Hear Me

540 58 2
                                    

Hari ini, pukul 11.45 PM, aku baru tiba  di tempat mess ku.

Yah, karena jarak terbang yang cukup banyak, ditambah juga jarak antara Bandara Internasional Hongkong dengan lokasi mess bisa dibilang cukup jauh. Bisa memakan waktu kurang lebih 1 jam.

Hampir tengah malam, kan?

Kini, bus telah berhenti didepan gerbang masuk mess. Aku bahkan tak menyadarinya karena sedari tadi aku hanya melamun dengan ucapan Junkai.

...'karena kau tidak berhak mengetahui tentang kehidupanku sedikit-pun.'

Kata-katanya benar benar menyakitkan dan tajam. Sungguh.
Apa salahnya jika satu rekan kerja mengetahui masalah mereka masing-masing

Dia saja selalu memaksaku untuk selalu menceritakan masalahku kepadanya!

"Yuxi, ayo turun!" Ajakan Yifei sukses membuyarkan lamunanku. Aku tersadar, dan kemudian membalas dengan anggukan.
"Hm..ya, ayo." Ucapku dan kemudian bersiap-siap mengambil tas dan koperku.

Yifei mengedarkan pandangannya ke sebelahku.

Junkai tiba-tiba saja bangkit dan kemudian berlalu melewati lebih dulu daripadaku.

Menjadi seseorang yang paling dulu keluar dari bus dengan langkah kaki yang nampak santai, namun,juga sedikit terburu-buru.

Aku menatap punggung nya yang perlahan menghilang.

"Ck. Dia aneh sekali! Tapi aku tetap menyukai gayanya." Canda Yifei sedikit terkekeh. Aku tertawa terpaksa. Namun, berusaha membuat tawaan palsu dan paksaan itu menjadi lebih meyakinkan.

"Ayo turun. Sudah malam, aku ingin cepat-cepat kembali ke zona nyamanku." Tukasku sedikit dengan nada ceria. Aku bangkit diikuti dengan Yifei yang kemudian ikut bangkit dari seat nya.

Kami berjalan, menuruni anak tangga bus dan kemudian berjalan bersama memasuki mess.

.
.
.
.
.

Aku memasang piyama tidurku dan kemudian mengambil remote tv. Aku menyalakan tv. Membuat suasana sedikit lebih ramai.

Malam ini, pukul 12 malam. aku rela tidak makan malam khusus untuk hari ini. Mataku mengantuk, sangat malah. Nafsu lapar ku juga menghilang.

Jadi, aku memutuskan untuk langsung menuju dunia mimpi saja.

Aku menggulung poniku keatas agar tidak menganggu wajahku. Aku mendudukkan diriku ditepi ranjang dan menjangkau handphoneku yang berada diatas meja.

Aku mengetikkan sesuatu disana. Sebuah pesan singkat yang kukirimkan kepada ibuku yang kini berada di Chongqing.

Aku dengan sigap langsung mematikan handphoneku saat mendengar suara sebuah pantulan bola basket dilapangan.
Yah, tentu saja. Lapangan khusus bermain basket berada tepat disebelah kamarku.

AviamateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang