surat cinta untuk sahabat

178 6 0
                                    

*Author Pov
2 tahun kemudian ...

Ini adalah episode kehidupan yang Allah takdirkan untuk kita.
Begitu indahnya hingga tak pernah cukup aku mengucapkan syukur.
Pertemuan kita saat pertama kali mulai mengumpulkan butir-butir mimpi yang entah kapan menjadi nyata.

Sungguh kutemukan cinta di dalamnya.

Berkumpul bersama mu? Rasanya membuat ku malu untuk berbuat maksiat, membuat ku berniat untuk tidak menyentuh buruknya "berpacaran".

Kau ...
Sosok seorang sahabat yang ditakdirkan Allah sebagai tempat sandaran ku, mengungkapkan keluh kesah tanpa rasa malu.

Kau ...
Sosok seorang yang selalu menghibur ku bahkan bertingkah gila pun kau rela demi membuat ku tersenyum.

Kau ...
Sosok pendengar terbaik, walau berulang kali ku ceritakan kau tetap mendengarkan tanpa menampakkan rasa bosan mu.

Terima kasih telah hadir dan menyempurnakan sebagian hidup ku.

Terima kasih telah memahami sikap egois ku dan kekanak-kanakan ku.

Terima kasih sudah membuat hidup ku lebih berharga.

Terima kasih telah membuat ku bangkit dari masa laluku.

Terima kasih sudah bersedia menjadi malaikat dunia ku.

Dan terima kasih sudah membantu ku hingga membuat ku mulai lupa pada sosok seorang laki-laki yang memberiku ribuan janji yang entah kapan di tepatinya.

Aku sangat bahagia dan mulai mengerti mengapa Allah mengutus mu untukku.

Terima kasih Yaa Allah memberiku sahabat sholehah yang menemani jalan hijrah ku, begitu syukurnya aku bisa mengenal mu di dunia ini.

Semoga Allah mempertemukan kita kembali di Surga.

"Syukron, sekian surat dari saya wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh". Ujar Riqqah kemudian ia turun dari atas panggung. Semua orang yang hadir di Aula SMAIT al-islamiyyah bertepuk tangan dan berdecak kagum setelah Riqqah membaca surat hasil karyanya sendiri.

Hari ini adalah hari yang paling bahagia serta juga sedih, karena hari ini adalah Pelulusan. Ya Riqqah dan teman-temannya merasa senang setelah melewati masa-masa UN yang menegangkan. Dan sedih karena harus berpisah dan segera mengejar cita-cita masing-masing, otomatis mereka berbeda fakultas bahkan universitas pun berbeda.

"Sudah hampir 3 tahun tidak ada kabarmu, aku rindu Zaa!". Batin Riqqah.
"Astagfirullah kenapa aku memikirkan di lagi? Toh dia juga belum tentu memikirkan ku". Ujar Riqqah dan ia segera berkumpul dan berpelukan bersama teman-temannya.

"Riqqaaah!". Panggil kelima sahabat Riqqah,siapa lagi kalo bukan Hanan, si kembar, Nisa, dan juga April.
"

Haiii, jadi kita berpisah nih?maafin gue ya kalo gue banyak salah". Ujar Riqqah matanya sudah meneteskan air mata.
"Gue juga pengen minta maaf". Suara itu tiba-tiba datang.
"Fitaa!". Kompok keenam gadis itu, ia segera memeluk Fita. Kini mereka menangis bersama, rasanya sakit sekali ketika harus berpisah.
"Loh lanjut dimana?". Tanya Nisa.
"Gue sih di Universitas Padjadjaran Bandung". Ujar Afifah sambil mengusap air matanya.
"Astaga loh ke bandung? Terus loh pisah dengan Azizah? Azizah kemana?". Tanya Hanan.
"Gue disini kok Universitas Hasanuddin". Jawab Azizah ia juga tak rela melepas kembarannya.
"Berarti loh sama dong kayak gue,kita satu universitas woy". Seruu Riqqah.
"Tapi beda fakultas kan?". Tanya Azizah.

3 jam berlalu
Mereka pun berbincang sambil sesekali meneteskan air mata. Saatnya mereka berpisah, Hanan di Universitas Negeri Makassar fakultas Sastra bahasa indonesia, Afifah di Universitas Padjadjaran Bandung fakultas hukum, Azizah di Universitas Hasanuddin fakultas gigi, Nisa memutuskan sekolah desainer karena itu memang cita-cita Nisa dan juga membuka cabang butik orang tuanya, kalo April lebih memilih untuk traveling dan meneruskan Restoran milik papanya, sementara Riqqah? Ia masih memikirkan dimana ia akan kuliah.

"Riq?loh dimana?". Tanya Hanan.
"Eh gue,apa ya?". Ujar Riqqah ia juga bingung.
"Loh langsung nikah?". Seruu Azizah.
"Ahahahahaa". Tawa mereka semua meledak.
"Nggaklah". Jawab Riqqah.

Setelah berbincang-bincang dengan waktu yang sangat lama, saatnya berpelukan bersam para ustadzah, setelah itu mereka pun memutuskan untuk pulang dan acara Pelulusan pun telah usai.

Bagi Riqqah SMAIT al-islamiyyah ini sangat berharga, karena disinilah ia menimbah ilmu selama 6 tahun lamanya, dan juga disini pula Riqqah bertemu dengan Reza. Yaa Reza yang entah bagaimana kabarnya.

"Biar bagaimana pun tidak ada yang akan baik-baik saja tentang sebuah perpisahan".

---
*Riqqah Pov
Di perjalanan

Aku masih menangis, air mataku tak henti-hentinya menetes aku sungguh sedih berpisah dengan sahabat-sahabat ku. Kalian taukan kuliah itu seperti apa? Ya sangat sibuk dengan berbagai tumpukan tugas, makalah, dan lain-lain.
"Selamat yaa sayang". Ujar mama yang duduk di samping papa.
Aku hanya mengangguk.
"Selamat ya nak, kamu jadikan ke fakultas kedokteran?". Tanya papa sambil menyetir.
Dug!
Aku tak bisa menjawab pertanyaan papa.
"Cita-cita ku bukan menjadi dokter umum paa tapi bidan". Ujar ku dalam hati
"Aku udah memutuskan untuk masuk ke Kebidanan paa". Ujar ku dengan berhati-hati.
"Riqqah, kamu tau kan nak resiko jadi bidan itu kayak gimana? Mama nggak mau kalo sampai terjadi apa-apa!". Kata mama ia benar-benar mengkhatirkan ku.

Aku tak menjawab tangisku makin deras saja, kenapa mesti mama yang menentukan cita-cita ku? Kan aku yang menjalani kenapa mama yang ribet? Astagfirullah.

---
Sesampai di rumah aku langsung masuk ke kamar, dan ku lanjutkan tangisku yang belum selesai. Hatiku bercampur aduk, karena berpisah dengan sahabat ku, di tambah lagi keputusan mama, belum lagi karena si dia dan ya sudahlah.
"Arrrggg!". Desis ku sangat frustasi.
Tak lama kemudian, aku pun tertidur.

"Riqq bangun nak, shalat ashar dulu". Ujar mama dari luar kamar ku.
"Iyaa mama". Jawab ku, aku segera bergegas membersihkan tubuhku lalu menjalankan shalat ashar.

Setelah shalat aku pun keluar menuju teras rumah.

"Riq, ya sudah mama dukung kok keputusan mu". Ujar mama. Aku kaget saat mama mengatakan seperti itu.
"Mama serius?". Tanya tak percaya.
"Iya sayang, kamu nggak usah sedih lagi". Kata mama sambil memelukku.
"Aku rindu maa sama sahabat-sahabat ku". Kata ku sambil meneteskan air mata. Belum sehari aku berpisah rasanya sudah sakit begini, mungkin belum terbiasa.
"Kamu kok nangis nak, percayalah bahwa Allah menyimpan yang lebih indah lagi nak". Nasehat papa yang baru saja datang.

Ya aku harus terbiasa tanpa mereka semua, aku tidak boleh bergantung pada mereka. Selamat berjuang kawan ku.

---
*Reza Pov
"Lagi-lagi Riqqah! Kenapa dia muncul di ingatan ku? Pasti dia sudah lulus SMA". Ujar ku tiba-tiba kepikiran gadis yang sering sekali ku sakiti hatinya.

Sudah 1 tahun aku tinggal di asrama ini TNI-AD, mengejar cita-cita ku untuk menjadi TNI Indonesia dan kembali kepada Riqqah jika sudah terangkat menjadi anggota resmi TNI-AD.
"Emang Riqqah masih ingat sama gue apa? Kenapa ya dia nggak nyari kabar gue gitu? Atau telfon kek? Yaelah ngarep". Ujar ku sambil curhat sama angin.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hallo assalamu'alayakum orang-orang setia😘
Semoga pembacanya makin banyak yaa, maaf baru update lagi karena author kurang ide, maklumlah banyak yang aku pikir wkwk:v
Maafkan jika typo dan kurang greget ya

HappyReading😊
Salam sayang dariku❤

love is like that Where stories live. Discover now