berkacak pinggang. Zac memegangi pipinya yang merah.

"Sialan banget sih lo! Untung cewek," Zac menarik nafas dalam-dalam untuk mengendalikan emosinya.

"Asal lo tau, gue punya nama dan nama gue bukan 'anak baru'. Gue juga bukan orang idiot, paham?" cerocos Pelangi.

"Trus kenapa lo gak bantuin gue?" tanya Zac kesal. "Kan ini salah lo! Ngapain juga gue dihukum kalo gue gak salah? Hih, sori deh." ujar Pelangi sengit.

Mereka memang dihukum untuk membereskan buku di perpustakaan setelah penjaga perpustakaan di sekolah mereka sakit, dan dua hari lalu hampir sebagian anak kelas 12 meminjam buku untuk ulangan yang beberapa hari lagi mereka hadapi.

Allysa, yang bisa dibilang alergi terhadap debu dan asap yang berlebihan hanya bisa terbatuk-batuk, sedangkan Pelangi masih ngotot bahwa ia memang tidak salah, akhirnya ia hanya membanting buku ke tumpukan buku lainnya. Mau tidak mau, hanya Zac lah yang membereskan buku-buku tebal itu di rak yang sudah berdebu.

Allysa menjauh dari dua orang yang sedang beradu mulut itu. Ia berjalan menuju pintu perpustakaan dan mengabaikan suara-suara bentakan dari Pelangi dan Zac. Setelah bersin untuk yang ke-9 kalinya, ia mengusap hidungnya yang merah lalu menyandarkan kepalanya di pilar dekat pintu.

Bad HabitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang